Mohon tunggu...
Ikhsan Bawa
Ikhsan Bawa Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan Toko Buku\r\nFollow Twitt: @Ikhsan_Bawa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia, Jangan Generasi Amatir: Sebuah Kajian Sosial–Spiritual

24 April 2015   23:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan firah. Maka bapaknya lah (Orang Tuanya) yang menjadikan

ia yahudi, atau nasrani, atau majusi” (HR. Bukhori)

Kasus kejahatan geng motor sedang menjadi pemberitaan utama di Kota Cirebon—meresahkan warga. Menanggapi masalah ini, Polsekta Cirebon Utara Barat menggelar razia ke sejumlah tempat dimana geng motor biasa berkumpul. Minggu, 14 September 2014 Polisi menggelar razia. Hasilnya, 3 remaja yang diduga sebagai anggota geng motor dan 6 unit sepeda motor terpaksa diamankan dan menjalani pemeriksaan di Mapolsekta Cirebon Utara Barat (Utbar).

Lintasan berita tersebut hanya salah satu kasus kenakalan remaja yang terjadi di Kabupaten Cirebon, masih banyak kenakalan-kenakalan lainnya, seperti; perkelahian antar sekolah, curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, penyalahgunaan narkoba, mabok dan sebagainya. Semua kasus tersebut kebanyakan dilakukan remaja—anak Indonesia, generasi penerus bangsa.

Tragis! Kenakalan remaja di tingkat Kabupaten saja sudah sangat kompleks, apalagi seluruh Indonesia. Ini gejala mental generasi muda Indonesia telah terpukul mundur cukup jauh. Sehingga berdampak pada kualitas moral anak muda. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kriminalitas yang melibatkan remaja dan anak-anak sebagai pelaku kejahatan. Dalam sebuah data yang dilansir oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan bahwa pelaku kriminal dari kalangan remaja dan anak-anak mengalami peningkatan sangat pesat. Berdasarkan data yang diambil sejak januari hingga oktober 2009, terjadi peningkatan kasus kriminal sebanyak 35% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini dibuktikan dari melonjaknya jumlah kasus dari semula 713 menjadi 1.150 buah kasus. Sedangkan di Cirebon sendiri, berdasarkan data yang diperoleh Bagian Operasi Polres Cirebon, sebanyak 118 kasus kriminal terjadi selama Mei hingga Juni atau tiga kali lipat dari periode Maret-Mei 2012 yang hanya 30 kasus. Peningkatan itu signifikan dengan pelaksanaan Operasi Balak Lodaya 2012.

Fenomena kenakalan remaja—dapat menghambat proses regenerasi yang berkualitas. Bertrand Russel dalam New Hopes For Chaning World (1968: 33) mengatakan, “bencana dan bahaya terhadap manusia di masa mendatang, atau setidak-tidaknya pada masa depan tertentu, datang bukan dari alam, tetapi dari diri manusia sendiri”. Banyaknya kenakalan remaja yang terjadi, dikhawatirkan bangsa kita akan diisi oleh generasi-generasi amatir yang tidak bertanggung jawab atas dunia sosial. Perbaikan generasi harus dilakukan sedini mungkin, sebagai penghamabat dari mandegnya generasi yang berkualitas.

A. Pukul Mundur, Gaya Negatif

Sifat manusia tidaklah bajik atau batil, tetapi terdiri dari keduanya. Hanya saja pergaulan modernitas ini semakin menggiring sifat manusia kedalam kebatilan. Ditampilkannya fenomena-fenomena kurang mendidik—merupakan salah satu faktor penyebab manusia menjadi jahat. Kita teracuni oleh kebebasan lingkungan kita sendiri. Sedangkan gambaran umum adalah bagian dari gambaran luas kehidupan. Ketika nilai-nilai buruk menjadi sebuah kebiasaan (dipertunjukan), maka kita akan menjadi biasa untuk menerimanya.

Sayangnya, hal itu tidak disadari oleh semua kalangan. Padahal apa yang mereka tampilkan itu merupakan racun bagi perubahan pikiran kita (khususnya remaja). Kita masih ingat kasus Ariel “Peterpan” sekarang menjadi Ariel “Noah”. Setelah kemunculan video seronoknya—banyak remaja mengikuti jejak Ariel (melakukan tindakan yang tidak bermoral).

Dalam pada itu, pendidikan remaja harus dilakukan oleh semua kalangan dari tingkat terkecil sampai tingkatan yang paling tinggi. Jika remaja terus disajikan hal-hal yang tidak baik, dikhawatirkan kualitas remaja bangsa kita semakin mundur. Padahal bangsa kita (yang mendekati gagal) sedang “ngebet-ngebet”nya ingin melahirkan generasi berkualitas, bukan generasi amatir. Jika dilihat dari segi Psikologisnya, Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hal ini sering membuat bingung baik oleh si remaja sendiri dan orang tua. Banyak remaja terjerumus ke dalam kerusakan moral ketika mencoba mencari jati diri. Maka dari itu, pendidikan yang ketat, dibarengi dengan penanaman nilai-nilai positif sangat dibutuhkan oleh remaja. Sifat remaja yang masih labil—membuat remaja sangat mudah untuk terjerumus kepada lubang hitam.

Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, beliau adalah sahabat Nabi SAW yang mendapat gelar gudangnya ilmu – pernah mengatakan, “Didiklah anak-anakmu (dengan baik), karena sesungguhnya mereka adalah (bangsa yang akan hidup) di zaman yang (jauh) berbeda dengan zamanmu”.

B. Upaya Pengendalian Diri

Pendidikan agama merupakan pendidikan yang dapat membentuk pribadi anak-anak kita menjadi pribadi yang baik, sholeh, dan berakhlakul karimah. Namun pendidikan agama sering dikesampingkan para orang tua, bahkan kurang pula minat menambah pendidikan agama di luar sekolah, seperti masjid, mushalla, pesantren, atau madrasah diniyah. Akibatnya, kurang tertanam jiwa agamanya secara matang, sehingga dalam pergaulan, mereka tidak mampu mengendalikan diri, mudah terpengaruh dan terjerumus ke perbuatan yang hina dan tercela. Dengan bekal agama, setidaknya akan terhindar dari perbuatan maksiat, Insya Allah.

Dalam menghadapi remaja yang dianggap nakal dan mereka yang telah menjadi korban dari penyalahgunaan narkotika, terasa sekali bahwa kegoncangan jiwa mereka akibat tidak adanya pegangan dalam hidupnya. Nilai-nilai yang akan diambilnya menjadi pegangan, terasa kabur terutama mereka yang hidup dari keluarga yang kurang mengindahkan ajaran agama dan tidak memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.

Padahal, agama adalah kendali yang diterapkan untuk memungkinkan hasrat yang penuh kasih memenangkan pergulatan melawan kejahatan dalam hati manusia yang rumit (Ikeda: 1987).

Meskipun benar kendali diri merupakan tujuan sulit. Namun, tidak adil kiranya jika kita hanya mengatakan demikian tanpa dibarengi kemauan kuat untuk memunculkan kesadaran. Seharusnya kita yakin bahwa kemampuan untuk melakukan upaya pelaksanaan tugas yang sulit ini bisa dilakukan. Karena kita telah banyak diberikan fungsi oleh Tuhan (untuk menjadi sadar). Allah Berfirman, “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman:17).

Sebenarnya, “Teladaan kesempurnaan” telah menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan hidup kita sekarang (khususnya para remaja), karena remaja akan bersikap sesuai dengan lingkungannya, ketika lingkungan baik maka baik pulalah keseluruhannya. Orang yang beranjak dewasa biasanya selalu patuh dan taat pada apa yang dia lihat. Maka dari itu, kesempurnaan sikap teladan (orang tua, pendidik, tokoh masyrakat, dan sebagainya) menjadi motor utama dalam mengarahkan para remaja menuju jalan terbaik. Agar Indonesia ini mempunyai generasi-generasi yang unggul. Menjadi bahaya, jika generasi muda Indonesia banyak terjerumus pada lubang kejahatan (narkoba, pemerkosaan, pembunuhan, dan pencurian) dan berakibat fatal bagi kemajuan bangsa kita. Semoga remaja Indonesia tidak termasuk generasi amatir. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun