Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Era Post Truth, Indonesia Kembali Perlu Haluan

17 Juni 2020   01:10 Diperbarui: 17 Juni 2020   01:13 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ciri negara demokrasi sebagai sebuah pilihan adalah adanya perbedaan pendapat, perdebatan tafsir dan keterbukaan media. Itulah namanya dinamika.

Karena revolusi menurut Bung Karno memenuhi unsur romantika, dinamika dan dialektika.
Dengan demikian jika mau belajar dan memahami sejarah bangsa, sesungguhnya tidak perlu kaget jika terjadi penolakan atas Rancangan Undang-undang (RUU) serta kebijakan. Indonesia telah mengalami fase destruksi dan konstruksi melalui pergumulan sejarah panjang.

Kelemahan kita sebagai anak bangsa adalah cenderung apatis dengan melupakan peristiwa bersejarah. Nation & character building kalah oleh tuntutan formalitas pendidikan. Dan akan berbahaya jika manusia Indonesia tercerabut dari akar sejarah.
Sebuah peristiwa akan dikapitalisasi sebagai propaganda saat kelompok memiliki misi dan tujuan politik tertentu.

"Ya, pernah kita melepaskan romantik itu,. Pernah kita melepaskan dinamik itu.
Pernah kita melepaskan dialektika itu. Waktu ialah sebelum tahun 1959.
Pada waktu itu pemimpin-pemimpin kita banyak yang kena cekokan liberal. Pada waktu itu banyak pemimpin-pemimpin kita yang nyeleweng. Pada waktu itu banyak partai-partai kita pada gila-gilaan. Pada waktu itu banyak pemuka-pemuka kita yang keblinger dengan ilmu-ilmu ala Rotterdam atau ala Harvard. Pada waktu itu banyak berkeluyuran zg. "pemimpin-pemimpin", yang dalam tubuhnya tidak ada satu tetes darahpun revolusioner.

Pada waktu itu terjadilah pemberontakan-pemberontakan yang mendurhakai revolusi. Pada waktu itu Romantikanya Revolusi, Dinamikanya Revolusi, Dialektikanya Revolusi di kentuti oleh "pemimpin-pemimpin" semacam itu. Jadinya? Revolusi Indonesia menjadi satu revolusi yang oleh seorang Belanda dinamakan "revolusi of drift" artinya revolusi yang kintir kekanan dan kekiri, " Sukarno 17 Agustus 1964.

"Aku masih ingat dengan sejelas-jelasnya akan situasi gawat tanah air kita ketika Manipol lahir. Ya, "lahir" aku katakan, karena sesungguhnya, seperti halnya Pancasila itu bukan cipataanku pribadi -- melainkan aku sekedar menggalinya dari bumi Ibu Pertiwi -- ,   demikianpun Manipol itu bukan ciptaanku pribadi ;  Manipol lahir dari kandungannya Ibu Sejarah. Sejarahlah ibunya, Manipol jabang bayinya, sedangkan Rakyat Indonesia yang progressif revolusioner adalah bidannya.

....Manipol/Garis Besar Haluan Negara/Program Umum Revolusi Indonesia..

-- segala kegagalan, keseretan, kemacetan itu pada pokoknya adalah disebabkan oleh karena kita, sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, telah menyeleweng dari Jiwa, dari Dasar, dari Tujuan Revolusi !" Sukarno 17 Agustus 1964.

Iklim demokrasi sejatinya telah mengalami perubahan besar pasca Reformasi 1998. Pengakuan kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat serta penghormatan atas Hak Asasi Manusi (HAM) telah menjadi roh "dinamikanya revolusi".
Voting menjadi jalan terakhir ketika pengambilan sebuah keputusan tak terpenuhi oleh permusyawaratan. Oleh karena itu baik dengan jalan mufakat maupun voting ketika keputusan telah ditetapkan menjadi konsensus, wajib dihormati.

Praktek pengambilan keputusan secara voting tidak selamanya menjadi pilihan, misalnya DPRRI/MPRRI lebih banyak mengambil keputusan melalui musyawarah mufakat.

Kita tentu harus ingat bahwa dipenghujung masa sidang DPRRI/MPRRI melalui rapat gabungan (Ragab) yang melibatkan DPRRI dan DPDRI telah menyepakati rekomendasi berkaitan dengan pokok-pokok haluan negara untuk dilanjutkan MPR periode 2019 -- 2024 melalui amendemen terbatas UUD NRI Tahun 1945 yang berlangsung di Ruang GBHN Gedung Nusantara V, Komplek MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Senin (23/9/2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun