Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Dengan Membaca Kamu Mengenal Dunia, Dengan Menulis Kamu Dikenal Dunia"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mesjid Teuku Umar, Antara Sejarah dan Tsunami

26 Desember 2015   02:29 Diperbarui: 26 Desember 2015   03:12 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mesjid Teuku Umar Antara Sejarah Dan Tsunami, dok pri"][/caption]Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 silam merupakan peristiwa bersejarah paling kelam sepanjang abad 20. Bencana dahsyat itu telah menewaskan lebih dari 130.000 jiwa. Semua warga Aceh tentu belum dapat melupakan peristiwa besar ini. Namun selalu ada keajaiban yang tidak terduga dalam setiap peristiwa besar. Banyak cerita nyata yang terselip bahkan tak dapat diterima logika.

Satu dari sekian banyak cerita nyata itu adalah Masjid Lhok Bubon yang tidak lekang oleh zaman bahkan tetap menjulang di tengah badai bencana sekelas Tsunami. Keganasan tsunami tak mampu meluluhlantakkan Masjid yang terletak persis di bibir pantai Lhok Bubon ini. Di sinilah kekuasaan AllaH SWT begitu besar terlihat dari kisah mesjid yang berdiri kokoh meski bencana memporak-porandakan bangunan di sekelilingnya.

[caption caption="Masjid Lhok Bubon yang tidak lekang oleh zaman, menyimpan sejarah dan bahkan tetap menjulang di tengah badai bencana Tsunami akhir Desember 2004 silam, dok pri."]

[/caption]

Lhok bubon merupakan salah satu kawasan psesisir di Kecamatan samatiga, dengan jumlah penduduk mencapai 300 jiwa dan dapat ditempuh sekitar 25 menit perjalanan darat dari ibu kota Kabupaten. Saat tsunami menerjang, lebih dari separuh penduduknya menjadi korban. Banyak dusun hilang/raib usai gelombang surut. Bang Zun seorang warga nelayan Kuala Bubon menuturkan “Hari itu saya sedang berlayar dan melihat Kuala bubon dan Lhok Bubon antara percaya dan tidak, seperti dalam mimpi. Semua rata dengan tanah, satu-satunya bangunan selamat hanya masjid Lhok Bubon itu,” kenang Bang Zun yang selamat dari tsunami.

[caption caption="Bang Zun, saksi nelayan saat Tsunami 26 Desember 2004 silam, dok pri."]

[/caption]

Kemudian Kakek Ibrahim peduuduk asli Lhok Bubon yang saai ini sudah berusia 70 Tahun menceritakan “ada tiga gelombang tsunami menerjang Masjid Lhok Bubon pascagempa berkekuatan 9 skala richter itu. Gelombang selalu pecah saat menimpa masjid, kemudian bergulung-gulung melumat bangunan-bangunan yang ada di sekelilingnya.

Tinggi gelombang mencapai atap masjid atau lebih dari 20 meter. Banyak warga yang berusaha menyelamatkan diri ke mesjid, namun semuanya terhempas tsunami hanya saya dan dan 4 rekan lainnya selamat saat berada di atap kubah mesjid. Kemudian Ketika gelombang surut, cerita beliau, masjid bersih dari jenazah manusia, kecuali hanya jasad seorang anak kecil yang terbawa arus tsunami ditemukan di pojok bangunan mesjid” Kenang sang kakek.

[caption caption="Kakek Ibrahim peduduk asli Lhok Bubon yang menjadi saksi Tsunami, dok pri."]

[/caption]

Seorang pemuda Lhok Bubon yang bernama hery yang ikut ngobrol mendampingi sang kakek juga berujar “kondisi air dalam masjid menurut cerita banyak warga saat itu begitu tenang, orang dapat berenang antara tiang yang satu dengan tiang yang lain, sementara di luar bergulung-gulung sangat ganas, masjid ini tetap berdiri utuh di tengah tsunami menerjang, hanya rusak sekitar 10 persen saja terutama di bagian mimbar sedangkan rumah penduuduk dan bangunan – bangunan lain porak poranda hingga rata dengan tanah. Allah telah memperlihatkan kuasanya di Masjid Lhok bubon” ujar Hery.

Selain kisah tsunami, Masjid Lhok bubon yang saat ini sedang mengalami renovasi dan rekontruksi rupanya juga menyimpan kenangan sejarah yang cukup panjang dan heroik. Menurut kakek Ibrahim “Mesjid Lhok Bubon adalah telah dibangun pada tanggal 26 Desember 1895 dengan luas bangunan 173 m2 berarsitek belanda yang didominasi warna putih dengan satu kubah yang besar saat itu. Di masijid inilah pahlawan Teuku Umar sering mengadakan Duek Pakat (rapat musyawarah) mengenai taktik perang untuk melawan penjajah belanda.

Kemudian lanjut Ibrahim “sebelum tertembak di Batu Putih Ujong Kalak Meulaboh malam harinya, beliau juga sempat singah di pagi hari di masjid Lho Bubon ini mengadakan pertemuan rahasia dengan para hulu balang Aceh. Untuk itulah masjid Lhok Bubon dinamakan mesjid Teuku Umar hingga kini ujar sang kakek dengan penuh semangat”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun