Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Paus AS Akhirnya Terpilih: Bukan Trump!

9 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 9 Mei 2025   10:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Leo XIV (Robert Prevost) melambaikan tangan dari balkon Basilika Santo Petrus pada perkenalan perdana, 8/5/2025. (AFP/GABRIEL BOUYS)

Donald Trump jadi Paus? Mungkin terdengar seperti plot film komedi Made in Hollywood. Tapi minggu lalu, Presiden AS itu benar-benar mengunggah foto dirinya edit-an AI mengenakan jubah putih kepausan di media sosial.

"Saya ingin jadi Paus berikutnya," candanya. 

Eh, ternyata, Konklaf Vatikan malah memilih Kardinal Robert Prevost sebagai Paus Leo XIV---Paus pertama dari AS dalam 2.000 tahun sejarah Gereja Katolik. Trump? Cuma dapat "asap hitam" dari netizen. 

1. Trump vs Paus: Komedi atau Ambisi Terselubung? 

Donald Trump memang jagonya bikin heboh. Dari jadi presiden, bintang reality show, sampai calon narapidana, kini dia "melamar" jadi pemimpin umat Katolik.

Foto editan AI-nya yang viral itu---dengan jubah putih, salib emas, dan ekspresi khas finger-pointing---langsung diserbu warganet. Ada yang nyeletuk, "Ini mau jadi Paus atau superhero Marvel?" 

Tapi di balik candaannya, mungkin ada kode politik. Seperti kata saya, jangan-jangan Trump cari cara biar AS makin dominan di kancah global, bahkan sampai ke Vatikan.

Toh, akhirnya Paus pertama dari AS memang terpilih. Tapi bukan dia. 

Fakta singkat soal Paus Leo XIV: 

- Nama asli: Kardinal Robert Prevost, 69 tahun. 

- Lulusan Universitas Chicago, 30 tahun jadi misionaris di Peru. 

- Dikenal rendah hati, ahli urusan gereja di Amerika Latin. 

- Pilih nama "Leo XIV" sebagai simbol kebijaksanaan (Leo = singa, lambang keberanian dalam tradisi Katolik). 

Jelas, kredensialnya jauh dari image Trump yang flamboyan. Tapi, kita harus apresiasi: ini sejarah! Setelah 2 milenium, akhirnya "Negeri Paman Sam" punya Paus. 

2. Konklaf Kilat dan Drama Asap Putih 

Pemilihan Paus Fransiskus dulu butuh 5 kali pemungutan suara. Kali ini, Konklaf 2025 lebih cepat dari pesan ekspres Gojek: hanya 4 kali voting dalam 26 jam! 

Detik-detik terpilihnya Leo XIV: 

- Rabu, 7 Mei 2025 (21.30 WIB): Pintu Kapel Sistina ditutup, 120 kardinal masuk. 

- 3 asap hitam muncul di hari pertama---artinya belum ada kesepakatan. 

- Jumat dini hari (00.20 WIB): Asap putih mengepul! Umat di Lapangan Santo Petrus histeris. 

- "Habemus Papam!": Kardinal Diakon umumkan nama Robert Prevost. Lonceng berbunyi, dunia bergema. 

Yang bikin penasaran: kenapa bisa cepat? Spekulasi saya, para kardinal mungkin sudah move on dari drama politik Eropa dan kepengin pemimpin dari benua baru. Atau... jangan-jangan mereka buru-buru tutup konklaf biar Trump enggak sempat kirim CV? 

3. Leo XIV: Paus "Made in USA" yang Justru Doyan Peru 

Ironisnya, meski lahir di Chicago, Paus Leo XIV malah lebih "Amerika Latin" daripada taco di menu McD. Selama 30 tahun, ia jadi misionaris di Peru---negara dengan 80% penduduk Katolik, tapi juga masalah kemiskinan akut. 

Profil singkat: 

- 1985-2015: Jadi pastor di pedesaan terpencil Peru. 

- 2016: Diangkat jadi Uskup Agung oleh Paus Fransiskus. 

- 2020: Jadi Prefek Departemen Uskup---jabatan strategis di Vatikan. 

Dari sini, kita bisa tebak gaya kepemimpinannya: fokus pada kaum marginal. Mirip Fransiskus, tapi dengan sentuhan AS yang lebih praktis. Mungkin dia akan genjot transparansi keuangan Vatikan atau buka akun TikTok resmi. Who knows? 

4. Dari Candaan Trump ke Dilema Pengangguran Nyata 

Sementara Trump bisa joking tentang "karir alternatif" jadi Paus, banyak orang di luar sana justru menghadapi dilema pengangguran yang pelik. Apa itu dilema pengangguran? Ini situasi saat seseorang terjebak antara: 

- Mau kerja apa? Pilihan terbatas. 

- Keterampilan vs lowongan: Sering nggak nyambung. 

- Tekanan finansial: Akhirnya terpaksa ambil pekerjaan di luar passion, atau... nganggur. 

Contoh kasus: lulusan hukum yang akhirnya jadi driver ojol, atau sarjana teknik yang terpaksa jualan boba. Menurut data BPS (2024), 9,2% pemuda Indonesia usia 20-24 tahun menganggur---banyak karena mismatch skill. 

Donald Trump yang mengunggah foto berpakaian seperti seorang Paus.(Tangkapan layar via Instagram @realdonaldtrump)
Donald Trump yang mengunggah foto berpakaian seperti seorang Paus.(Tangkapan layar via Instagram @realdonaldtrump)

Trump mungkin bisa santai joke-joke soal ganti profesi, tapi di dunia nyata, ganti karir itu serius dan melelahkan. Kayak Paus Leo XIV saja butuh 30 tahun jadi misionaris sebelum akhirnya "naik level". 

Jadi, Paus Leo XIV adalah bukti bahwa sejarah bisa dibuat tanpa perlu jadi bahan meme. Untuk Trump? Mungkin dia bisa coba apply jadi Sultan di negara lain---siapa tau diterima. 

Tapi yang pasti, terpilihnya Paus dari AS ini bisa jadi angin segar bagi Gereja Katolik. Apakah kita akan melihat Vatikan mulai jual merchandise limited edition ala Amerika? Atau malah ada program beasiswa ke Peru? 

Bagaimana menurutmu? Setuju nggak kalau Paus sebaiknya tetap dari Eropa, atau justru momen ini bikin Gereja makin inklusif? Dan... kira-kira, Trump bakal kirim tweet pakai filter topi uskup lagi nggak?  

sumber: AP News, AFP, Catholic News Agency 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun