Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Curhat Remaja "Zaman Old"

15 Oktober 2018   15:21 Diperbarui: 15 Oktober 2018   15:52 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asyiknya jadi remaja zaman sekarang karena banyak dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang di dukung penuh oleh teknologi. Ya, banyak kemudahan yang remaja masa kini dapatkan termasuk dalam urusan curhat yaitu mencurahkan perasaan hati yang tengah galau, sedih, meriang, merindu, mencinta dan lain sebagainya dengan tumbal kuota. Gak usah capek-capek beli buku diari warna-warni dengan gembok sana sini, cukup dengan membuka aplikasi menulis di smart phone atau log in di media sosial, kamu bisa curhat sepuas hati. 

Tapi dulu, saat buku teka teki silang masih bergambar Ita Purnamasari dan Dina Mariana, urusan curhat ini masih sedikit belibet. Banyak media yang digunakan seorang remaja untuk mengeluarkan semua unek-unek dihatinya diantaranya menulis di diari.

Yap, menulis di diari adalah salah satu solusi mudah untuk mengekspresikan segala hal yang terpendam di hati. Namun harga diari kala itu umumnya cukup menguras kantong apalagi diari yang memiliki gembok sebesar gembok istana Nottingham. Walaupun agak mahal namun tak serta merta menyurutkan tekad  untuk memilikinya.  Karena bagaimana pun juga menulis di diari itu memiliki manfaat sendiri.  

Di samping terjaganya privacy, diari memberi ruang kepada sang pemilik untuk mengeksplorasi  isi hati tanpa harus merasa minder bila apa yang ditulis kurang menarik untuk dibaca.  Ih siapa juga yang mau memublikasikan curahan hati ya, kan sifatnya rahasia.

Namun tak semua orang menyukai diari karena menulis di lembaran kertas berbentuk buku itu adalah monopoli para gadis. Tapi apakah curhat dengan cara menulis merupakan monopoli para gadis juga? Tentu saja tidak, karena semua mahluk hidup bebas mencurahkan isi hatinya, tak peduli dia seorang manusia bergender wanita maupun pria, alien, dinosaurus, mutant, atau mahluk jadi-jadian sekalipun.

Ada beberapa remaja pria yang juga kerap curhat. Namun karena diari bukanlah domain mereka maka mereka menuangkan unek-uneknya di tembok. Bukan tembok ratapan juga sih tapi tembok kelas, dinding toilet atau kamar mandi sekolah maupun kampus. Aksi mereka ini bagaikan para seniman grafiti yang merusak keindahan MRT, gak terpuji sodara. Namun karena dulu belum ada MRT jadi gak papa juga lah ehehe apasih, tetep aja gak terpuji ya.

Nah, di dinding inilah diantara sedapnya aroma kamar mandi yang memekakkan hidung,  mereka meluapkan perasaan hati yang bergumpal bagai benang kusut dengan menuliskan kalimat-kalimat yang terkadang isinya aduhai sekali. 

Tak ayal dinding toilet pun dipenuhi tulisan dari yang hurufnya model ceker ayam sampai ceker bebek, angsa, masak dikuali. Hebatnya lagi selain tulisan, banyak pula gambar-gambar menarik yang mereka buat. Sayang sekali, menggambarnya di dinding, coba kalau dikirim ke Pak Tino Sidin pasti dapat predikat "bagus", cyin. 

Sumber : Chripstory
Sumber : Chripstory
Selain di dinding toilet atau kamar mandi, ada beberapa juga yang mencurahkan isi hatinya di kaca jendela angkutan umum yang berembun ketika tengah hujan.  

Kalau yang model begini biasanya curhatannya gak bakalan panjang sambai satu bab segala.  Sejumput namun mewakili isi hati.  Misalnya bila sedang jatuh cinta, cukup dengan menggambar bentuk hati dengan inisial nama di dalamnya.  Atau bila tengah patah hati, cukup diwakili dengan gambar hati yang retak atau benang kusut awut-awutan.   Sederhana namun penuh makna. 

Sumber : www.joomladesign.inf
Sumber : www.joomladesign.inf
Demikianlah kiranya media curhat remaja tahun 90-an, agak ribet namun menorehkan kisah tersendiri yang dapat dikenang sambil ber-hahahihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun