Mohon tunggu...
I Ketut Sudarsana
I Ketut Sudarsana Mohon Tunggu... Dosen - Abdi Negara pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Adapun alamat email iketutsudarsana@uhnsugriwa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Perindu Cinta

28 Mei 2020   06:42 Diperbarui: 28 Mei 2020   07:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, dimasa Work From Home, terbangun dipukul 02.35 Wita akan kutuliskan kisahku. Sebuah kisah yang akan melegenda, minimal bagi anak-anakku hehehe. Pikiranku menerawang jauh, kembali mengingat perjalanan getirnya hidupku. Suasana kamar yang sepi (maklum aku tidur dikamar sendirian "pisah ranjang sama istri" hehehe) turut mendukung ingatanku. Sebelum lanjut apakah sudah ada yang membaca Aku dan Dilan? Bagi yang sudah membaca angkat tangan hehehe. 

Bagi yang belum silahkan itu dibaca dulu baru membaca kelanjutan cerita ini agar tahu bahwa aku ini masuk kelompok pria "perindu" cinta, bukan "penikmat" cinta. Iya terlalu banyak wanita yang aku cari, namun selalu lebih menginginkan menjadi "sahabat" dari pada "pacar". Zaman SMK seluruhnya ku jalani hanya sekolah dan bekerja, tidak ada kisah pacaran karena memang tidak pernah punya pacar. 

Baru setelah kuliah, tepatnya diawal kuliah aku punya pacar anak SMA kelas satu, berkat kenalan disebuah bazzar namun itu hanya bertahan seminggu. Dia ngajak putus dengan alas an tidak dikasi izin sama orang tuanya.

Selepas itu aku berpetualang lagi mendekati teman-teman kuliah. Disebut tidak ya nama-namanya disini? Ah jangan dah ntar mereka kepedean lagi, merasa bangga pernah menolakku. Biarkan mereka menyesali keputusan salah mereka dulu "bahwa mereka sudah membuat keputusan fatal karena air itu harusnya dimasukkan ketanah, bukan dialirkan menggunakan gorong-gorong raksasa kelaut" ehhhh kok jadi begitu kalimatnya. 

Masuk semester tiga aku ketemu dengan adik kelas di gor bulutangkis yang lokasinya di Pura Dalem Bungkeneng, namun ahhh dia juga sama setelah didekati beberapa hari hanya mau aku menjadi "kakaknya" saja dan mengatakan sudah punya pacar polisi, belakangan aku ketahui dia telah pacaran dengan kakak kelas. 

Padahal cintaku tulus lho padanya. Sebenarnya aku jengah kok bisa aku tidak laku, padahal teman yang lain ada yang punya sampai dua pacar. Setiap ketemu mereka selalu bercerita dengan narasi yang berbunga-bunga disertai aktivitas-aktivitas (maaf tidak bisa saya sebutkan karena pembaca cerita ini belum tentu semua +17) yang membikin iri hati.

dokpri
dokpri
Setiap mencari wanita dan ditolak pasti ku alihkan dengan membeli tuak dan minum dikost (miris ya baru kalian tahu aku ini juga peminum) "sing punyah sing suud". Setelah berbagai kegagalan itu aku mulai berpikir jangan-jangan kelas sosialku belum sampai pada kelas social terdidik. Sehingga aku putuskan untuk turun kelas mencari wanita pembantu rumah tangga "maaf ya". Kebetulan ada teman yang bercerita punya pembantu "bajang" dari Karangasem, sehingga jadilah aku sering-sering main-main kerumahnya dan berkenalan dengan pembantunya. 

Setelah beberapa kali ketemu akhirnya kami bersepakat pacaran "yess akhirnya punya juga pacar" kataku dalam hati waktu itu. Namun ternyata kesepakatan itu berlaku hanya dua minggu saja, setelah itu dia malah minta putus dengan alasan katanya aku playboy dan tidak mau keluar kamar lagi jika aku kesana. 

Ahhhh aku ini playboy dari mananya? Sampai disuatu masa, teman yang mempekerjakan dia memberitahu jika dialah yang bercerita kalau aku ini banyak nyari wanita dikampus (waktu itu aku sangat marah). Alasan dia itu katanya untuk menyelamatkan saya "masa ketut mahasiswa punya pacar pembantu" begitu alibinya. 

"Kan lebih terhormat jika pacarnya juga mahasiswa" lanjutnya. Ahhhhh ini membuatku semakin kesal. "Sudah banyak nyari teman dikampus mbok, tapi selalu ditolak" jawabku waktu itu. "Pasti ada tut yang mau, cuma jangan nyari yang cantik nae kan pasti ditolak". Perkataan dia itu sungguh menghancurkan kepercayaan diriku ini, dan setelah itu aku tidak mau lagi berbicara sama dia. Permintaannya untuk dibuatkan tugas pun langsung aku tolak.

dokpri
dokpri
Selang beberapa waktu, aku mulai merasa apa yang dikatakannya itu ada benarnya juga. Mungkin saja benar, seleraku yang ketinggian. Maka ku putuskan untuk mendekati teman yang setiap kulihat dia pasti sendirian, badannya agak gemuk dan kulitnya juga agak gelap (maaf ya heheheh) "nah pang ngelah gen tunangan" pikirku. Sehingga ku putuskan untuk mendekatinya dan selang beberapa hari mengutarakan niat untuk mengajaknya pacaran "menurut pembaca diterima atau ditolak ini? Ayo.. tebak....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun