Bahkan dikabarkan bahwa Lenin menerima bantuan keuangan dari salah satu musuh Rusia yaitu Jerman di saat inflasi besar-besaran di Rusia. Pasukan Rusia terus mengalami kekalahan, karena kurangnya bahan persedian pangan. Sehingga Tsar Nicholas II dipaksa untuk turun takhta pada Maret 1917. Dan harapan Lenin terwujud.
Hal ini kemudian dimanfaatkan Lenin dengan baik. Ia beserta partainya melakukan kudeta yang disebut Revolusi Bolshevik untuk merebut kekuasaan dari pemerintah sementara dan membentuk pemerintahan baru.
Meragukan Stalin sebagai Penerusnya
Setelah Lenin mengangkat Stalin menjadi sekretaris jendral Partai Komunis pada April 1922, Lenin menyesali keputusannya. Ia menggambarkan Stalin sebagai orang yang terlalu keras. Oleh sebab itu, Stalin harus diganti dengan seseorang yang lebih sabar, lebih setia, lebih hormat dan lebih memperhatikan kawan-kawannya, tidak berubah-ubah dan sebagainya.
Dalam suratnya ia menuliskan, "Kegagalan ini, menjadi semakin tak tertahankan di kantor sekretaris jenderal," tulisnya.Â
Bahkan dalam surat terpisah, Lenin malah menuduh Stalin telah berani memanggil istrinya lewat telepon dan melakukan pelecehan padanya. Namun pada saat itu untuk ketiga kalinya ia menderita stroke, hingga tidak dapat berbicara.
Setelah kematian Lenin, Stalin menang dalam perebutan kekuasaan dan kemudian menjadi salah satu diktator paling terkenal di abad ke-20.
Jasadnya dimumifikasi
Lenin mengalami koma berminggu-minggu, hingga kemudian meninggal dunia pada 21 Januari 1924 di dacha Gorki. Disebabkan oleh penyakit pembuluh darah yang tidak dapat disembuhkan.
Ribuan pelayat berbondong-bondong datang, melewati peti mati yang terbuka. Jasad Lenin tidak dikubur, tetapi dibalsem dan diawetkan. Sejak saat itu, tubuh mumi Lenin dipajang untuk dipamerkan sebuah bangunan dalam kompleks Lapangan Merah Moskow sebagai sebuah simbol Uni Soviet. Namun saat Perang Dunia II berlangsung, jasadnya dipindahkan ke Siberia selama empat tahun.