Mohon tunggu...
I Gede Ignatius Devara
I Gede Ignatius Devara Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya devara mahasiswa ilmu komunikasi Unesa memiliki ketertarikan membaca berita seputar entertaiment, olahraga. Dan hobi saya yaitu olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Subkultur dari Perkumpulan "DesTakDes" Madura

27 Desember 2023   10:48 Diperbarui: 27 Desember 2023   11:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Subkultur adalah suatu pemahaman dari kelompok yang mempunyai nilai dan norma berbeda dengan yang dianut oleh masyarakat pada umumnya. Terdapat berbagai konsep dalam subkultur ini dan hal itu digunakan pada studi mengenai resistensi simbolis budaya kaum muda. Subkultur dalam kaum pemuda ini menjadi peran penting yang saling berkaitan seperti kelas ekonomi, gender, moralitas, etnis. 

Menurut Parsons (1942,1962) pemuda atau remaja ini merupakan kategori sosial yang muncul dengan seiringnya perubahan peran keluarga yang diakibatkan oleh perkembangan kapitalisme. 

Subkultur sendiri ini merujuk kepada kelompok sosial, gaya hidup, nilai, norma, dan juga gaya hidrup dari suatu kelompok utama atau kelompok yang dominan di dalam lingkup masyarakat. Terbentuknya subkultur ini dari individu atau juga bisa kelompok yang memilki minat, identitas, dan kegiatan yang sama

Madura tidak saja dikenal dengan pulau garam, akan tetapi di sisi lain Madura ini terdapat budaya lokal yang memang selalu menjadi pembeda dari wilayah yang lain. Terdapat subkultur yang sangat kental terhadap religiusitas dan masyarakat Madura ini di didik untuk tidak mundur ketika ada perang ataupun masalah justru mereka harus berani tampil untuk bisa menghadapinya. 

Perubahan sosial dalam masyarakat madura ini tidak selalu mengikuti hal yang cenderung bersifat umum. Masyarakat Madura ini memiliki budaya yang sangat khas, unik, dan juga penggunaan istilah yang "khas" merupakan suatu pengertian bahwa etnis Madura ini memiliki kekhususan kultural yang berbeda dengan etnografi komunitas etnis lain. Hal ini merujuk kepada pengertian bahwasanya etnis Madura merupakan "komunitas sendiri". 

Dari pembahasan etnografi bahwa Madura ini banyak juga yang merantau dengan berjuang mempertahankan arus modernisasi dan industrialisasi. Penduduk Madura ini hidup di daerah yang penuh tantangan dan resiko oleh karena itu sifat dan wataknya berjiwa keras, ulet, dan sangat percaya diri. Tetapi dengan watak yang berlebihan itu dipergunakan dengan kurang baik seperti halnya memunculkan konflik dan tindakan kekerasan fisik. Dengan itu perilaku penuh dengan konflik dengan disertai tindakan kekerasan menjadikan melekat bagi individu ataupun kelompok komunitas etnis Madura

Dalam hal ini ada budaya dari kaum pemuda nya yang dimana gaya yang sangat berbeda dengan budaya lain yaitu istilah "Jamet". Hal tersebut menuai sebuah tanggapan negatif dan juga positif. Karena Madura ini juga dikenal dengan baju yang oversize, rambut panjang, dan juga berjoget joget dengan lagu yang telah di remix. 

Jamet ini mempunyai arti singkatan yaitu "Jajal Metal" atau biasanya juga ada yang menyebutkan "Jawa Metal". Terlepas dari istilah "Jamet" ini, streotipe orang jika mendengar akan hal tersebut pasti langsung terbayang dan merujuk kepada seseorang yang menggunakan aksesoris style "Emo". 

Style ini adalah gaya rambut yang berponi kedepan sangat panjang dan juga beranggapan menggunakan aksesoris yang sangat nyentrik. Hal ini juga dari beberapa orang menambahakn imbuhan dengan kata "Kuproy" yang memilki singkatan yaitu "Kuli Proyek", karena style yang mereka gunakan seperti orang yang sedang bekerja sebagai kuli. 

Proses ini juga memberikan subkultur pemuda dari pengelompokan minat dan identitas yang sama agar bisa terlihat bergaya keren di sosial media. Penggunaan gaya seperti ini itu dikarenakan ingin terlihat seperti orang yang ada di pusat kota dengan style yang keren, akan tetapi pemuda Madura ini terlalu ingin seperti itu hingga tidak bisa terjangkau keinginannya. 

Dengan itu mereka membuat perkumpulan yang disebut "destakdes" yaitu sekaligus dengan nama jogetannya juga. Yang dimana kegiatan mereka ini biasanya sering berkumpul di suatu tempat untuk membuat suatu konten dengan cara berjoget joget yang diiringi music pop atau tradisional yang telah di remix atau biasa masyarakat pada umumnya mengenal dengan istilah "jedag-jedug".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun