Mohon tunggu...
Iik Nurulpaik
Iik Nurulpaik Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Akademisi, Pemerhati Pembangunan Bangsa

Edukasi jalan literasi peradaban

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah untuk Apa?

5 Desember 2022   21:50 Diperbarui: 5 Desember 2022   23:11 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Angka putus sekolah di berbagai daerah seringkali mengundang kecemasan berbagai pihak khususnya pemerintah. Diantara mereka ada yang putus sekolah itu mereka menyatakan sesungguhnya masih berminat untuk bersekolah, hambatannya adalah karena keterbatasan biaya. Kelompok lainnya adalah mereka yang tidak lagi berminat untuk bersekolah, karena selain tidak punya biaya merekapun tidak merasakan apa manfaat sekolah bagi kehidupnnya.

 Ada beberapa penjelasan yang bisa menerangkan peristiwa tersebut, pertama bahwa mereka yang masih menunjukan minatnya untuk bersekolah dapat berarti sesungguhnya mereka merasakan pentingnya sekolah bagi kehidupannya.

Bagi kalangan miskin sekolah menjadi tumpuan harapan untuk meraih jalan kehidupan yang lebih baik. Bagi orang tua mereka juga demikian bahwa mereka sebetulnya memahami pentingnya untuk menyekolahkan anaknya karena mereka menyadari arti pentingnya sekolah/pendidikan bagi masa depan anaknya dan juga bagi dirinya.

Menyekolahkan anak juga merupakan investasi masa depan yang kelak bisa diraih, kalau anaknya berhasil menjalani kehidupannya kelak maka akan dapat mengurus dirinya dihari tua, tetapi sebaliknya kegagalan mengurus anak (salah satunya gagal dalam pendidikannya) merupakan fenomena yang bisa memberikan pertanda akan beban berat yang harus dihadapinya di hari tua.

Bagi kalangan rakyat miskin umumnya pendidikan dipahami sebagai wahana dan upaya untuk membangun mobilisasi vertikal dalam strata sosial, perolehan pendidikan yang semakin baik (tinggi) dipahami sebagai syarat dan jalan untuk  menduduki jabatan atau pekerjaan "kerah putih" yang identik dengan kelayakan hidup.

Bahkan bagi masyarakat dipedesaan yang umumnya petani, mereka rela untuk mempertaruhkan segala harta kekayaanya demi sekolah anaknya, ada yang kehilangan hewan ternaknya, sawahnya, kebunnya, dan kekayaan lainnya, demi untuk sekolah!. Mereka kalau ditanya umumnya menjawab ingin anaknya lebih maju dan lebih baik dari mereka, tidak ingin anaknya kembali jadi petani seperti dirinya. Pekerjaan disektor pertanian dianggap sudah tidak prestisius, identik dengan kemiskinan, keterbelakangan, kehinaan, oleh karenanya keinginan mereka  anaknya harus bersekolah sebab hanya dengan sekolahlah peluang untuk meraih kesempatan dan jalan kehidupan yang lebih baik bisa di peroleh. Setidaknya demikian alam pikiran mereka.

Minat yang tinggi yang masih ditunjukan oleh mereka yang putus sekolah untuk bisa bersekolah. Hal ini merefleksikan pula bahwa sekolah memiliki arti penting bagi kehidupanya, hanya persoalannya adalah bahwa sekolah bagi mereka masih dirasakan sebagai komoditi yang cukup mahal. Ketidakmampuan untuk membayar biaya sekolahlah yang membuat mereka harus menanggalkan harapannya itu.

Siapa sesunguhnya yang berkepentingan terhadap pendidikan mereka, tentu saja keluarga dan pemerintah sangat berkepentingan, sebab pendidikan adalah upaya pembangunan manusia, masyarakat, dan negara secara kolektif. Tujuan pembangunan adalah untuk kemajuan manusia, masyarakat, bangsa. Jadi pendidikan dipahami sebagai alat  dan jalan untuk membangun kemajuan bangsa.

Pertanyaanya, apa sesungguhnya yang kita bangun, yang kita bangun adalah manusianya. Mendidik/meyekolahkan mereka adalah agar mereka menjadi manusia yang terpelajar, sebagai manusia mulia berkembang potensi dirinya melalui pendidikan yang diberikan kepadanya.

Mungkinkah akan terjadi kemajuan dalam pembangunan masyarakat kita dalam segala aspeknya, kehidupan perekonomian, kehidupan sosial, kebudayaan dan peradaban luhur, politik dan demokrasi yang sehat, kesadaran sebagai warga negara, tanpa menempatkan faktor manusia dalam ranah utamanya.

Jadi pembangunan itu apa dan untuk siapa. Tidakah pembangunan adalah untuk manusia, oleh manusianya. Jadi fokus keberangkatan dan sasarannya adalah manusia. Membangun manusia alatnya dengan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun