Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju "Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur"

2 Desember 2016   17:56 Diperbarui: 14 Desember 2016   15:18 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasa syukur harus kita panjatkan karena Aksi Damai 212 berjalan sesuai rencana. Ratusan ribu umat muslim dari penjuru daerah berkumpul untuk berdoa bersama. Walau diguyur hujan, semangat para jamaah tetap membara untuk duduk bersama di lapangan Monas. Kehadiran presiden Joko Widodo yang ikut sholat Jum'at dan memberikan pidato singkat memberikan tambahan semangat. Hujan deras tidak mampu melunturkan semangat tersebut.

Banyak cerita dibalik aksi yang berlangsung damai tersebut. Dari cerita heroik sejumlah santri yang melakukan long march dari Ciamis sampai Jakarta, cerita jenaka tokoh 'Wiro Sableng' jadi-jadian yang muncul di aksi 212 seakan mencari Kapak Naga Geninya, bahkan cerita oknum kerusuhan yang berhasil diredam juga cerita sabotase massa dengan membagikan minuman kemasan yang sudah disuntik zat tertentu.

Terlepas dari segala cerita tersebut, mari kita lihat dengan mata hati tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ratusan ribu ummat muslim datang, berkumpul di Monas. Prasangka baik saya, mereka datang untuk ikut berdoa dan berdzikir. Mengharapkan Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mengharapkan Indonesia diampuni dan dilindungi oleh Tuhan. Mendoakan Indonesia menjadi negeri yang 'Rabbun Ghafuur.' Semua itu berdasarkan husnudzon saya, prasangka baik.

Ratusan ribu ummat muslim yang berkumpul mengharapkan satu hal: Indonesia harus dipegang oleh orang yang bisa menjadikan negeri ini 'baldatun thoyyibah', negeri yang baik sesuai dengan amanah para pendiri bangsa.

Saya sendiri hanya bisa memantau semua aksi tersebut via layar televisi dan laporan langsung dari berbagai media sosial. Alhamdulillah, tidak ada hal yang tidak diinginkan. Hanya berita tentang ditangkapnya aktivis yang diduga merencanakan makar (atau apa pun istilahnya), tapi semua itu diluar aksi 212 dan sudah ditangani dengan baik.

***

Siapkah Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur?

Masyarakat Indonesia sudah mendoakan negeri ini. Insya Allah Tuhan akan melindungi. Pemerintah, dengan kawalan rakyat, (harus) berusaha maksimal untuk menjadikan negeri ini baldatun thoyyibah. Thoyyib rakyatnya, hukumnya, ekonominya, thoyyib segalanya.

Yang saya sedihkan hari ini, justru terjadi setelah aksi selesai. Bukan di dunia nyata, karena segala riak aksi bisa diredam dengan baik. Tapi di jagat media sosial.

Saya tahu bahwa Indonesia menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, tapi setidakknya kita harus ikut berkontribusi dalam rangka pem-baldatun-thoyyibatun-wa-rabbun-ghafuur-an Indonesia. Bagaimana caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun