Mohon tunggu...
Iksan fathur rohman
Iksan fathur rohman Mohon Tunggu... Mahasiswa biasa

Iksan fathur rohman adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di bandung, ia di kenal sebagai sorang yang ambisius terhadap hal hal baru, rasa ingin tahunya lebih dari orang orang di sekitarnya, terlahir dari keluarga yang bukan kaya raya baginya kaya raya akan pengetahuan lebih konkreet di banding kaya akan harta, baginya menulis adalah perlawanan terhadap kefanaan, menulis sampai dirimu menjadi objek dalam fikiran si pembaca adalah salah satu puncak kebahagiaan baginya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kematian makna pertemanan di era koneksi instan

14 Agustus 2025   09:02 Diperbarui: 14 Agustus 2025   09:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (ngopi di sasuga coffe (Sumber: kkn orda mitra pemda anggalarang ))


hiperindividualisme

Byung-Chul Han menambahkan, dalam masyarakat yang terobsesi pada pencapaian, "teman" telah direduksi menjadi human resource sumber daya untuk proyek kehidupan, bukan sosok yang hadir karena rasa.

Dialektika yang Patah

Hegel membayangkan hubungan manusia berkembang melalui proses dialektika: tesis--antitesis--sintesis, menuju kesadaran yang lebih tinggi. Namun, dalam realitas pertemanan modern, pola itu tampak patah di tengah jalan.

1.Tesis: dimulai dengan klaim persahabatan kosong "Kita teman, kan?"

2.Antitesis: motif transaksional muncul "P mau curhat/tolong dong."

3.Sintesis: yang diharapkan jadi pemahaman justru berakhir pada penghindaran "Sorry, gue sibuk akhir-akhir ini" (terutama saat yang butuh adalah kamu).

Inilah parodi hubungan: hubungan yang seolah nyata, tetapi hanya simulasi sosial.

Ini bukan dialektika yang membebaskan, melainkan parodi hubungan di mana sintesis yang dihasilkan adalah pengakuan pahit bahwa yang kita anggap pertemanan ternyata hanya simulasi sosial.

Paradoks Modern

Kita mungkin punya seribu teman di media sosial, atau puluhan di dunia nyata. Namun, saat sakit atau terpuruk, kadang tak satu pun yang datang. Beginilah dialektika palsu itu bekerja:
*Tesis: "Kita saudara."
*Antitesis: "Kami butuh."
*Sintesis: Kehampaan.

Fenomena ini lahir dari logika transaksional: nilai seseorang naik-turun layaknya saham, tergantung daya gunanya pada saat tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun