Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Lockdown "Nyepi" Bali di Tahun Baru Saka dan Sebuah Kisah Sebelumnya

24 Maret 2020   11:46 Diperbarui: 13 Maret 2021   08:12 1927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan ibadah Nyepi di Bali | Foto: KOMPAS.com/Gary Lotulung

Dari uraian sejumlah dokumen dan fakta tersebut dapat dirangkum bahwa:

1) Jika merujuk pada Lontar Kutarakanda Dewapurana Bangsul, menyebutkan bahwa pada hari Sukra (Jumat) Kliwon, bulan Kalima tahun 113 Saka (191 M) datang ke Bali dari Gunung Semeru (Jawa Timur) para pertapa Hyang Putra Jaya, Dewi Danuh dan Hyang Gni Jaya mendapat mandat untuk membangun pelinggih/pura di Besakih, Ulun Danu Batur dan Lempuyang maka penyebar Hinduisme pertama di Nusantara adalah para Brahmana. 

Karena beliau datang dari Gunung Semeru maka penyebaran Hindu di Jawa sangat mungkin sebelum tahun 191 M utamanya di gunung-gunung karena Hindu menghormati gunung/giri.

2) Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman menyebut bulan Phalguna dan Caitra serta Raja Hayam Wuruk juga melangsungkan upacara besar di bulan Caitra sebagaimana dilukiskan dalam Negara Kertagama maka kemungkinan raja-raja Hindu di Nusantara menempatkan bulan Caitra istimewa untuk melaksanakan upacara besar, upacara pembersihan, ruwat bumi, penyucian alam semesta, ini mungkin diidentikkan dengan upacara Tawur Agung menjelang pergantian Tahun Saka yang saat ini disebut Tawur Agung Kasanga.

Perayaan Tahun Baru Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca. Berdasarkan Pupuh 85 (1) Kekawin Negara Kertagama digambarkan bahwa perayaan Tahun Baru Saka (tanggal 1 bulan Caitra) di Majapahit dilaksanakan dengan meriah dihadiri pembesar kerajaan dan masyarakat, bukan dengan "menyepi". Sehingga saya menganggap Hari Raya Nyepi tidak berasal dari Jawa tapi produk local wisdom Hindu Bali (butuh rujukan lebih lanjut).

3) Jika merujuk pada penelitian Dr. Goris yang menyebutkan bahwa sebelum abad ke 8 (era Mataram Kuno) masyarakat Bali telah mempraktekkan Hindu dan diperkuat oleh Purana Balidwipa, bahwa Sri Kesari Warmadewa dari wangsa Syailendra yang diutus oleh raja Mataram Kuno bertahta pada tahun 804 Saka (882 M) untuk mengembangkan agama Buddha di Bali malah merayakan Hari Raya Galungan sebagai hari rayanya Hindu.

Ini membuktikan bahwa Hindu di Bali tidak disebarkan oleh para Ksatria dari Jawa melainkan para Brahmana sesuai poin 1. Kemungkinan para Brahmana dengan mata batinnya mampu membaca akan terjadi kemunduran Hindu kelak di Nusantara (terbukti dengan runtuhnya Majapahit dan Islamisasi Jawa) sehingga Bali dipilih sebagai pulau untuk penyelamatan ajaran Hindu. 

Oleh Mpu Kuturan era pemerintahan Dharma Udayana Warmadewa sekte-sekte Hindu di Bali disatukan dengan konsep Trimurti. Hubungan Jawa-Bali selanjutnya berlangsung dari era Mataram Kuno, Kediri, Singosari hingga Majapahit.

4) Berdasarkan lontar Aji Swamandala bahwa, Tawur (upacara) Bhuta Yadnya atau Tawur Kesanga sebaiknya diadakan pada Tilem bulan Caitra (Tilem Kesanga/bulan mati pada bulan kesembilan tahun Saka).
Dengan lontar ini menguatkan kembali keistimewaan bulan Caitra untuk melaksanakan Tawur Agung.

Semoga bermanfaat. Akhir kata saya mengucapkan:

Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 (25 Maret 2020).
Semoga umat manusia senantiasa menjaga keharmonisan antar mahluk dan alam semesta.
Semoga Tawur Agung Kasanga dan "Lockdown" Nyepi Bali mampu mengembalikan keseimbangan Buana Alit dan Buana Agung.
Semoga bangsa Indonesia segera dapat mengatasi meluasnya penyebaran Virus Covid-19 (Corona).

Dirangkum dari berbagai sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun