Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Anies Tak Langsung "Menyerang" Jokowi

12 Mei 2020   04:30 Diperbarui: 12 Mei 2020   04:54 1656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan, foto Kompas/Totok Wijayanto dipublikasikan Kompas.com

Relasi antara Pemerintah Pusat dan emerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus memanas. Jika pernyataan "menyerang" saling dilakukan, khususnya dalam penanganan Covid-19.

Tulisan ini hanya akan membahas satu hubungan panas saja. Yakni Anies "menyerang" pemerintah pusat ketika diwawancarai media Australia, The Sydney Morning Herald.

Wawancara tersebut diunggah ke akun YouTube Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Satu pernyataan dalam wawancara itu Anies menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat membuat masyarakat tak percaya dengan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Anies mengatakan ada lonjakan pemakaman pada April-Mei. Lonjakan pemakaman itu didefinisikan oleh Pemerintah Provinsi DKI sebagai pemakaman dengan menggunakan protokol Covid-19. Anies secara tidak langsung mengatakan bahwa kenaikan kematian itu diduga karena Covid-19.

Sementara, Pemerintah Pusat menilai bahwa selama tak terbukti terkena Covod-19 maka mereka yang meninggal tak bisa dikategorikan meninggal karena Covid-19. Pernyataan Pemerintah Pusat dinilai membuat masyarakat tak percaya dengan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dua perspektif berbeda ini sudah muncul lama. Namun, Anies menaikkan pandangan ini di media asing dengan menyasar kejengkelannya pada Pemerintah Pusat. Uniknya, dalam wawancara itu, Anies tak "menyerang" langsung Presiden Jokowi sebagai representasi sahih Pemerintah Pusat.

Atas perbedaan itu, Anies "menyerang" Kementerian Kesehatan. Tentu ada beberapa kemungkinan Anies tak "menyerang" langsung Jokowi. Pertama, pihak Anies dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI bisa saja mengatakan bahwa pernyataan Anies muncul karena ditanya pewawancara.

Namun, sekalipun ditanya pewawancara, Anies bisa menekankan perbedaan cara pandang antara Jakarta dan Pusat, bukan "menyerang" Pusat. Anies "menyerang" dengan cara pihaknya jadi korban persepsi yang dibangun Pusat soal meninggalnya warga di masa Covid-19.

Kedua, bahwa tak "menyerang" langsung Jokowi adalah upaya Anies ingin menegaskan jika dia tak punya masalah dengan Jokowi. Penekanan tak punya masalah dengan Jokowi sangat penting untuk meredakan ketegangan di masing-masing pendukung. Ketika Anies bisa meredakan ketegangan antarpendukung, maka akan makin menaikkan elektabilitasnya. Apalagi, jika dia memang ingin maju lagi di Pilkada DKI Jakarta atau bahkan maju di Pilpres 2024.

Ketiga, bisa saja sebenarnya Anies tetap berniat "menyerang" Jokowi, tapi secara tak langsung. Kenapa? Karena faktanya yang diserang adalah Kementerian Kesehatan yang dalam garis komando organisasi ada di bawah Pemerintah Pusat yang dikendalikan Jokowi.

Jika niatnya adalah "menyerang" secara tak langsung pada Jokowi, juga ingin menegaskan bahwa Anies bekerja tapi tak mendapatkan support dari Pemerintah Pusat. Mendefinisikan diri sebagai korban adalah salah satu cara mendapatkan simpati politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun