Salah satu pencapaian yang sering dibicarakan saat menunaikan Ibadah Umrah adalah bisa memegang apalagi mencium Hajar Aswad, batu hitam yang ada di pojokan Ka'bah.
Kenapa Istimewa? Sebab Hajar Aswad atau al-Hajaru al-Aswadu, yang artinya 'Batu Hitam' itu diyakini berasal dari surga. Alkisah, penemuan batu itu melibatkan dua nabi, pertama kali yang menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim.
Dalam sebuah riwayat, dahulu kala batu ini memiliki sinar terang yang dapat menerangi seluruh Jazirah Arab, namun sinarnya meredup seiring waktu hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Hajar Aswad juga memiliki keistimewaan karena memiliki aroma wangi alami sejak awal keberadaannya.
Kemudian, memegang atau mencium Hajar Aswad yang bertempat di sudut timur Ka'bah itu merupakan Sunah dari Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliau selalu menciumnya setiap saat kali melaksanakan Thawaf. Berdasarkan cerita sejarah, beliau sendiri yang menempatkannya di sudut Ka'bah.
Perjuangan Menggapai Hajar Aswad
Oleh karenanya, saya pun meniatkan diri untuk bisa mencium atau minimal menyentuh Hajar Aswad saat menjalankan ibadah umrah. Namun, memegang 'batu surga' itu bukanlah perkara mudah, butuh perjuangan, sebab itu merupakan hal yang diinginkan semua orang yang menjalankan ibadah haji atau umrah. Jadi, untuk mencium Hajar Aswad, kita harus bersaing dengan jamaah dari seluruh dunia, dalam satu waktu Thawaf bisa mencapai ribuan orang. Maka, perlu strategi dan kerja keras untuk sukses menjalankan misi itu.
Pada saat Thawaf pertama kali, saya fokus untuk ibadah umrah dan menyesuaikan dengan instruksi muthowif yang bersamaan dengan rombongan, belum menjalankan 'Misi Hajar Aswad'. Baru pada Thawaf kedua kali yang dijalankan mandiri, saya berdua bersama istri, berusaha untuk bisa mencapai target.
Setiap putaran yang kami lalui, kita berusaha semakin mendekati Ka'bah. Akhirnya, semakin dekat, makin dekat, kami bisa merapat kabah dan menggapai Rukun Yamani dan memegangnya. Iitu pun sudah perjuangan berat. Kemudian, kami bisa memegang Kiswah (Kain Penutup Ka'bah).
Nah, saat mendekati Hajar Aswad, kerumunan sangat rapat, desak-desakan, dorong-dorongan. Kami berdua tak kuasa untuk menggapainya. Kami berputar lagi dan bisa menggapai Maqom Ibrahim, juga Hijir Ismail. Sampai tujuh putaran Thawaf, kami tetap belum bisa menggapai Hajar Aswad.