Mohon tunggu...
Ifla Maulana
Ifla Maulana Mohon Tunggu... Jurnalis - Ruang belajar

Sedang mengembangkan bakat melamun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gogon dan Cerita yang Belum Tuntas

21 Juli 2021   17:30 Diperbarui: 21 Juli 2021   17:38 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kau tak perlu merasa menjadi orang salah, dalam prinsip hidup kesalahan justru harus ada. Jika tidak, dari mana kamu akan menemukan kebenaran?


Malam itu cuaca terasa dingin, semilir angin mampu mengoyak tubuh hingga menggigil. Tak ada suara gurauan anak-anak di pelataran rumah, konon, sebuah aturan merenggut semua yang ada dalam kehidupan. Tapi keheningan malam saat ini tak sebanding dengan suara ricau rindu yang sering bergejolak dalam dada.


Ada rasa sesak dan sesal yang sampai saat ini masih menjadi problem utama dalam diri, satu hal yang tak mampu mengubah keadaan untuk menjadi biasa seperti dulu. Semuanya terasa begitu memilukan sejak kejadian dulu, anehnya, permasalahan yang kini masih hinggap itu dimulai dari diri sendiri.


"Jika ditanya siapa manusia paling menyesal dalam hidup? Maka dipastikan itu adalah aku. Yang telah menyia-nyiakan seorang perempuan," Gumam Gogon.


Sebagai laki-laki, ia juga masih mempunyai sisi kelemahan. Meski Gogon merupakan salah satu panglima Viking Aswaja di Desa Utopia, secara geografis desa tersebut berada di sebelah Barat Desa Distopia. Ia dikenal sebagai sosok panutan, semua orang kagum dan segan melihat Gogon jika sudah berada di pinggiran lapangan. 

Fanatisme Gogon saat tim kesayangannya Persib Bandung bertanding tak usah diragukan lagi, ia mampu mengerahkan semua pasukannya untuk mendukung, kalah dan menang itu bukan menjadi soal. Yang terpenting fanatisme kepada tim harus diejawantahkan.


"Tapi, segagah-gagahnya laki-laki di luar, ia akan menjadi orang lemah bukan jika sudah ditinggal kekasihnya?," tanyaku.

Ia diam saja, dengan raut wajah penuh penyesalan. Sorot matanya pun penuh kekosongan. Ia masih menatap ke arah dinding sambil menghabiskan rokok empat batang. 

"Memangnya kenapa?," tanyaku lagi.

"Apakah malam ini menjadi waktu penghabisan dari kisahku di masalalu? Sejujurnya aku masih sangat cinta dengannya, aku sangat menyesal dulu sudah meninggalkan dia hanya karena keegoisanku. Mungkin sikapku masih terbilang masih anak-anak, yang ingin ditemani setiap saat," jawabnya.


Aku tersenyum saja, kubiarkan Gogon menumpahkan semua yang mengganjal dalam hatinya. Meski begitu, aku lihat ia masih malu-malu menyembunyikan airmatanya. Ia memalingkan wajahnya untuk sekedar mengusap semua pipi yang kini sedang dibanjiri airmata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun