Polemik mengenai kuliah KH. Yahya Cholil Staquf di forum American Jewish  Committee (AJC) di Israel terus berlanjut. Bahkan hingga menyeret pada  dinamika politik dalam negeri.
Kunjungan Katib Aam PBNU tersebut memang  memancing reaksi dari bangak kalangan, termasuk Wakil Ketua Umum Partai  Gerindra, Fadli Zon. Dengan nada melecehkan, Fadli Zon menyebut tindakan  KH. Yahya itu sungguh memalukan dan tidak memiliki sensitivitas pada  perjuangan rakyat Palestina.
Mendengar Kiainya dilecehkan seperti itu,  seorang kader Gerindra yang sekaligus seorang santri, Mohammad  Noeruzzaman, pun langsung bereaksi keras. Dengan kecewa, Wakil Sekjen  tersebut mengundurkan diri dari Partai Gerindra karena menganggap  Waketum Fadli Zon menghina Yahya Cholil Staquf terkait kunjungan ke  Israel.
Melalui sepucuk surat terbuka yang  ditujukan kepada Ketum Prabowo Subianto, kader Gerindra yang juga  Komandan Densus 99 Banser itu membeberkan alasan lain terkait  pengunduran dirinya.
Ketidakcocokan Nuruzzaman dengan Partai  Gerindra sebenarnya sudah lama, terutama sejak Pilkada DKI Jakarta. Dia  merasa partai pimpinan Prabowo Subiyanto itu kerap memainkan isu agama  untuk kepentingan kekuasaan.  Itu begitu terasa pada momen Pilkada DKI  Jakarta kemarin.Â
Menurutnya, isu SARA yang sudah melampaui batas dan meletakkan Jakarta sebagai kota paling intoleran adalah  karena kontribusi elite Gerindra yang semua haus kekuasaan dunia saja, tanpa mau lagi peduli pada rakyat di mana Prabowo  harusnya berpijak.
Peristiwa penghinaan KH. Yahya Cholil  Staquf oleh Fadli Zon merupakan puncak kekesalannya. Karena selain  bersikap arogan, sejumlah elit Partai Gerindra memang haus kekuasaan dan  tidak raggu untuk menggunakan isu primordial demi meraih kekuasaan.Â
Hal tersebut yang menjadi ciri dari  Partai Gerindra belakangan ini. Meski menggunakan nama 'Indonesia Raya'  namun kelakuan kadernya tidak mencerminkan itu.
Terlepas dari dua hal di atas, bisa jadi  tanggapan Fadli Zon pada Yahya Cholil Staquf itu adalah caranya  menyingkirkan kader Gerindra yang masih lurus. Noeruzzaman selama ini  memang dikenal sebagai kader yang memiliki hati nurani dan tegas atas  sikap intoleran dan sentimen SARA.
Itulah cara berpolitik kotor ala Partai Gerindra. Kini publik tahu bobroknya mereka justru dari sumber internalnya sendiri.