Mohon tunggu...
Iin Sawitri
Iin Sawitri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang Menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta Jursan Pendidikan Luar Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Keterbatasan Hingga Semangat “Prihatin Berwirausaha”

26 November 2014   02:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14169179801034182788

[caption id="attachment_337684" align="aligncenter" width="300" caption="khamid nur muhaimin photography"][/caption]

Kepemilikan jiwa kewirausahaan tidak selalu begitu saja muncul ataupun diwariskan, tetapi perlu adanya pemicu yang bisa berasal dari dalam ataupun dari luar. Anak seorang pengusaha sukses tidak selalu menjadi pengusaha sukses, vice versa. Kesuksesan tidak diwariskan tetapi diusahakan. Begitu pula sebaliknya, anak yang orang tuanya tidak mampu pun jika Ia memiliki semangat untuk berwirausaha, maka ia akan sukses.Pada dasarnya kesuksesan bukan berasal dari siapa orangtuanya, tetapi siapa saya. Seperti pepatah mengatakan, “nelayan hebat tidak lahir dari laut yang tenang”. Berawal dari semangat itulah, banyak mimpi-mimpi yang singgah di hati para penyandang keterbatasan materi yang dalam hal ini adalah kekayaan.

Fenomena keterbatasan materi merupakan hal yang lumrah ditemui di sekitar kita. Sebagai contoh mahasiswa penerima Bidikmisi di UNY. Beasiswa Bidikmisi merupakan bantuan yang ditujukan kepada siswa lulusan SMA/K yang berprestasi tetapi tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan Tinggi. Penerima beasiswa bidikmisi dibiayai oleh negara mulai dari biaya perkuliahan hingga biaya hidup sejumlah Rp. 600.000,00 untuk satu bulan.

Mahasiswa penerima Bidikmisi di UNY berasal dari berbagai daerah diIndonesia. Mayoritas dari mereka menyewa kost-kost an dan harus bisa hidup mandiri. Dengan jumlah terbatas, mahasiswa bidikmisi harus mampu membagi keuangan untuk menyewa tempat kost, biaya makan dan minum, transportasi, membeli buku, dan akomodasi kegiatan keorganisasian di kampus. Jika dana kurang, orangtua mereka pun tidak dapat banyak membantu materi karena keadaan ekonomi mereka pun sangat terbatas.

Dengan keterbatasan tersebut mahasiswa Bidikmisi dituntut untuk mandiri, memadukan keterbatasan dengan kejelian mengatur keuangan, mengutamakan kebutuhan mendesak, mencari strategi menghadapi keterlambatan cairnya beasiswa dan tetap mempertahankan prestasi. Dengan keterbatasan pula, timbul pendewasaan yang dialami mahasiswa bidikmisi untuk dapat survive hidup di lingkungan kampus. Cara yang paling efektif adalah menumbuhkan semangat berwirausaha.

Tak banyak yang dapat dilakukan mahasiswa bidikmisi untuk bewirausaha karena terbatasnya modal. Lagi-lagi masalah keterbatasan materi (modal) menjadi hal yang menjadi rintangan. Akan tetapi, bagi mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi hal yang jauh lebih utama daripada memikirkan keterbatasan tersebut adalah bahwa “kreativitas tanpa batas”. Berbagai keterbatasan tersebut adalah pemantik semangat yang paling mutakhir bagi mereka untuk berkarya. Selama mereka masih memiliki kecerdasan untuk menggagas ide, membuat kreatifitas, menghasilkan karya, berprestasi, beribadah, dan yang paling penting masih bisa membantu sesama dan lingkungan sekitar, itu lebih dari cukup untuk membuat mereka “survive”  dan mampu meraih cita-cita melalui tangga perguruan tinggi.

Hasil dari keterbatasan tersebut, terciptalah kantin kejujuran sebagai salah satu bentuk upaya dalam merealisasikan skill berwirausaha (enterpreneuer) di kalangan mahasiswa. Kantin kejujuran di UNY merupakan kantin yang digawangi oleh sebagian besar mahasiswa bidikmisi. Selain adanya kantin kejujuran banyak pula mahasiswa yang telah turut membuka bisnis UKM (Usaha Kecil dan Menengah), mulai dari Bisnis Jamur tiram, Bisnis Baju Online, Bisnis Batik Tulis, hingga servis motor gratis. Meskipun bisnis tersebut masih tergolong kecil, namun mahasiswa bidikmisi telah mampu mengelola dengan baik sehingga keuntungan dan omzetnya dapat diketahui melalui pembukuan yang baik. Kesulitan permodalan pun dapat diatasi dengan mencari sponsor, investor, dan bekerjasama dengan UKM lainnya.

Semangat  berwirausaha dapat dimiliki semua orang secara mutlak. Jika para pemuda pemudi yang memiliki keterbatasan materi pun mampu mengawali berwirausaha, pasti yang berkecukupan pun memiliki peluang lebih. Jika keterbatasan mampu menjadi pemantik seseorang untuk menjadi semangat berwirausaha, maka seseorang yang tidak memiliki keterbatasan akan dapat lebih lancar dalam berbisnis. Hal yang pelu diingat adalah perlunya pemantik itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun