Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Profil Kesehatan: Laporan Tahunan atau Syarat Formil

24 April 2025   13:30 Diperbarui: 24 April 2025   12:41 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemarin Saya didapuk jadi salah seorang pembicara di dinas kesehatan untuk membicarakan tentang pentingnya profil kesehatan daerah disusun sesuai khaidah dan tepat waktu. Karena concern saya di bidang komunikasi dan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan informasi publik maka saya bicara dalam kapasitas saya. Dan akhirnya, dari hasil diskusi dengan para peserta dan narasumber lain yang berasal dari Bappeda, BPS, dan Kementerian Kesehatan RI, ijinkan saya menyarikannya seperti tulisan berikut.

Setiap tahun, Dinas Kesehatan di daerah diminta menyusun Profil Kesehatan Daerah.
Secara teori, ini dokumen strategis---semacam rapor kesehatan masyarakat di level kabupaten atau kota.

Sayangnya, di lapangan, profil ini sering kali tidak lebih dari sekadar syarat formil.
Disusun mendekati akhir tahun, dikejar deadline, penuh copy-paste, dan seringkali... bahkan tidak dibaca oleh pengambil kebijakan.

Padahal, Fungsinya Sangat Penting

Profil kesehatan harusnya:
*Memberi gambaran kondisi kesehatan terkini.
*Menjadi dasar perencanaan program dan anggaran.
*Jadi alat bantu evaluasi capaian indikator kesehatan dan SPM.

Tapi, ya begitulah---idealitas di dokumen peraturan sering tak bertemu realitas di daerah.

Kenapa Profil Kesehatan Sering Diabaikan?
1.Data yang Terlambat dan Tidak Sinkron
Menunggu laporan dari puskesmas, rumah sakit, bahkan OPD lain bisa memakan waktu. Hasilnya? Profil jadi disusun sambil jalan---bahkan mungkin terkesan asal selesai.
2.Kurangnya Kapasitas Teknis
Tidak semua daerah punya SDM yang paham analisis data kesehatan. Alhasil, isinya hanya deretan tabel tanpa narasi analitis yang kuat.
3.Tidak Terintegrasi dengan Perencanaan
Ironisnya, dokumen yang seharusnya jadi rujukan utama dalam menyusun renja dan RKPD ini justru sering ditinggalkan. Bappeda bisa jadi lebih sering pakai data "ringkasan PowerPoint" ketimbang buka profil kesehatan lengkap.

Profil Kesehatan = Alarm Dini

Seharusnya, profil ini bisa jadi semacam early warning system.
Contoh:
*Jika cakupan imunisasi menurun dua tahun berturut-turut, harusnya alarm dinyalakan.
*Jika kasus stunting tinggi di kecamatan tertentu, harusnya jadi prioritas lintas sektor.

Tapi tentu saja, itu hanya bisa terjadi kalau profil kesehatan:
*Disusun tepat waktu,
*Dibuat dengan analisis yang tajam,
*Dan benar-benar dijadikan rujukan dalam rapat perencanaan lintas OPD.

Kalau profil kesehatan hanya dijadikan tugas rutin tahunan,
tanpa analisis, tanpa urgensi, dan hanya disusun karena "itu permintaan pusat"...
Maka jangan kaget kalau kemudian kebijakan kita juga sekadar tambal sulam, bukan perbaikan sistemik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun