Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekuatan di Balik Perlawanan Kecil Rakyat Jelata (Catatan Penghormatan atas Aksi Tanam Pohon Warga Tamaona)

9 Februari 2019   17:04 Diperbarui: 10 Februari 2019   08:15 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pembebasanjogja.blogspot.com)

Bagi sementara kalangan, aksi tanam pohon di tengah jalan oleh warga Galunglohe, desa Tamaona, kecamatan Kindang, Bulukumba, mungkin terlihat sepele. Aksi semacam itu boleh jadi dianggap tak punya pengaruh belaka.

Apalagi yang ditanami pohon hanyalah jalan setapak atau tepatnya lorong menuju satu kampung, yaitu Galunglohe. Kampungnya pun hanyalah sudut-sudut peradaban desa, bukan pusat peradabannya. Hanya satu dua kendaraan yang melintas di tempat itu, lebih banyak motor, sangat jarang mobil.

Melihat orang-orang yang menggelar aksi, mungkin sebagian kalangan hanya akan mencibir. "Siapa yang akan dengar, mereka hanya orang kecil, petani yang polos, bukan para aktivis yang biasa menguasai jalan dengan megaphone di tangan."

dokpri
dokpri
Jangan tanya lagi apakah para warga yang beraksi itu paham pada pemikiran dan gerakan kiri? Mereka buta soal Marxisme, tak kenal Che Guevara dan tak paham gerakan Zapatista. Mereka hanya akrab dengan cangkul, dekat dengan sabit dan hari-harinya bercengkerama dengan kebun.

Mereka tentu saja tidak pandai melobi. Jangankan itu, untuk menjelaskan kenapa mereka harus menanam pohon di tengah jalan saja, mereka kesulitan merangkai argumen. Bahkan di antara mereka ada seorang bisu, yang saya sangat kenal dan dekat dengannya. "Pepe" begitu saya dan orang kampung biasa memanggilnya.

Tentu bagi dia tak ada penjelasan yang canggih untuk semua yang dilakukan. Baginya terlibat dalam aksi ini hanyalah sebagai wujud solidaritas dan mungkin jauh di lubuk hatinya hanya ada kegeraman atas situasi jalan berlumpur yang tiap hari disaksikannya.

dokpri-bersama-dengan-pepe-seorang-bisu-yang-ikut-aksi-1-jpg-5c5f7987ab12ae69fb469616.jpg
dokpri-bersama-dengan-pepe-seorang-bisu-yang-ikut-aksi-1-jpg-5c5f7987ab12ae69fb469616.jpg
Sepintas sikap skeptis atas gerakan kecil semacam ini tampak beralasan. Begitulah dulu orang-orang, saat awal-awal menyaksikan gerakan perlawanan serikat buruh di Ceko. Perlawanan itu diibaratkan hanyalah khayalan kosong seorang Don Quixote yang ingin menghentikan kitiran baling-baling menara kincir raksasa.

Untuk beberapa lama sikap skeptis itu terlihat benar. Leonid Brezhnev, pemimpin Soviet yang menghancurkan gerakan politik ceko, masih kokoh berkuasa di Kremlin. Begitulah pengakuan Vaclav Havel. Tetapi beberapa tahun kemudian Havel akhirnya bisa menyaksikan langsung keberhasilan perlawanan rakyat dalam satu gerakan yang disebut 'Revolusi Beledu'. "Dan ketahuilah revolusi itu hanya dimulai dari gerakan kecil segelintir buruh yang dicibir orang". Kata Vaclav Havel.

Sejatinya banyak perubahan kebijakan, bahkan rezim yang tumbang disebabkan oleh tindakan kecil dan perlawanan bersahaja dari rakyat jelata. Perlawanan yang semula tidak diperhitungkan karena sebagaimana kata James C. Scott perlawanan mereka hanya semacam ungkapan terselubung (hidden transcripts).

Seperti dengan tanam pohon pisang di jalan yang dilakukan oleh warga Galunglohe , di situ tak ada kata-kata dan memang tak perlu kata-kata. Ungkapan mereka diwakili dengan menanam pisang di jalan. Tindakan ini adalah ungkapan terselubung dari kalimat: "Lihatlah jalan kami, tak ada bedanya dengan sawah dan kebun, maka daripada disebut jalan, lebih tepat dikatakan kebun atau sawah dan karena itulah kami menanam di sini."

Sejarah perlawanan di Indonesia terhadap penjajah kolonial juga di mulai dari hal-hal kecil dan oleh orang kecil. Perlawanan petani Banten misalnya, dimulai dari pembangkangan segelintir petani. Sebagai orang kecil mereka tidak mungkin secara terang-terangan menyusun kekuatan lalu beradu dada dengan kolonial. 

Mereka mulai dari membangkang ikut kerja paksa dengan berbagai alasan yang terkesan naif dan lucu. Cara-cara semacam ini lazim dilakukan kalangan lemah atau para kelompok subaltern dalam menghadang sebentuk kekuasaan yang menindas. Inilah weapon of the weaks (senjata orang lemah).

Di Indonesia bahkan dikenal satu kosa kata yang disebut dengan saminisme. Kata ini mengambarkan cara cara melawan komunitas Sedulur Sikep di Blora, Pati-Jawa Tengah. Mereka adalah para petani jelata dan melawan melalui perilaku sederhana.

Tapi perlawanan mereka dulu berhasil menjungkir balikkan nalar kolonial dan merepotkan kaum penjajah. Dalam masa modern saminisme berhasil mengacaukan nalar modernisme. Hari-hari terakhir ini, Samin malah getol melawan pabrik semen di Kendeng.

Di berbagai belahan dunia juga banyak perlawanan kecil yang berhasil menghadang kekuasaan yang menindas. Sepintas tak berarti, tapi semakin lama terasa semakin mengganggu kenyamanan rezim. Siapa bisa menduga gerakan chaddis (pakaian dalam) merah jambu kaum wanita di India bisa membuat berang pimpinan Sri Ram Sena Pramod Mutthalik dan pengikutnya. Karena gerakan ini, aturan pelarangan perayaan valentine akhirnya ditinjau ulang.

Selain itu, tentu masih banyak perlawanan kecil lainnya yang telah berhasil mengguncang dunia. Sebagiannya telah dibentangkan oleh Steve Crawshaw dan John Jackson dalam tulisannya yang memikat "Tindakan-tindakan Kecil Perlawanan", sebagaian lainnya hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut dan akhirnya jadi legenda.

Saya mengakhiri ini dengan mengatakan: " Jangan pernah meremehkan perlawanan kecil rakyat jelata, sebab kata Vaclav Havel ada kekuatan tak tertampung dari kaum tak punya kuasa itu (untapped power of powerless). Sekali meledak, ia akan menjadi rangkaian perlawanan dan pembangkangan yang mengalir terus -menerus.

Maka jangan berhenti menggugat wahai para rakyat Tamaona! Sebelum hak dipenuhi dan janji-janji ditunaikan, perlawanan harus terus dihidupkan. Tentu dengan penuh kemanusiaan dan tanpa kekerasan. Percayalah, seturut kalimat Crawshaw, rumput kecil yang tertanam kuat di sungai , rantingnya bisa membelokkan arus sungai yang deras.

Teruslah berjuang! Saya akan mendukungmu dengan kata kata, sebab kata adalah bunga dari revolusi.

(sekian)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun