Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Event Postcrossing Sesama Blogger, Ajang Pelestarian Tradisi yang Hampir Punah

7 Juni 2021   08:06 Diperbarui: 7 Juni 2021   08:13 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengirim kartu pos era sekarang. - Dokumen Pribadi

Pada bulan Maret 2020 kemarin, tiba-tiba saya diajak oleh seorang blogger untuk melakukan postcrossing.

Ya, bertukar kartu pos yang dulu sempat digemari. Ide ini muncul begitu saja karena selain iseng belaka juga sebagai pemersatu para blogger yang biasanya hanya berkomunikasi lewat blogwalking. Biasanya kan para blogger melakukan kolaborasi dalam penerbitan buku, talk show, dan lain sebagainya. 

Nah, kali ini saya mencoba pengalaman baru melakukan postcrossing yang entah sejak tahun berapa saya melakukannya. Kami tidak tergabung dalam satu komunitas blog hanya random siapa saja yang mau ikut, maka akan dimasukkan dalam milis.

Setelah beberapa waktu, terkumpulah sekitar 19 orang yang berpartisipasi. Ada yang tinggal di Pulau Jawa, Sumatra, bahkan ada yang di Jerman. Percakapan di dalam milis pun begitu riuh sehingga saya pun turut larut di dalamnya.

Ada beberapa masalah utama yang kerap menjadi bahan perbincangan. Masalah pertama adalah kartu pos yang dikirim apakah harus dibeli atau dibuat sendiri. Kalau mau membuat kartu pos sendiri, bahan apakah yang bisa digunakan? Apakah harus dicetak dengan printer atau digambar dengan tangan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi diskusi yang cukup menarik.

Bagi beberapa rekan yang terbiasa mengirim kartu pos, mereka menyarankan agar membuat sendiri. Selain hemat, kita juga bisa berkreasi sesuai kreativitas kita. Tak hanya itu, berdasarkan pengalaman pribadi, setelah saya berkeliling mencari kartu pos di toko buku, ternyata mereka sudah tidak menjualnya lagi. Mau membeli kartu pos di kantor pos kok sayang karena pasti motifnya polos.

Saya pun akhirnya mencetak kartu pos sendiri dari kertas buffalo. Sungguh, bahan itu sesungguhnya tidak layak karena printer saya akan rusak jika dipaksa mencetak dengan kertas foto. Saya pun memilih bentuk kartu pos sederhana dengan warna biru laut bergambar peta negara Filipina. Asli, saya tidak bisa membayangkan kartu pos saya yang bernuansa Filipina akan mendapat perangko khas Indonesia.

Tulisan dalam kartu pos pun saya buat seragam dengan alasan setengah dari peserta postcrossing belum saya kenal. Tidak hanya itu, saya hanya hafal 4 dari 19 peserta postcrossing sehingga kegiatan ini bagi saya juga bisa mencari teman baru. Sama dengan kegiatan pada web postcrossing.com yang memasangkan kita dengan orang baru dari segala penjuru dunia.

Saya pun menuju Kantor Pos Besar Malang untuk membeli perangko dan mengirimkan kartu pos saya. Sebenarnya, saya ingin membuat perangko prisma, yakni perangko khusus yang bergambar diri saya menggunakan jumper berbendera Filipina. Sayangnya, saat itu sistem nasional PT Pos Indonesia sedang mengalami kerusakan. 

Saya pun membeli 20 buah perangko masing-masing seharga 5.000 rupiah. Saya hanya merasa harga 5.000 rupiah sudah pas untuk saya kirim ke dalam negeri. Sementara, untuk kartu pos luar negeri saya menempelkan 3 buah perangko sehingga total biayanya adalah 15.000 rupiah.

Bus surat yang jadi pajangan. - Dokumen Pribadi
Bus surat yang jadi pajangan. - Dokumen Pribadi
Petugas Kantor Pos mempersilakan saya duduk di tempat yang sudah disediakan. Saya pun mulai khusyuk merobek pola perangko yang saya beli. Saya juga melanjutkan dengan menempelkan perangko pada kartu pos yang saya buat. Sungguh kegiatan ini menjadi kenikmatan tersendiri karena saya sudah lama tak melakukannya. Saking khusyuknya, beberapa orang yang sedang mengirim paket melihat saya dengan cukup aneh. Bagaimana tidak aneh, sudah 2021 masih berikirim kartu pos?

Kondisi Kantor Pos Besar Malang yang sepi. - Dokumen Pribadi
Kondisi Kantor Pos Besar Malang yang sepi. - Dokumen Pribadi
Keanehan sikap orang terhadap orang yang mengirim kartu pos juga dialami oleh seorang rekan blogger lain yang kebetulan mengirimkan kartu pos di sebuah kantor pos kecil. Petugas di sana bahkan tidak tahu bahwa ada barang yang disebut kartu pos karena memang masih muda. Sungguh, pengalaman ini membuat saya miris juga karena kartu pos bisa dikatakan sudah hampir punah. Grup milis pun heboh dengan kisah pengalaman ini. Mereka banyak yang tidak yakin apakah kantor pos di daerahnya masih menerima jasa pengiriman kartu pos.

Tidak hanya itu, berhubung kartu pos berbeda dengan jasa ekspedisi pada umumnya yang bisa terlacak keberadaanya, maka banyak yang sangsi apakah kartu pos mereka akan sampai di tujuan. Terlebih, sang ketua kegiatan ini memberikan tenggat waktu sampai akhir April untuk mengkonfirmasi apakah mereka sudah mengirim dan menerima kartu pos.

Memotong dan menempelkan kartu pos yang jadi keasyikan tersendiri. - Dokumen Pribadi
Memotong dan menempelkan kartu pos yang jadi keasyikan tersendiri. - Dokumen Pribadi
Alhasil, setiap hari kami dibuat galau ketika semua kartu pos sudah terkumpul. Ada beberapa rekan yang sudah menerima hampir semua kartu pos dalam waktu kurang dari seminggu. Termasuk, kartu pos milik saya yang saya kira akan tersesat dahulu ke Ilo Ilo City atau Talisay, Cebu. Kami pun menduga-duga cara kerja PT Pos Indonesia dalam mengantarkan kartu pos ini.

Kartu pos pertama yang datang dari Creameno, blogger asal Bali. - Dokumen Pribadi
Kartu pos pertama yang datang dari Creameno, blogger asal Bali. - Dokumen Pribadi
Dugaan utama adalah mereka akan menampung dulu semua kartu pos yang akan kita dapat. Jika sudah terkumpul, maka Pak Pos akan mengantarkannya secara langsung. Atau jika tidak, mereka akan membagi menjadi beberapa kelompok dalam mengantarkan kartu pos. Jadi, mereka tidak akan mengantarkan kartu pos setiap ada kartu pos yang menuju alamat kita. Barangkali, asas efektif dan efisien tetap dilakukan.

Kegalauan muncul ketika beberapa rekan blogger belum mendapatkan satu pun kartu pos padahalwaktu pengiriman sudah lama. Banyak yang sudah hopeless jika tak akan menerima satu kartu pos pun. Bagi yang menerima, rasa bahagia terlebih ketika membaca isi dari kartu pos. Ada rasa penasaran dan bahagia yang tidak didapatkan ketika kita mendapat pesan Whats App.

Seorang rekan blogger yang niat menggantung kartu pos dengan cukup cantik. - Dokumen Bayu K. (www.wowcang.com)
Seorang rekan blogger yang niat menggantung kartu pos dengan cukup cantik. - Dokumen Bayu K. (www.wowcang.com)
Saya terkejut ketika membaca beberapa kartu pos yang mengirim pesan secara personal kepada saya. Bukan seragam seperti yang saya tulis. Bahkan ada yang membahas tentang Miss Grand International karena blog saya penuh dengan tulisan kontes kecantikan.

Blog pribadi saya yang banyak mengupas masalah pageant dikenali oleh salah seorang rekan blogger. - Dokumen Pribadi
Blog pribadi saya yang banyak mengupas masalah pageant dikenali oleh salah seorang rekan blogger. - Dokumen Pribadi
Saya juga mendapatkan cerita dari seorang rekan yang berada di Bengukulu bahwa perlu waktu sekitar 90 menit agar sampai di kantor pos terdekat. Sungguh, bagi saya ini sebuah cerita perjuangan berharga dari proyek sederhana. Saya pun akhirnya sepakat dengan isi salah satu rekan blogger yang memberikan pesan bahwa bisa saja kegiatan kami ini sederhana. Akan tetapi, kami sedikit berkontribusi terhadap pelestarian kegiatan postcrossing yang semakin ditinggalkan. Dan tentunya, sebagai blogger yang berkecimpung dalam dunia membaca dan menulis, peran kami juga sangat penting dalam memberikan informasi seputar kegiatan postcrossing dan tentang PT Pos Indonesia pada umumnya.

Salah satu rekan blogger asal Bengkulu yang berprofesi sebagai guru di sebuah MTs. - Dokumen Pribadi
Salah satu rekan blogger asal Bengkulu yang berprofesi sebagai guru di sebuah MTs. - Dokumen Pribadi
Pesan dari seorang rekan blogger asal Kalimantan. - Dokumen Pribadi
Pesan dari seorang rekan blogger asal Kalimantan. - Dokumen Pribadi
Perusahaan yang banyak ditinggalkan oleh pelanggannya ini kini berjibaku tetap bertahan. Salah satunya kini mereka membuka kantor penuh selama 24 jam. Mereka tetap beroperasi meski di hari libur sekalipun. Bidang kurir dan logistik menjadi harapan PT Pos Indonesia yang kini persaingannya semakin sengit. 

Kantor Pos sekarang buka selama 24 jam. - Dokumen Pribadi
Kantor Pos sekarang buka selama 24 jam. - Dokumen Pribadi
Apa pun yang mereka usahakan, tentu hasil terbaik yang kita inginkan karena bagaimana pun, PT Pos Indonesia adalah pioneer pengiriman surat dan barang di Indonesia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun