Beberapa hari terakhir, saya mendapat keluhan dari murid les saya terkait kegagalan mendapatkan nilai dari penilaian harian yang telah dilakukan.
Banyak yang mengeluh bahwa mereka sudah mengerjakan tugas ulangan harian sesuai jadwal yang ditentukan tetapi hasilnya tidak terekam oleh guru mereka. Ada juga yang bahkan mengeluh pada saya bahwa saat ia akan istirahat, sekitar jam 8 malam, tiba-tiba sang guru memintanya untuk mengerjakan lagi tugas tersebut.
Jelas, kondisi ini membuat mereka merasa kecewa. Alasannya, mereka telah merasa mengerjakan tugas tersebut dengan baik pada pagi harinya. Apalagi, beberapa diantaranya sudah mendapatkan nilai dari hasil ujian tersebut. Dengan mengulang pengerjaan lagi, tentu hasilnya akan berbeda meski beberapa soal tetap mereka ingat.
Kesulitan semacam ini menjadi momok para siswa ketika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tak sekadar tugas yang menumpuk dan koneksi internet yang acak adut, nilai ulangan yang tak muncul dan terekam oleh guru pun bisa jadi tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan dan harapkan.
Contoh paling mudahnya adalah penggunaan google form sebagai media ulangan. Nah, ada beberapa guru yang cukup fleksibel dengan tidak menggunakan alamat email sebagai syarat pengerjaan. Guru seperti ini biasanya akan merekam nilai pertama dari siswa yang sudah menegrjakan.
Jadi, meskipun siswa tersebut mengerjakan ujian berkali-kali dan pada kesempatan selanjutnya mendapatkan nilai yang lebih bagus, maka ia akan memasukkan nilai yang pertama. Kadang, siswa yang mencoba kesempatan untuk mendapatkan nilai lebih baik akan mengulangi pekerjaannya setelah melihat jawaban dari temannya atau telah melihat jawaban di internet.
Menurut saya, model guru seperti ini adalah yang cukup bijak terlebih jika ia juga mengacak soal ujian yang diberikan. Alasannya, banyak siswa yang tidak memiliki akun email pada Google untuk melakukan login.
Dengan hanya menuliskan nama dan nomor absen, kegiatan ujian pun bisa dilakukan dengan mudah. Meski demikian, peraturan yang tegas seperti perekaman nilai pertama harus tetap diberikan agar siswa menerima informasi dengan jelas dan memanfaatkan kesempatan pengerjaan soal sebaik-baiknya.
Namun, kebanyakan guru mewajibkan adanya akun email yang harus dimiliki siswa sebelum mengerjakan ujian melalui Google form. Ini yang sering menjadi kendala karena suka atau tidak, banyak siswa dan orang tuanya yang tidak memiliki akun google. Entah apa alasannya, yang pasti ketika mau ujian banyak cerita mereka harus membuat akun google dahulu yang tentu memakan waktu.
Kalau ingin cepat, biasanya siswa mengerjakan ujian melalui ponsel orang tua atau saudaranya yang lain yang sudah memiliki akun Google. Nah di sinilah masalah kerap muncul karena ada beberapa guru yang tidak mengizinkan penggunaan akun Google selain milik siswa yang didaftarakan untuk mengerjakan soal. Padahal, bisa saja siswa tersebut sedang memiliki masalah pada ponselnya sehingga ia harus meminjam kepada saudaranya.