Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syekh Jambu Karang: Pendiri Cahyana, Pusat Penyebaran Islam di 'Pusering' Tanah Jawa

18 Maret 2024   14:55 Diperbarui: 18 Maret 2024   15:16 12395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pangeran Munding Wangi (Digambar oleh Okta Prihastono)

Alkisah, ada seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran bernama Raden Munding Wangi. Ia enggan hidup begelimang kemewahan keraton sehingga menyerahkan tahta Pajajaran yang menjadi haknya kepada adiknya, Raden Munding Sari. Pangeran Pajajaran itu kemudian memilih jalan menjadi seorang pertapa untuk mencari kesempurnaan hidup.

Raden Munding Wangi kemudian berkelana dan menyepi untuk menghindari hiruk-pikuk duniawi demi  mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi. Ia melakukan tapa brata di sebuah tempat penuh dengan  Pohon Jambu pada wilayah yang bernama Gunung Karang. Atas dasar itulah, Ia mendapat julukan Pangeran Jambu Karang.

Pada puncak mesubudhi-nya itu, mata bathinnya melihat tiga larik cahaya putih menjulang ke langit di wilayah Timur. Hal itu dianggap sebagai petunjuk dari Sang Maha Pencipta bahwa di sanalah jawaban atas pencarian yang selama ini dilakukannya. Kemudian, disusurilah jalan, sungai, ngarai, dan hutan belantara agar sampai pada sumber cahaya tersebut.

Sampailah Ia pada suatu tempat yang bernama Gunung Panungkulan. Ia pun melanjutkan tapa brata di tempat itu.

Pada saat yang sama dengan sang pangeran melihat tiga cahaya berkilau di langit, seorang mubaligh dari Tanah Arab juga mengalami hal serupa melalui mata bathinnya. Usai Shalat Shubuh, mubaligh yang  bernama Syekh Atas Angin itu pun kemudian mencari sumber cahaya tersebut dan sampai pula ke Tanah Jawa. Sama dengan Raden Munding Wangi, Ia pun tiba di Gunung Panungkulan tempat cahaya itu berpendar.

Singkat cerita, kedua ahli kebatinan ini bertemu. Mereka beradu ilmu dengan jaminan, barang siapa yang kalah harus jadi pengikut ajaran Si Pemenang. Pada akhir pertarungan, Raden Munding Wangi mengaku kalah dan bertekuk lutut mengakui kehebatan Syekh Atas Angin. Akhirnya, Ia meninggalkan kepercayaan lamanya dan masuk Agama Islam yang dibawa Syekh Atas Angin.

Raden Munding Wangi alias Pangeran Jambu Karang kemudian bersalin nama menjadi Syekh Jambu Karang.

Lalu, sebagai bentuk tanda hormat, Syekh Jambu Karang menikahkan putrinya yang bernama Rubiah Bekti dengan Syekh Atas Angin. Anak keturunan dari pernikahan mereka itu yang pada kemudian hari meneruskan Cahyana yang kelak dianugerahi status sebagai Tanah Perdikan oleh Sultan Fatah dari Demak dan sohor sebagai wilayah bernama Cahyana Karabal Minal Mu'minin.

Itu adalah kisah inti dari berdirinya Cahyana, pusat penyebaran Agama Islam yang ada di 'pusering' alias tengah-tengah Jawa Dwipa. Cahyana berada di lereng timur Gunung Slamet yang berada tengah-tengah Pulau Jawa.

Lalu, siapa kah Syekh Jambu Karang dan Syekh Atas Angin sesungguhnya? Apakah tokoh nyata dalam sejarah atau sekedar legenda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun