Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memulai Ramadan dengan Memaafkan Menkes Terawan

22 April 2020   07:30 Diperbarui: 24 April 2020   14:47 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkes Terawan. - Tribun News

Hingga beberapa hari sebelum Ramadan, jumlah penderita covid-19 di Indonesia terus meningkat. Terbaru, hingga Selasa (21/4/2020), terjadi peningkatan hingga lebih dari 7.000 kasus positif di Indonesia. Ini tentu membuat sebagian besar rakyat Indonesia merasa sedih dan cemas karena untuk kali pertama menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan dengan berbagai pembatasan.

Tentu, melihat kasus covid-19 di negeri kita yang semakin mengkhawatirkan, banyak tudingan miring, upaya menyalahkan, dan cemoohan kepada Menkes Terawan.

Ia dianggap menyepelekan sinyal datangnya penyakit ini yang sudah diberikan oleh WHO dan beberapa pakar lainnya jauh hari sebelum kasus pertama muncul di Indonesia.

Dengan gaya cengengesan, Menkes Terawan (mencoba) menenangkan hati rakyat Indonesia agar tidak panik dan tetap menjalankan kegiatan seperti biasa.

Kini, dengan berbagai pembatasan dan pelarangan mudik, tentu keadaan itu berubah 180 derajat dari apa yang ia utarakan.

Perlahan tapi pasti, Menkes Terawan mulai jarang muncul di depan media. Menghilang entah ke mana dan namanya hanya disebut saat menerima atau menolak pengajuan rancangan PSBB beberapa daerah.

Ini membuat banyak orang semakin dongkol kepadanya. Mana Terawan? Mana bukti bahwa penyakit ini bisa sembuh sendiri saat banyak korban meninggal berjatuhan?

Kalimat itu seakan sering muncul di tengah masyarakat. Kalimat yang menandakan amarah yang amat sangat dan upaya untuk mencari tanggung jawab darinya.

Ramadan adalah momen membuka lembaran baru

Memasuki bulan Ramadan, niat untuk menjalaninya dengan sepenuh hati adalah kunci. Bulan yang penuh berkah ini adalah momen yang tepat untuk meningkatkan amal baik selama satu bulan dan diharapkan terus berlanjut di bulan berikutnya.

Amal baik tergantung niat yang baik. Niat yang baik bermula dari hati yang bersih. Hati yang bersih dan ikhlas tanpa rasa iri, dengki, dan dendam terhadap sesama. Termasuk pula, kepada Menteri Kesehatan yang dianggap sudah menyakiti hati rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun