Tahukah anda, salah satu yang khas dari Buku Kurikulum 2013 SD adalah munculnya 6 tokoh anak-anak yang mewakili keberagaman etnis dan agama tertentu.
Tak seperti pada buku pelajaran kurikulum sebelumnya yang sering menggunakan 2 nama saja, yakni Ani dan Budi.
Keenam tokoh tersebut  adalah Udin, Edo, Lani, Beni, Siti, dan Dayu.
Ke enam tokoh ini akan muncul bergantian dalam setiap pembelajaran mulai kelas 1 hingga kelas 6. Mereka merupakan identitas dari anak-anak Indonesia.
1. Siti

Munglin kita sering mendengar nama Siti dari Jawa, semisal Siti Fatimah, Siti Aminah, Siti Markonah, dll.Â
Dengan hijabnya yang khas, pada beberapa kesempatan tokoh ini menjadi pemimpin teman-temannya dalam melakukan diskusi, mengerjakan tugas kelompok, hingga bermain permainan olahraga.
Tokoh Siti juga selalu muncul pada bagian Ayo Renungkan pada setiap pembelajaran.
2. Udin

Bisa jadi, nama udin berasal dari nama Zainudin, Hasnuddin, dan udin-udin lainnya.Â
Masih ingat tokoh Udin Sedunia yang populer lewat Youtube? Masih ada yang ingat dari mana dia berasal?
Tokoh Udin digambarkan sebagai seorang anak yang memakai kacamata dengan rambut biak tengah. Tokoh ini selalu muncul pada bagian Ayo Kerja Sama dengan Orang Tua.
3. Lani

Tokoh ini secara fisik digambarkan dengan seorang anak perempuan yang berambut sebahu dengan bando di atas kepalanya.
Mata Lani juga dibuat agak sipit.
Tokoh Lani selalu mucul pada bagian Ayo Menulis di setiap pembelajaran.
4.Dayu

Benar sekali, Dayu merupakan anak perempuan dari etnis dan agama tersebut. Ida Ayu (Dayu) adalah nama yang banyak digunakan di Bali.Â
Tokoh Dayu digambarkan dengan anak perempuan berambut panjang dengan bando cantik di kepalanya.
Pada beberapa bagian, tokoh ini sering digambarkan sedang melakukan ritual adat Bali yang disaksikan oleh tokoh-tokoh lainnya.
5. Beni

Tokoh anak laki-laki dari etnis Tionghoa ini merupakan represtasi dari anak-anak Tionghoa yang beragama Nasrani (Kristen Protestan/Katholik).
Dengan rambut ala Andy Lau, tokoh Beni sering muncul pada pembelajaran muatan PJOK.
6. Edo

Pada Buku tematik, ada juga tokoh Edo yang merupakan representasi dari anak-anak Indonesia timur, yakni Maluku, Papua, dan NTT.
Tokoh Edo digambarkan sebagai anak yang berkulit hitam berambut keriting.
Ke enam tokoh tersebut muncul secara bergantian pada setiap pembelajaran.
Pada awal pembelajaran, keenam tokoh tersebut sering melakukan dialog mengenai masalah tertentu yang sesuai dengan temanya.
Namun sayangnya, entah mengapa keenam tokoh tersebut tak terlalu diresapi dengan baik oleh anak-anak.
Salah satu penyebabnya adalah banyaknya materi pembelajaran yang harus diselesaikan dalam waktu singkat.
Para guru sering melewati bagian pembelajaran keenam tokoh tersebut dan langsung pada pokok materi.
Apalagi jika sang guru sedang bertugas keluar dan meninggalkan murid untuk mengerjakan buku paket/BKS.
Penyebab lainnya adalah jika diamati, penokohan enam tokoh tersebut kurang kuat.
Dialog yang mereka bicarakan terkesan flat dan begitu-begitu saja.
Memang, pada beberapa bagian akan tampak karakter dari tokoh-tokoh tersebut.
Hanya saja karena telah tergabung dengan materi pembelajaran yang berat, maka siswa lebih cenderung fokus ke materi daripada memerhatikan keenam tokoh tersebut.
Belum lagi, kemunculan ke enam tokoh yang tiba-tiba datang dan pergi seperti jelangkung membuat keberadaan mereka terkesan sambil lalu.
Padahal, jika diamati, ke enam tokoh tersebut bisa dijadikan cara untuk mengenalkan kebhinekaan kepada anak, tanpa harus mempelajari materi yang menurut saya "berat".Â
Terlebih lagi, saya sering menemukan bibit-bibit rasial pada anak didik saya, terutama berkenaan dengan etnis tertentu.
Tokoh-tokoh tersebut bisa saya jadikan bahan diskusi dan pembelajaran.
Kita sudah menjadi satu bangsa yang besar yang diwakili tokoh-tokoh tadi, mengapa kita masih memperdebatkan masalah ras dan agama, bukan begitu?
Bagi para orang tua, sesekali bolehlah meluangkan waktunya untuk menengok tokoh-tokoh tadi jika sedang menemani putra-putrinya belajar.
Karena saya yakin banyak guru yang tak sempat membahas lebih jauh tentang tokoh-tokoh tadi.
Paling tidak, anak bisa diajarkan lebih menghargai dan menghormati etnis dan agama lain yang tinggal di sekitar mereka.Â
Penanaman ini memang terkesan penanaman yang usang, tapi coba lihat, masih banyak kan yang masih memperdebatkan SARA hingga sekarang?
Nah melalui 6 tokoh di buku tematik inilah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir hal tersebut sejak kecil.
Sekian, mohon maaf bila ada kesalahan salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI