Suatu ketika tanpa sengaja, saya membaca status WA seorang teman. Ia menulis di statusnya, "Wujud mikro kekecewaan terhadap kondisi bangsa ini pada masalah korupsi adalah adanya anak-anak yang curang saat ujian tapi dibiarkan begitu saja oleh orang-orang di sekitarnya!"
Langsung saya wapri teman saya tersebut sambil bertanya, memangnya ada masalah apa. Ia pun lalu berkeluh kesah tentang nasib anaknya di sekolah.Â
Setiap kali ujian, entah itu ulangan harian, bahkan ujian akhir semester, anaknya selalu berusaha belajar sebelum ujian. Saat ujian di sekolah, anaknya juga selalu jujur, mengerjakan ujiannya sendiri.
Sayangnya, tidak demikian bagi kebanyakan teman-teman di sekitarnya. Banyak yang menyontek. Bahkan mirisnya, hal itu dibiarkan oleh guru yang ada di kelas.Â
Katanya, beberapa kali juga pernah terjadi, anak-anak ujian, tapi ditunggui oleh pihak lain. Terkadang mahasiswa PPL, KKN, atau anak-anak SMA yang sedang melakukan pengabdian di sekolah tersebut.Â
"Pas anak-anak ini ditunggui ujian, terus mereka tanya jawaban soal, eh, lha kok malah dijawab. Kan aku jadi gemes denger cerita anakku!" cerita teman saya tersebut.
Teman saya ini memang selalu menekankan pada anaknya untuk jujur, mengerjakan ujian sendiri. Ia tidak peduli hasil ujian anaknya akan dapat nilai berapa. Karena baginya, yang penting anaknya sudah berproses untuk berusaha.
Namun ada yang mengganjal, dan kami berdua sepemikian tentang suatu hal. Bagaimana dengan anak-anak yang selama ini selalu rajin belajar, selalu berusaha jujur, tapi ia akhirnya tersingkir oleh anak-anak yang curang saat ujian? Sampai kapan anak-anak ini akan kuat iman, untuk tidak tergoda ikut-ikutan teman-temannya yang berlaku curang?Â
"Nah, itu yang aku pikirkan. Iya kayak anakku, yang masih keukeuh nggak mau ikut-ikutan. Bagaimana dengan anak lain yang malah kepikiran, ah, orang temanku curang saja nggak dapat konsekuensi kok! Mereka lho, aman-aman saja. Nggak pakai belajar, modal nyontek, nilai bagus, dapat ranking. Kenapa aku nggak ikut-ikutan saja? Yang penting kan bisa dapat ranking tiga besar. Terus, bisa dipakai buat masuk SMP jalur prestasi!"
Saya yang mendengar hasil pemikiran teman saya itu pun jadi menghela napas panjang. Entah mengapa, di otak saya langsung terpikir nasib masa depan negara ini kalau SDMnya kebanyakan punya pola pemikiran dan tindakan seperti itu.