Cerita ini amat dekat dengan apa yang mereka alami. Terlebih, saya juga cukup disiplin mengenai masalah pengumpulan tugas sama halnya dengan guru Maruko.
Hari terakhir pun ditutup dengan pemotongan kue ulang tahun, karena saat itu ada siswa yang berulang tahun. Di akhir pertemuan, saya pun berpesan agar mereka bisa tetap semangat belajar di kelas 6 dan kelas berikutnya.Â
Saya pun berpesan untuk enjoy the moment ketika belajar. Serius tapi tidak stres. Saya juga berpesan bahwa meski hubungan kami sebagai guru kelas dan siswa berakhir pada saat itu, tetapi hubungan siswa dan guru layaknya anak dan ayah akan tetap terjalin sampai kapan pun.
Khusus untuk yang gemar menulis, saya berpesan untuk tetap konsisten meneruskan hobinya. Siapa tahu, pada suatu saat nanti, mereka bisa menerbitkan buku.
Saya menutup hari terakhir itu dengan membersihkan semua pajangan yang menempel di majalah dinding, baik di dalam maupun di luar kelas. Saya juga menata barang kerajinan siswa saya yang layak untuk dipajang sebagus mungkin.Â
Terakhir, saya memasang foto kelas bersama dalam sebuah pigura. Hembusan napas panjang pun saya keluarkan ketika akhirnya mengunci pintu kelas.
Momen paling mengena sebenarnya saat saya terkahir mengajar di sekolah tersebut. Beberapa bulan sebelumnya, saya sudah meminta izin kepada Bapak Kepala Sekolah untuk resign dari sekolah tersebut.Â
Saya utarakan bahwa ada mimpi lain yang ingin saya kejar dan waktu saya untuk mengembangkan diri di sekolah tersebut sudah cukup.Â
Kebetulan, bapak kepala sekolah saat itu juga memasuki masa purna sehingga tidak lagi akan bergantung kepada saya mengingat saya bisa dikatakan berperan sebagai tangan kanan beliau.