Mengajar musik selalu penuh warna. Setiap murid punya cerita unik, apalagi ketika saya pertama kali bertemu dengan anak berkebutuhan khusus di kelas musik.Â
Awalnya, saya merasa sedikit gugup dan khawatir salah langkah, takut tidak bisa memahami kebutuhan mereka, dan takut murid jadi tidak nyaman. Tapi ternyata, pengalaman ini justru mengubah cara saya mengajar, bahkan cara saya melihat musik itu sendiri. Ditambah lagi, kebetulan saya sendiri memiliki anak berkebutuhan khusus sehingga akhirnya kekhawatiran tersebut hanya berlangsung sebentar saja.
Dari perjalanan itu, saya ingin berbagi beberapa hal yang saya pelajari. Siapa tahu bisa jadi bekal untuk guru musik lain maupun orangtua yang sedang mendampingi anak-anak istimewa ini.
Tantangan Mengajar Musik untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Pengalaman pertama mengajar seorang murid berkebutuhan khusus, membuka hati saya. Saat saya mencoba menjelaskan teori dasar, dia lebih tertarik memukul-mukul meja dengan ritme yang menurutnya seru. Awalnya saya merasa "wah, pelajaran ini jadi melenceng jauh." Tapi kemudian saya sadar bahwa itu juga bentuk ekspresi musikal.
Sejak itu, saya belajar bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa menyesuaikan diri. Anak berkebutuhan khusus punya cara belajar sendiri, dan guru musik perlu sabar sekaligus fleksibel. Kalau murid belum siap masuk ke materi yang saya rencanakan, saya ikuti dulu ritme mereka. Kadang kita butuh memutar sedikit arah, tapi hasilnya lebih bermakna.
Solusi 1: Gunakan Komunikasi Non-Verbal
Tidak semua anak bisa dengan mudah mengekspresikan keinginannya lewat kata-kata. Ada murid yang lebih nyaman dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau bahkan hanya menunjuk instrumen.
Di kelas, saya mulai lebih banyak memakai gesture: mengangguk, tersenyum, mengangkat tangan untuk memberi aba-aba. Ternyata cara ini sangat membantu, terutama saat kata-kata terasa sulit bagi mereka. Musik sendiri kan sejatinya adalah bahasa universal dan komunikasi non-verbal adalah jembatannya.