Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat Muslim terhadap gaya hidup sehat dan spiritual, satu hal yang kian jadi sorotan adalah: gizi halal. Bukan sekadar tren sesaat, tapi sebuah kebutuhan baru yang menyatukan dua kekuatan besar: kesehatan dan keimanan.
Layanan gizi halal kini mulai banyak diperbincangkan, tak hanya oleh kalangan profesional kesehatan, tapi juga oleh generasi muda Muslim yang peduli terhadap asupan makanan mereka---dari bahan, proses hingga nilai etikanya.
Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi luar biasa dalam mengembangkan layanan ini. Tapi, sudahkah kita benar-benar menangkap peluang emas ini?
Apa Itu Gizi Halal? Bukan Sekadar Bebas Babi dan Alkohol
"Orang sering salah kaprah. Mengira selama tidak ada babi atau alkohol, makanan itu pasti halal. Padahal kehalalan juga mencakup proses, niat, hingga pengolahan," tutur Dr. Fenny Dwiyany, pakar gizi dari IPB University, saat diwawancarai di sela seminar Halal Nutrition Summit, April lalu.
Gizi halal bukan hanya tentang bahan makanan yang suci dan bersih. Tapi juga meliputi:
- Proses penyembelihan hewan yang sesuai syariat Islam
- Bahan tambahan makanan (aditif) yang aman dan halal
- Suplemen, vitamin, dan obat yang tidak mengandung bahan haram
- Cara pengolahan, penyajian, bahkan niat dan kebersihan selama proses penyajian
Generasi Muda Muslim, Konsumen Cerdas yang Peduli Akidah
Menurut survei Halal Corner Indonesia tahun 2023, sebanyak 65% generasi milenial dan Gen Z Muslim di Indonesia mulai aktif memeriksa kehalalan produk makanan, termasuk diet sehat dan suplemen.
Aisyah (27), seorang pengusaha katering sehat di Jakarta, berbagi pengalamannya. "Banyak klien saya sekarang minta makanan sehat tapi juga harus halal secara bahan dan cara masak. Mereka cek label MUI, bahkan minta video proses dapur. Ini bukan cuma gaya hidup, ini bagian dari keimanan."
Potensi Bisnis Gizi Halal: Lahan Subur yang Belum Banyak Diolah
Sayangnya, meski permintaan melonjak, penyedia layanan gizi halal masih sangat terbatas. Rumah sakit belum semua menyediakan menu halal bersertifikasi. Klinik gizi masih fokus pada angka kalori tanpa memeriksa sumber bahan. Dan startup kesehatan digital belum banyak menyasar segmen ini.