Mohon tunggu...
IHSAN SAPUTRA
IHSAN SAPUTRA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobby Bernyanyi, Melukis, Foodies.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Reog Ponorogo: Magis dan Dinamika Kesenian Jawa Timur

23 Juni 2025   11:55 Diperbarui: 23 Juni 2025   11:55 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Reog Ponorogo adalah kesenian tradisional dari Jawa Timur yang begitu unik, sarat dengan unsur mistis, heroik, dan humor, menjadikannya salah satu ikon budaya Indonesia yang paling mencolok. Pertunjukan ini tidak hanya menampilkan tarian, tetapi juga atraksi kekuatan fisik, akrobatik, dan kekayaan kostum yang spektakuler. Di balik setiap gerakan dan topeng singa raksasa, tersimpan cerita sejarah dan filosofi mendalam yang membentuk identitas masyarakat Ponorogo.

Sejarah Reog Ponorogo dipercaya berakar dari legenda dan cerita rakyat tentang Raja Ponorogo, Bhre Kertabhumi, atau Ki Ageng Kutu. Pertunjukan ini mulanya digunakan sebagai bentuk satir terhadap penguasa atau sebagai media hiburan rakyat. Karakter utama Reog sangat ikonik: Singo Barong (topeng kepala singa raksasa dengan bulu merak) yang beratnya bisa mencapai puluhan kilogram dan dimainkan hanya dengan gigitan gigi, Jathil (penunggang kuda lumping wanita), Warok (prajurit berotot dan berkumis lebat), dan Bujang Ganong (tokoh pangeran yang lincah dan jenaka).

Unsur magis dan spiritual adalah bagian tak terpisahkan dari pertunjukan Reog. Sebelum pementasan, para pemain seringkali melakukan ritual puasa atau tirakat untuk "mengisi" diri dengan kekuatan spiritual. Singo Barong yang dimainkan dengan gigi dipercaya berkat kekuatan mistis dan latihan keras. Para Warok yang tampil dengan kekar dan berani juga diasosiasikan dengan kekuatan gaib yang mereka miliki. Suasana pertunjukan seringkali membawa penonton ke dalam atmosfer yang transenden.

Musik pengiring Reog sangat khas dan energik, didominasi oleh suara reog (alat musik tiup), kendang, gong, dan slompret. Ritme yang dinamis dan bersemangat ini menciptakan suasana yang mendebarkan, mengiringi setiap gerakan akrobatik dan tarian. Pertunjukan Reog tidak hanya sekadar tarian, tetapi juga melibatkan atraksi kekebalan tubuh, tarian akrobatik yang menantang maut, dan interaksi yang kuat antara penari dan penonton.

Reog Ponorogo tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Ponorogo. Pertunjukan ini seringkali ditampilkan dalam festival budaya, perayaan hari jadi kota, atau menyambut tamu penting. Upaya pelestarian Reog terus dilakukan melalui pembinaan sanggar-sanggar tari, regenerasi seniman muda, dan pementasan rutin. Meskipun ada kontroversi terkait klaim budaya, Reog Ponorogo tetap menjadi warisan budaya tak benda yang patut dilestarikan dan dikenal dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun