Kemenangan cukup telak PSI terjadi di Frankfurt, Jerman. PSI mendulang suara 38,04% mengungguli PDIP yang meraih 31,32%. PKS tetap menjadi jawara tiga dengan 10,68%. Lagi-lagi, partai politik lain tak mampu meraih suara di atas 5%.
Rivalitas PDIP dan PSI terlihat jelas di Perth, Australia. PSI mengungguli PDIP dengan raihan 38,6%. PDIP membuntuti dengan selisih tipis yakni 34,55%. PKS harus puas kembali berada di posisi ketiga dengan raihan 8,93%. Untuk kesekian kali, partai-partai lain tak mampu mendulang suara di atas 5%. Beberapa parpol juga ada yang mendapat suara di bawah 0,5% yakni Garuda, Berkarya, PBB, Hanura, dan PKPI.
Persaingan sengit PDIP dan PSI memang diprediksi. Beberapa pemilih Jokowi di luar negeri kerap mengalami kegundahan antara memilih PDIP atau PSI. Memilih PDIP berarti mendukung Jokowi secara penuh karena Jokowi merupakan kader PDIP.
Namun, ada pemikiran pula bahwa penyegaran parlemen tetap diperlukan. PSI hadir sebagai jawaban atas kegundahan terhadap pola kerja DPR yang cukup buruk di periode lalu. PSI pun gencar menyasar dapil luar negeri dan memasang kader terbaiknya,Â
Tsamara Amany sebagai calon wakil rakyat dari dapil Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri. Tsamara pun dengan gencar berkampanye hingga ke perkebunan di Malaysia untuk menjaring pemilih luar negeri. Sayang, harapan PSI untuk masuk ke DPR kandas lantaran tidak memenuhi ambang batas parlemen.
Maka, dua parpol ini mendominasi perolehan suara diaspora di wilayah negara yang mayoritas nonmuslim. Di wilayah pemilihan yang merupakan negara mayoritas muslim, PKS masih merajai. Kedekatan ideologis antara PKS dengan para diaspora yang berada di negara-negara tersebut masih tidak bisa dilepaskan.
Salah satunya adalah di wilayah Ankara, Turki. PKS menjadi jawara dengan menguasai sekitar 42% suara. PDIP menyusul dengan 15,34% dan diikuti Gerindra dengan 8,73%. PKS menang telak di Doha, Qatar dengan perolehan suara lebih dari 50%, yakni 51,78%. Suara PKS jauh mengungguli PDIP dan PSI yang hanya meraih sekitar 10%.
Kemenangan telak PKS juga terjadi di Kairo. PKS berhasil menyapu suara dengan raihan sekitar 54%. Posisi kedua dan ketiga justru ditempati PKB dan Gerindra yang meraih suara sekitar 10% dan 8% suara. Partai-partai nasionalis tak mampu meraih banyak suara.
Sayangnya, suara untuk wilayah pemilihan Riyadh, Arab Saudi belum masuk situng KPU. Hasil di Arab Saudi ini menarik untuk disimak untuk dibandingkan dengan hasil exit poll yang tersebar luas beberapa saat sebelum pemungutan suara di dalam negeri.Â
Hasil exit poll tersebut menunjukkan PKB mendominasi dengan raihan sekitar 25%, disusul PDIP sekitar 23%, dan Gerindra 18%. Ada pula yang mengklaim PKS menang dengan raihan 45%, disusul Gerindra dan PDIP dengan 15%. Masih banyak pihak yang meyakini kebenaran exit poll ini. Untuk itulah, perbandingan dengan hasil KPU cukup penting agar berpikir lebih bijak dalam menyikapi exit poll pada pemilu selanjutnya.