Mohon tunggu...
Ikwan SP
Ikwan SP Mohon Tunggu... Guru - Petani, Guru SMK pertanian

Bismillah dalam setiap langkah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menangkis Serangan Buah Impor dengan Sekolah di SMK Pertanian

14 Desember 2022   06:27 Diperbarui: 14 Desember 2022   06:44 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mangga Agrigardina 45, buah lokal berpenpilan ekspor. Sumber Dokumen Pribadi

Negeri Agraris krisis buah

Indonesia adalah negara agraris, negara yang sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari sektor pertanian. Tanah kita luas terbentang dari barat hingga timur. 

Iklim Indonesia juga sangat mendukung untuk pertumbuhan berbagai macam jenis tanaman. Keberagaman Indonesia tidak hanya pada suku bangsanya saja, tanaman buah-buahan pun melimpah dengan keaneka ragamannya. 

Namun sayang, kondisi tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh pemerintah kita. Buahpun sebagai kebutuhan warga banyak yang di Impor dari luar ke dalam negeri untuk menutupi kebutuhan warganya. Kita lebih sering menemukan buah apel, pir, anggur dibanding mangga ataupun alpukat. 

Dan parahnya ini sering kita temukan hingga pedagang-pedagang kaki lima yang biasa mangkal dipinggir-pinggir jalan, bagaimana lagi yang di Mall-Mall? Tentu lebih dahsyat lagi.

Kemanakah buah-buah lokal kita saat ini? Kami sangat mengharapkan kehadiran manggis, rambutan, salak, mangga, durian ada setiap saat di Indonesia, bukan buah impor yang belum tentu keamanannya. Dan memang kebutuhan masyarakat terhadap buah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 

Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya pendapatan disamping jumlah penduduk yang terus bertambah. Indonesia sebagai negara tropis, selama ini masih belum bisa memproduksi buah untuk masyarakatnya, sehingga impor buah menjadi pilihan negara kita.

Menurut data BPS dan Pusdatin Departemen Pertanian, total-total impor buah-buahan terus naik. Pada tahun 2003, impor buah mencapai 228.447.156 kg, pada tahun 2004 sebanyak 355.257.966 kg, pada 2005 menjadi 413.410.644 kg, dan pada 2006 naik lagi menjadi 427.484.330 kg. Kondisi ini sangat potensial bagi para agribisnis buah di Indonesia. 

Selain kebutuhan buah yang masih impor, tingkat konsumsi masyarakat kita terhadap buah baru sekitar 40 kg per kapita per tahun, kurang 20 kg per kapita per tahun dari standar minimal FAO (60 kg per kapita per tahun),

Sehingga peluang pasar itu sangat luas. Lebih-lebih mengingat angkat angka impor buah kita yang pada tahun 2006 mencapai 427.484.330 ton per tahun yang berarti jika dalam 1 Ha menghasilkan 50 ton buah, berarti masih diperlukan pembukaan kebun buah seluas 8.549,69 hektar dan penambahan perkebunan akan semakin luas jika kita menerapkan angka konsumsi versi FAO yang 60 per kapita per tahun.

Sebagai generasi pemuda yang mencintai negerinya, tentu hal ini tidak dapat dibiarkan berkelanjutan. Apabila hal ini dibiarkan, maka kita sebagai negara akan ketergantungan produk buah-buahan dari luar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun