Mohon tunggu...
IG TEGUH EKO
IG TEGUH EKO Mohon Tunggu... Guru - Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Trainer Pengembangan SDM, Praktisi Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

3 Maret 2021   18:40 Diperbarui: 3 Maret 2021   19:01 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(PTS dan PAS Kawah Candradimuka bagi Peserta Didik)

Beberapa saat lalu saya berkesempatan memberikan materi tentang Pendidikan Karakter menjelang PTS di Sekolah Dasar Marsudirini Matraman, secara virtual di depan para orang tua. Tujuannya mengajak para orang tua peserta didik untuk mendampingi anak dalam ujian PTS. Mendampingi bukan berarti membantu memberikan jawaban atas soal yang diberikan.

Saya sangat sepakat ini diangkat dalam pertemuan orang tua peserta didik. Adanya kesadaran bahwa karakter positif tetap menjadi prioritas utama walau dalam masa pandemi. Kecenderungan dengan adanya belajar di rumah peserta didik nilainya meningkat karena ada bantuan instan dari pihak ke tiga. Di lain sisi, saya juga yakin banyak peserta didik yang mengerjakan tugas dengan mandiri.

Sekolah dasar menitikberatkan pada pendidikan karakter, penanaman nilai kebaikan dalam sikap. Jika kita lihat dari diagram di bawah ini, Nampak jika level dasar porsi yang besar adalah nilai karakter.

Mandiri

Waspadalah dengan sikap ketidakmandirian anak. Ada kecenderungan orang tua memanjakan anak. Tanpa disadari tindakan memberikan jawaban instan dapat mengganggu rasa percaya dengan kemampuan diri sendiri. Karena anak tidak dibiasakan menerima keberhasilan yang sejati dari hasil kerja sendiri. 

Anak akan kehilangan kemandirian, selalu nyaman dengan nilai yang bagus padahal itu bukan dari hasil kerja nalarnya sendiri. Anak akan selalu menggantungkan pada orang lain agar jawabannya benar dan mendapat nilai bagus. Orientasi bukan pada proses mengerjakan dan tanggung jawab, apalagi paham dengan materi yang sudah diajarkan namun hanya pada nilai yang besar.

Tanggung jawab 

Terkikisnya rasa tanggung jawab anak karena orang tua dengan alasan kasihan mengambil alih tanggung jawab itu. Memang nampak sebuah niat baik membantu anak untuk menjawab soal karena kasihan anak bingung tidak menemukan jawaban, namun bisa berdampak buruk bagi anak. 

Yang tepat adalah memberi motivasi agar anak dengan gembira belajar sehingga dengan mudah mengerjakan soal ujian. Tanggung jawab tetap berada ditangan anak untuk menyelesaikan soal dengan baik, sehingga anak bangga dengan nilai yang didapat.

Salah satu cara menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak adalah dengan tugas-tugas yang diterima dari sekolah. Tentu sekolah memberi tugas sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan. Maka, biarkan tugas itu dikerjakan, orang tua hanya mendampingi. Jika memang sungguh anak tidak mampu, dan orang tua ingin membantu, tetap anak mendapat porsi terbesar.

Kreatif  

Istilah kreativitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata dasar "to create". Creative (kreatif) berarti menciptakan atau membuat sesuatu yang baru yang belum pernah dibuat dan diciptakan orang lain. Anak kurang kreatif sebab proses berpikir mencari alternatif menjadi buntu, akibat dari sikap orang tua yang instan memberi solusi. Kreatif berarti mencari cara baru yang tidak dilalui oleh orang lain. Berpikir kreatif merupakan pengalaman nyata yang dilakukan individu dalam menuangkan daya kemampuan dalam dirinya.

Bisa dibayangkan, apa yang terjadi kelak jika anak terlalu sering mendapat jawaban instan. Anak menjadi tidak ada energi lagi untuk bergerak dinamis. Anak menjadi tidak tertarik dengan tantangan dan mencari jawaban yang benar dari usaha sendiri. Ingat bahwa kreativitas itu perlu dilatih dan dibiasakan.

Rapuh dan Mudah Menyerah

Pada masa pembelajaran jarak jauh, anak di harapkan tumbuh rasa kemandirian. Kemandirian itu perlu didukung oleh orang tua. Dukungan yang memotivasi bukan dikungan yang menjerumuskan. 

Memberikan jawaban ketika anak mengerjakan tugas dari guru adalah pendampingan yang menjerumuskan. Anak tidak terlatih untuk mencari jawab sendiri. Anak tidak pernah merasa gagal dan berusaha bangkit dari kegagalan dengan daya upaya sendiri. Anak tidak merasa pernah bangga dan puas dari hasil kerja sendiri. 

Saat dewasa menjadikan anak mudah menyerah dan rapuh (mudah mengeluh dan menyalahkan keadaan). Maka perlu melatih anak agar memiliki mental Tangguh dengan tidak memberikan jawaban namun memberi dukungan semangat agar rajin belajar.

Akhirnya, tidak ada kata terlambat untuk melatih anak menjadi pribadi yang  hebat, tangguh, bertanggung jawab, dan pantang menyerah. Biarkan anak menemukan jawaban sendiri sedangkan tugas orang tua mendukung dan memberi dorongan semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun