Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa yang Salah dengan Istri Memasak Bekal untuk Suami?

30 Juni 2020   07:23 Diperbarui: 30 Juni 2020   18:13 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi bekal di kotak makan. (Dok. Freepick/ Shantalao)

Sebagai lelaki, walau tidak dimasakkan dengan menu beragam setiap hari, mendapat perhatian seperti itu sudah cukup. Suami yang baik akan juga paham posisi sang istri yang sedang sibuk atau bahkan tidak memasak. Peran istri saat ini tidak hanya sekadar bisa memasak. Tetapi, perhatian kepada suami adalah kunci.

Maka, saya tak habis pikir dengan anggapan yang bagi saya berlebihan dalam hal sepele masalah masakan sarapan ini. Wong niat sang istri baik kok agar suaminya tidak lapar karena bekerja cukup keras. Harusnya malah bersyukur punya istri seperti itu.

Bagi para wanita yang melihat utasan menun sarapan yang dimasak tiap hari, juga jangan dijadikan ajang iri atau insecure. Kalau sudah punya suami dan akan punya suami nanti, paling tidak ada niatan untuk membahagiakan suami dengan memberi mereka perhatian. 

Itu saja. Kecuali sih, kalau suaminya memiliki banyak tuntutan kepada istrinya. Harus bisa masak lah harus bisa ini lah. Kalau ini pengecualian ya.

Tak hanya itu, saling bercerita tentang kebiasaan sarapan ini juga penting lho. Saya dengan calon malah bercerita banyak mengenai penyakit GERD yang saya derita. Saya hanya butuh sarapan dengan porsi sedikit tentu dengan beberapa makanan yang tidak boleh dimakan. 

Demikian calon saya pun yang ternyata tidak begitu pandai memasak bercerita apa yang ia makan setiap pagi. Hanya beberapa lembar roti atau jika ada gorengan. Jadi ya, kami bisa tahu diri.

Saya tidak akan memaksanya memasak begitu pula nanti ia akan mencoba memasak atau pun membeli makanan yang boleh untuk saya. Sesimpel itu. 

Bahkan mungkin kalau ada waktu, tidak ada salahnya masak bersama sekalian belajar bersama. Bukankah yang sama-sama antara suami dan istri adalah sebuah kebahagiaan tersendiri?

Saya heran juga dengan mereka yang kerap menjunjung tinggi kesetaraan antara pria dan wanita dengan mengenyahkan peran istri dan suami ini. 

Walau pemahaman saya akan nilai-nilai semacam ini tidak terlalu baik, tetapi saya yakin pandangan seperti ini salah. Pada hakikatnya, antara pria dan wanita tentu memiliki peran dan fungsi masing-masing. Kalau disamakan semua, lantas untuk apa ada jenis kelamin pria dan wanita?

Atau mungkin, pemahaman seperti ini timbul dari tidak relanya pada hubungan keluarga yang harmonis. Kalau ini sih, saya tidak bisa berkata-kata lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun