Sebab keluarnya malam, hewan ini banyak dijadikan nama kelompok misterius. Ada "Lowo Ijo" dan "Lowo Ireng" dalam dunia persilatan. Ada juga Pria Kelelawar (Batman) penjaga Gotham City di dunia fiksi.
Ehm, ngemeng-ngemeng, Purbalingga, kota saya juga dikenal dengan Kota Kelelawar lho. Lihat saja jika malam matahari telah kembali ke peraduannya, Lawa-lawa merah berpendar di sudut-sudut kota. Salah satu batik khas Purbalingga, coraknya Lawa dan kabupaten di kaki Gunung Slamet itu juga punya obyek wisata ikonik, Goa Lawa Purbalingga alias Golaga yang sekarang warna-warni.
Nah, kalau yang dewasa alias kelelawarnya kesanya baik-baik saja meski misterius. Entah kenapa kalau anaknya kok dikesankan nakal ya, sampai orang jaman dulu kalau mengumpat kok : kampret! Gituh..
Hmm, dari ulak-ulik diatas saya bisa ambil benang merah dan alasan kenapa cebong dan kampret disematkan menjadi nama dua buah kaum yang susah akur dan suka bertingkah absurd itu, yaitu, karena mereka berdua masih anak-anak, Cebong anaknya Katak dan Kampret anaknya Kelelawar.
Jadi, mohon di maklum yaa, jika mereka masih labil, suka berantem, namanya juga anak-anak. Mereka itu masih bau kencur, ingusan, akalnya belum penuh, baligh saja belum. Cebong atau Kampret itu, kalau cowo belum sunat, pipisnya belum lurus dan kalau cewe belum datang bulan.
So, buat yang merasa sudah gede, sudah dewasa, kita ngalah saja lah yaa. Mari kita sama-sama bimbing anak-anak itu dengan welas asih agar mereka bisa melewati masa remaja dengan baik kemudian menjadi sosok dewasa yang bijak.