Kedua profesi terakhir tampak lebih menjanjikan untuk saat ini. Terlebih, tak perlu belajar matematika, fisika, dan pelajaran lainnya yang membuat pusing. Memang, nilai akademik bukan segalanya. Namun, tingginya nilai akademik bisa menunjukkan keseriusan seseorang pada proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar sangat penting bagi peserta didik agar terlatih dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini akan membawa mereka pada kesiapan beradaptasi dalam dunia kerja. Selain itu, keseriusan belajar juga menjadi modal ketika kelak memegang tanggung jawab sebagai orang tua.
Keempat, bullying dan cyberbullying. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, setidaknya ada 3.800 kasus bullying (perundungan) sepanjang tahun 2023. Mirisnya, hampir separuh terjadi di lembaga pendidikan. Hal ini menjadi PR besar bagi dunia pendidikan.
Kasus bullying ternyata tak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya yang kerap disebut cyberbullying. Jajak pendapat U-Report terhadap 2.777 anak muda Indonesia yang berusia 14-24 tahun ditemukan bahwa 45% dari mereka mengalami bullying secara daring (www.unicef.org).
Kelima, maraknya free sex dan inses. Gaya pacaran anak sekarang sudah melewati batas kewajaran. Anak usia SD pun sudah berpacaran hingga berhubungan intim. Miris. Pergaulan kian bebas. Seks di luar nikah menjadi hal lumrah hingga inses (hubungan sedarah) pun mewabah.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo mengungkapkan, hubungan seks remaja di usia 15-19 tahun meningkat. Ia menyebutkan, persentase perempuan usia 15-19 tahun yang melakukan hubungan seksual sekitar 59% sedangkan laki-laki 74% (health.detik.com, 11/3/2024).
Keenam, candu judi online (judol). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyebutkan, perputaran uang judol didominasi anak muda. Data menyebutkan 80% tercatat berasal dari pelajar dan mahasiswa dengan nilai transaksi rata-rata di bawah Rp100 ribu per hari (news.republik.co.id, 1/12/2025).
Ketujuh, rentan depresi. RSJ Menur mencatat, rentang Januari-Juli 2024 ada 3.000 anak dan remaja melakukan kunjungan. Dirut RSJ Menur, drg Vitria Dewi mengungkapkan, kasus pasien bermacam-macam mulai dari kecanduan gadget, perilaku, tumbuh kembang, gangguan belajar hingga kesehatan mental (detik.com, 13/8/2024).
Gen-Z Siap Hadapi Tantangan Abad 21
Idealnya, setiap pergantian kurikulum dibarengi dengan evaluasi. Sudahkah sesuai dengan kebutuhan peserta didik? Tentu, kita tak bisa menyalahkan Gen Z sepenuhnya atas berbagai masalah yang mereka lakukan. Perlu dipahami juga bahwa karakter seseorang bisa terbentuk oleh situasi dan lingkungan.
Kondisi generasi muda saat ini nyata-nyata menunjukkan darurat dalam segala sendi kehidupan. Jika pemerintah tak bergerak untuk memperbaiki kondisi, maka generasi berikutnya yang merupakan keturunan dari Gen Z bisa lebih parah lagi. Artinya, tantangan generasi berikutnya lebih berat lagi.