[caption id="attachment_323958" align="aligncenter" width="300" caption="Kunti dalam Serial Mahabarata (Foto : www.startv.in)"][/caption]
Suatu hari di negara bernama Kuntiboja. Datanglah seorang pendeta sakti mandraguna, Resi Durwasa, sebagai tamu kerajaan. Atas perintah Raja Kuntiboja, Ia dijamu langsung oleh putri kerajaan yang cantik jelita, Kunti. Atas jamuanya yang memuaskan, Sang Resi kemudian menganugerahi Kunti sebuat mantra sakti yang bisa memanggil pada dewa untuk memberikan anugerah putra darinya.
Esoknya, kunti mencoba mantra tersebut sambil melihat sang surya terbit. Mantra itu mujarab meski Kunti coba-coba saja, Dewa Surya pun muncul dan memberikan Kunti seorang putra. Tentu saja bukan putra biasa, sebagai anak dewa, Ia dibekali kesaktian dan kelebihan. Namun, anugerah itu justru membuat kunti bingung bukan kepalang. Pasalnya, Ia masih gadis kinyis-kinyis, perawan ting-ting pula, putri kerajaan lagi, wah masa hamil di luar nikah. malu dong..
Pelajaran pertama. Janganlah coba-coba buat anak. Buat anak kok coba-coba. Sebelum, coba-coba buat anak, liat dulu konsekuensinya. Hehe
Akhirnya, setelah melahirkan Kunti dengan terpaksa membuang anaknya, sang Putra Surya, dengan cara menghanyutkanya di Sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adirata yang bekerja sebagai kusir kereta di Hastinapura. Adirata yang tak punya anak dengan senang hati menjadikan bayi itu sebagai anaknya. Apalagi, bayi itu sangat istimewa dan sudah menampakan kehebatan dan keistimewaan dalam dirinya. Ia bersama Radha, istrinya, pun mengasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Sejak kecil, meskipun tumbuh dalam lingkungan keluarga kusir yang berkasta rendah, Karna sudah menunjukan olah tanding yang mumpuni. Karna tumbuh sebagai anak yang kuat dan mahir meggunakan panah. Namun, keahlianya itu justru membuat khawatir Adirata dan Radha. Sebab, anak seorang Suta tak layak memiliki keahlian seorang ksatria, apalagi jika sampai melebihinya.
Suatu ketika, saat Karna memenangkan sebuah perlombaan memanah, karena prajurit yang dikusiri olehnya terjatuh, kemenangan itu pun tidak diakui. Ia malah dikecam dan akan dihukum. Namun, diselamatkan Bisma, majikan ayahnya. Sesudah itu, Karna diingatkan untuk tidak belajar olah keprajuritan.
Namun, karna tetalah karna. Ia memberontak dan bersumpah akan membuktikan kekuatanya pada dunia bahwa seseorang harus diakui karena kekuatan atau keahlianya bukan karena status atau kastanya. Karna pun pergi mengembara.
Ia kemudian sampai ke perguruan Guru Drona yang sedang mengajar pada Pandawa dan Kurawa. Meski melihat kemampuanya yang mengagumkan, Drona menolak menjadikan anak kusir kereta itu sebagai murid karena Ia hanya sudi mengajar kaum ksatriya saja.
Akkibat selalu ditolak, Radheya (anak Radha, nama lain Karna) menyamar menjadi kaum Brahmana agar mendapatkan pendidikan dari Begawan Parasurama. Begawan Sakti itu adalah guru dari Bhisma dan Guru Drona, jadi. Karna pun dididik menjadi ksatria dengan keahlian memanah yang mumpuni dan pilih tanding. Namun, kebohongan itu akhirnya terkuak, Ia dikutuk oleh Parasurama agar ilmu yang diajarkannya tidak berguna lagi untuk Karna suatu saat nanti.
Beberapa tahun kemudian, Hastina pura tengah menggelar adu kehebatan antar pangeran untuk menunjukan hasil pendidikan bertahun-tahun oleh Guru Drona. Setelah melaui berbagai tahap pertandingan, Drona akhirnya mengumumkan bahwa Arjuna adalah murid terbaiknya, terutama dalam hal ilmu memanah, setelah mengalahkan pangeran terkuat Kurawa, Duryodana.
"Aku umumkan, Arjuna adalah murid terbaik dan pemanah terhebat di dunia," ujar Drona.
Tiba-tiba Karna muncul menantang Arjuna sambil memamerkan kesaktiannya. Ia tak rela, Arjuna disebut pemanah terbaik di dunia. Sebagai pemanah, Ia menantang pangeran Pandawa ketiga itu untuk adu kuat ilmu memanah. Resi Krepa selaku pendeta istana meminta Karna supaya memperkenalkan diri terlebih dahulu karena untuk bisa menghadapi Arjuna haruslah dari golongan yang sederajat.
Karna memberontak, Ia menilai semua orang berhak untuk menunjukan kekuatanya tanpa melihat asal-usulnya.
[caption id="attachment_323959" align="aligncenter" width="300" caption="Karna, Anak Yang Dibuang (www.india-forums.com)"]

"Sungai tak pernah bertanya air siapa yang memasukinya? Yang dia tau hanyalah kekuatannya. Dewa siwa tak pernah mempertanyakan bunga teratai darimana yang menjadi persembahannya. Karena yang terpenting adalah keindahanya. Mengapa manusia harus mempertanyakan siapa asal-usulnya?!"
Di hadapan khalayak ramai yang sedang menyaksikan perang tanding itu, Ia menyatakan pemberontakanya atas sistem kasta diskriminatif itu. Ia sangat menentang kasta yang memenjarakanya sejak kecil. Kasta yang sudah menghalanginya untuk menunjukan kekuatanya. Menurutnya, manusia semua sama. Ksatria, brahmana, suta boleh diakui bukan karena statusnya tetapi karena kekuatan, kerja kerasnya. Karna adalah pengagum kekuatan sejak kecil. Ia bersumpah untuk menjadi 'sesuatu' dan diakui dengan kekuatan yang ada dalam dirinya.
Oleh karena itu, Karna bersikeras menantang arjuna untuk membuktikan siapa pemanah terbaik di muka bumi. Arjuna pun menyanggupinya. Ia tak gentar dengan tantangan karna dan yakin dengan didikan Resi Drona. Namun, sebelum busur tertarik, Adinata turun ke gelanggang. Ia meminta maaf dan memaksa Karna, yang dinilainya tak tahu sopan santun serta mempermalukan keluarga, untuk pulang. Ibunya juga bercucuran air mata melihat anaknya mempermalukan diri dan keluarganya.Karna akhirnya luluh.
Ia pun dengan berat hati meninggalkan gelanggang. Sampai, Duryodana yang barusaja di kalahkan Arjuna berteriak. "Tunggu dulu pemanah," katanya.
Duryodana, melalui rengekanya kepada ayahnya Destrarata, kemudian meminta mengangkat Karna hari itu juga menjadi raja dan agar diizinkan bertanding melawan Arjuna. Duryodana tahu. Karna adalah lawan sebanding Arjuna, ksatria Pandawa yang paling ditakutinya. Otak licik Duryodana bekerja, dengan menaruh budi pada Karna maka Anak Suta itu akan menjadi orang yang dipihaknya, Kurawa.
Maka, perang tanding antara Arjuna dan Karna pun dimulai. Perang tanding yang bukan sekedar adu ilmu keprajuritan tetapi juga sebuah perjuangan Karna untuk mendapatkan pengakuan. Perjuangan emansipasi seoraang Karna menentang sistem kasta yang diskriminatif.
Dan, adu kekuatan dua pemanah terhebat di dunia pun dimulai. Perang tanding antara Arjuna dan Karna yang sesungguhnya adalah kakak tirinya.
Suatu saat, panah Arjuna berhasil mengenai tubuh Karna. Ajaib, tubuhnya langsung bersinar dan ada sebuah perisai berkilauan yang melindunginya. Itulah perisai anugerah dari Sang Dewa Surya, ayahnya.
Di tribun kehormatan, Kunti terbelalak dan kaget bukan kepalang. Ia melihat perisai ditubuh karna dan langsung mengenalinya pemuda gagah itu sebagai putra sulung yang pernah dibuangnya. Kunti pun jatuh pingsan dan di papah oleh Priyamwada, sahabatnya sejak kecil.
Sementara, perang tanding antara Karna dan Arjuna pun usai karena matahari sudah terbenam. Tak ada pemenang antar kedua pemanah hebat yang sebenarnya memiliki ibu yang sama itu. Sementara, keduanya sama kuat.
Di dalam bilik kamarnya, Kunti yang baru siuman lalu menangis sesenggukan ditemani Priyambada. Ia sedih melihat kemunculan anaknya, Karna. Sebagai ibu hatinya teriris-iris melihat anak yang telah diterlantarkanya. "Aku harus menyentuh rambutnya, aku harus mengganti kasih sayang yang selama ini tidak pernah didapatkanya sebagai anak. Aku harus menemui karna," begitu ratapan Kunti dengan bercucuran air mata.
Priyamwada mengingatkan. Kunti harus memahami perasaan anak-anaknya dan juga kehormatannya. "Tuan putri dan anak-anak tidak akan dihormati lagi jika semua tahu bahwa tuan putri melahirkan sebelum menikah. Semua orang tahu bahwa tuan putri hanya memiliki lima anak, yaitu pandawa," kata
Priyamwada mengingatkan Kunti.
Tapi, kunti tetap bersikeras menemui Karna. Hatinya sebagai seorang ibu terus memberontak. Ia sungguh-sungguh menyesal telah membuang Karna yang sekarang ternyata telah tumbuh sebagai pemuda yang gagah. Tak kalah dengan Pandawa lima, anak-anaknya.
Akhirnya, seperti dikisahkan kemudian, Kunti menemui Karna dan menyatakan bahwa Ia adalah Ibunya. Akan tetapi, Karna tak mau serta merta mengakui ibu kandungnya. Ia terlanjur kecewa kenapa dulu dengan
tega dirinya dibuang. Ia sudah terlalu lama dihina akibat berkasta rendahan. Karna juga sudah menemukan kasih sayang selayaknya orang tua kandung dari Adinata dan Radha.
Pada perang Bratayudha nantinya, Karna pun tak berpihak ke Pandawa. Ia membela kurawa karena hutang budi dan sumpah setianya pada Duryodana. Meski Ia tahu, Duryodana adalah raja yang jahat. Dikisahkan, Karna akhirnya mati ditangan Arjuna, adiknya.
Karna adalah simbol sebuah perjuangan. Ia adalah pemberontak yang menentang diskriminasi. Karna menantang arus dan penindasan dengan bingkai kasta. Hidupnya dibaktikan untuk membuktikan bahwa semua orang berhak untuk diakui karena kemampuan dan kerja kerasnya, bukan karena kasta dan garis keturunannya.
Karna, si anak yang terbuang juga memiliki sifat-sifat kompleks. Ia sangat yakin akan kemampuanya sehingga cenderung over pede, angkuh. Namun, Karna terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Karna juga selalu menepati janjinya, meski bertentangan dengan hati kecilnya.
Sementara Kunti adalah gambaran dari ibu yang menyesal karena telah mencampakan anaknya. Akibat perbuatanya, Ia harus rela anak kandungnya saling bunuh. Pelajaran dari Kunti adalah jangan coba-coba buat anak kalau belum menikah. Kalau coba-cobanya jadi nyata bingung kan? Akhirnya, anak pun ditelantarkan. Akhirnya menyesal kemudian.
Banyak kan, Kunti-kunti lain disekitar kita? Ibu yang membuang anaknya. Anak yang terlantar . Kesedihan yang terus membayangi serta penyesalan yang datang kemudian.
Sebuah elegi yang terus terjadi.
Salam Mahabarata
Referensi : Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Karna) dan nonton Serial Mahabarata di ANTV
-----
Tulisan saya sebelumnya soal Mahabarata :
Karna dan Pejuangan Menentang Diskriminasi --> http://sosbud.kompasiana.com/2014/05/14/mahabarata-karna-dan-perjuanganya-menentang-diskriminasi-655478.html
Antara Megawati Satyawati dan Ambisi Pemantik Petaka --> http://politik.kompasiana.com/2014/04/30/antara-megawati-satyawati-dan-ambisi-yang-membawa-malapetaka-652777.html
Madri dan Rasanya Dimadu --> http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/29/mahabarata-madri-dan-rasanya-dimadu-652365.html
Satyawati dan Ambisi Wanita Pemantik Petaka --> http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/26/mahabarata-satyawati-dan-ambisi-wanita-pemantik-petaka-651929.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI