Ketika berbicara tentang dunia intelijen, yang terbayang biasanya adalah dunia penuh misteri: rahasia negara, operasi gelap, dan pengorbanan diam-diam. Namun, di India, ada sebuah gelar yang melampaui citra itu, yakni "Black Tiger", sebutan bagi agen operasi rahasia India yang mencapai tingkat keberanian dan pengorbanan luar biasa, beroperasi jauh di dalam wilayah musuh tanpa pernah berharap mendapat pengakuan publik.
Istilah "Black Tiger"Â pertama kali diperkenalkan melalui kisah nyata Ravindra Kaushik, salah satu agen paling legendaris dalam sejarah Research and Analysis Wing (RAW), badan intelijen luar negeri India. Lahir di Rajasthan dan berlatih sebagai aktor teater, Kaushik menjalani transformasi dramatis: meninggalkan kehidupannya di India, mengadopsi identitas baru di Pakistan, masuk ke Angkatan Darat Pakistan, bahkan menikahi seorang perempuan lokal. Di bawah penyamaran yang sangat dalam ini, Kaushik selama bertahun-tahun menyuplai informasi strategis vital ke India---informasi yang disebut-sebut membantu mencegah eskalasi perang di kawasan (Raman, 2002; Subramanian, 2020).
Karena pengabdiannya, Indira Gandhi secara pribadi memberinya gelar kehormatan "Black Tiger", yang sejak itu menjadi simbol bagi operasi lapangan berisiko tinggi dalam dunia intelijen India.
Menyusup Melewati Batas Formal Diplomasi
Dalam literatur intelijen modern, peran agen manusia, atau Human Intelligence (HUMINT), tetap dianggap krusial meski teknologi pengintaian berkembang pesat (Herman, 2001). Agen seperti Ravindra Kaushik menunjukkan bahwa di kawasan penuh sensitivitas geopolitik seperti Asia Selatan, jaringan manusia sering kali lebih efektif daripada satelit atau alat elektronik.
Menurut Singh (2018) dalam studinya tentang operasi intelijen India, HUMINT menjadi tulang punggung RAW dalam mengumpulkan informasi seputar pergerakan militer Pakistan, program senjata nuklir, hingga infiltrasi kelompok teroris lintas negara. Dalam konteks inilah, peran Black Tiger menjadi vital: mereka tidak hanya mengumpulkan informasi, mereka menghidupi identitas musuh, melebur dalam struktur sosial dan politik lawan.
Namun, seperti banyak kisah dalam dunia intelijen, pengorbanan tidak selalu berujung pada kejayaan. Pada awal 1980-an, Kaushik terungkap akibat kesalahan seorang agen baru. Ia ditangkap oleh badan keamanan Pakistan, dijatuhi hukuman penjara, dan menderita dalam kondisi menyedihkan hingga meninggal di Penjara Kot Lakhpat, Lahore, pada 2001 (Subramanian, 2020).
Dalam surat-surat yang bocor dari dalam penjara, Kaushik mengungkapkan rasa kecewa terhadap pemerintah India yang dinilai lamban atau bahkan enggan mengakui dan membantunya. Studi oleh Raman (2007) mencatat bahwa dalam struktur RAW, pengorbanan agen di wilayah musuh sering kali ditutupi atas nama kerahasiaan nasional.
Dalam dunia intelijen, pengakuan adalah kemewahan langka. Kemenanganmu adalah rahasia negara. Kekalahanmu adalah milikmu sendiri.
Black Tiger dalam Konteks Geopolitik Baru