Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Vertikultur, Satu Inovasi untuk Pertanian Indonesia Maju

22 Mei 2019   22:32 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:05 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkan rekan-rekan Kompasianer berfikir bagaimana kita dapat menghasilkan sayuran sendiri tanpa harus memiliki lahan yang luas? Bukankah lahan merupakan kendala utama dalam memulai bercocok tanam?

Janga khawatir rekan-rekan semua, seiring perkembangan zaman, inovasi pertanian juga terus bermunculan. Salah satu solusi untuk dapat menanam di lahan sempit adalah menggunakan Metode Vertikultur. Metode ini sangat cocok dilakukan di lahan sempit terutama pekarangan rumah yang luasnya terbatas.

Seperti apa Metode Vertikultur ini? Sebelum membahasnya lebih dalam, yuk kita lihat dulu sejarah dari metode ini. 

Dilihat dari sejarahnya, vertikultur berawal dari gagasan pembuatan "vertical garden" yang dilakukan perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945. Vertikultur sendiri berasal dari Bahasa Inggris  yaitu  kata "vertical" dan "culture".  Vertical artinya bertingkat, sedangkan culture artinya budidaya. Jadi Vertikalkultur ini adalah metode atau teknik budidaya tanaman secara vertical atau bertingkat, sehingga disebut Vertikultur. Jadi budidaya tanaman dilakukan pada bidang bertingkat yang sangat cocok untuk di rumah, apartemen, hingga perhotelan yang pekarangannya sempit.

Metode ini juga sangat cocok digunakan untuk budidaya tanaman yang berumur singkat seperti sayuran selada, seledri, sawi, kangkong, kol, bayam, brokoli, terong, kailan dan pakcoi. Namun, saat ini orang sudah mulai menanam Tomat dan cabe dengan metode vertikultur, seperti yang saya lakukan di foto di bawah ini;

Menanam tomat dengan metode vertikultur (foto: dok pri).
Menanam tomat dengan metode vertikultur (foto: dok pri).
Menanam tomat dengan metode vertikultur (foto: dok pri).
Menanam tomat dengan metode vertikultur (foto: dok pri).
Tomat organik dengan metode vertikultur bakal siap dipetik (foto: dok pri).
Tomat organik dengan metode vertikultur bakal siap dipetik (foto: dok pri).
Yang harus diperhatikan dari metode ini adalah tanaman harus mempunyai sistem perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relative ringan, sehingga tidak terlalu membebani media tanam vertikultur tersebut.

Pembuatan Vertikalkultur sebenarnya tidak memerlukan modal yang besar. Bahan yang digunakan dapat berupa bahan bekas botol minuman air mineral dari plastik, talang air, dan paralon bekas atau bahan lain yang sesuai untuk pot pembibitan tanaman. Biaya awal untuk pembuatan media bercocok tanam sedikit lebih banyak, namun untuk penanaman kedua dan selanjutnya tidak dibutuhkan biaya lagi untuk medianya. Kita dapat menggunakan media yang telah ada untuk beberapa kali panen. Media tanam dapat digunakan sampai habis masa pakai apabila sudah rusak.

Berbagai Model Vertikultur

Vertikultur sendiri memiliki berbagai model, diantaranya model gantung, tempel, tegak dan model rak. Model gantung dapat menggunakan bahan botol minuman dari plastik atau wadah lainnya yang telah dilobangkan ditengahnya dan diberikan media tanah. Lalu digantung di dinding dengan menggunakan tali atau ditempelkan langsung di dinding. Model ini sangat murah dan gampang dilakukan seperti foto di bawah ini;

Model Gantung (foto: dok pri).
Model Gantung (foto: dok pri).
Model Tempel (foto: dok pri).
Model Tempel (foto: dok pri).
Kombinasi model tempel dan gantung (foto: dok pri).
Kombinasi model tempel dan gantung (foto: dok pri).
Kemudian model rak, dengan membuat rak-rak dari kayu dan meletakkan talang/bambu yang telah diisi dengan tanah, kompos dan sekam. Setelah media tanam disiapkan, benih/bibit tanaman siap ditanam di dalamnya. Selanjutnya cukup dilakukan perawatan dengan melakukan penyiraman dan pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Vertikultur model rak (foto: dok pri).
Vertikultur model rak (foto: dok pri).
Vertikultur model rak (foto: dok pri).
Vertikultur model rak (foto: dok pri).
Kemudian ada satu lagi model tegak menggunakan paralon yang telah dilobangkan di setiap permukaannya dengan jarak sesuai tanaman yang ingin diusahakan. Lalu diberi tanah di dalamnya dan dipancangkan di tanah. Agar tidak rebah, paralon dicor dengan semen atau menggunakan pot batu.

Kombinasi berbagai model vertikultur (foto: dok pri).
Kombinasi berbagai model vertikultur (foto: dok pri).
Kombinasi berbagai model vertikultur (foto: dok pri).
Kombinasi berbagai model vertikultur (foto: dok pri).
Lalu untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan metode vertikultur juga lebih mudah, karena bisa dengan cara mekanis atau memindahkan hama dengan tangan. Karena itu, metode ini lebih memudahkan kita mengembangkan pertanian organik. Tanaman yang dihasilkan pun juga lebih sehat dan segar. 

Dilihat dari biaya yang dibutuhkan, ternyata lebih murah. Dari segi perawatan juga lebih mudah dan dari segi lahan yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Saya pikir, penanaman tanaman khususnya organik dengan metode vertikultur dapat menjadi alternatif pilihan bagi para petani ataupun ibu rumah tangga terutama yang tinggal di perkotaan. Selain dapat juga menghijaukan dan menambah keindahan pekarangan rumah jika didesain secara artistik dan menggunakan tanaman yang unik, vertikultur juga menjadi bagian dari gaya hidup organik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun