Mohon tunggu...
Ifla Maulana
Ifla Maulana Mohon Tunggu... Jurnalis - Ruang belajar

Sedang mengembangkan bakat melamun.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Duka Mertapada Wetan

1 Juli 2021   15:30 Diperbarui: 1 Juli 2021   19:17 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : http://covid19.cirebonkab.go.id/

Rasanya sangat sesak, mendengar kabar kematian dalam seminggu ada sekira 7 orang meninggal di Desa Mertapada Wetan, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Bagi saya, ini merupakan kejadian paling memilukan yang pernah dirasakan selama hidup di sini. Terlebih, dari ke 7 orang meninggal tersebut beberapa diantaranya dinyatakan positif terpapar Covid-19.

Mungkin bukan hanya di desa saya saja, tetapi di desa atau kecamatan bahkan seluruh Indonesia pun sama turut merasakan. Pasalnya, menurut data Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Cirebon, dari 40 Kecamatan yang ada di Kabupaten Cirebon. Yang masih berada di zona orange diantaranya Kaliwedi, Kapetakan, Susukan, Losari dan Pasaleman zona kuning. Sisanya zona merah semua.

Tentu ini menjadi bahan evaluasi, terutama untuk saya pribadi agar senantiasa menerapkan 3 M, menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Tidak hanya itu, kita harus selalu menjaga imunitas tubuh agar tetap stabil. Karena covid-19 ini tidak hanya rentan kepada orang tua dan anak kecil saja, tetapi remaja pun sama rentannya.

Situasi seperti ini bukan lagi menjadi perdebatan antara percaya atau tidak. Itu saya kembalikan kepada setiap individu untuk menilai. Namun saya harap yang tidak percaya agar tidak memperkeruh keadaan dan yang percaya agar tetap menjaga kesehatan.

Dulu, saya memandang Covid-19 ini hanya sebatas penyakit, ngeri namun cenderung santai menanggapinya. Setelah mendengar kabar kalau beberapa orang terdekat dinyatakan positif, saya sekarang lebih was-was untuk bertemu dan berkunjung ke tempat asing. Saat ini, pandemi terasa begitu mengerikan untuk dipandang biasa-biasa saja.

Tak hanya itu, selain pandemi kondisi cuaca juga malah makin memperburuk keadaan. Saat ini yang sedang dirasakan oleh semua orang adalah demam, batuk, flu dan badan terasa sakit semua. Saya menganggap atau mengklaim sendiri kalau ini bukan gejala dari covid-19. Ini hanya penyesuaian tubuh dari perubahan cuaca secara global.

Seminggu ke belakang, saya mendapat cerita oleh beberapa teman kalau sedang merasakan keganasan dari perubahan cuaca tersebut. Dari mulai teman, sahabat, guru hingga yang lebih parah dari keluarga saya sendiri. Semua yang ada di rumah sakit secara berurutan, dari mulai saya, ponakan, ketiga kakak dan yang terakhir kedua orangtua. Semoga yang sakit segera disembuhkan.

Dan yang terakhir membuat paling pilu, salah satu kabar duka itu datang dari Ibunda sahabat saya, Achmad Saeful Hadi. Tepat pada hari selasa seusai maghrib, Ibundanya dipaksa menyerah oleh penyakit yang sudah dirasakannya dari dulu. Beliau meninggal di Rumah Sakit Waled. Saya turut berduka sedalam-dalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan dapat menerima kepergiannya dengan lebih tabah.

Ini mungkin terasa berat untuk dijalani, tapi satu hal yang mesti disadari kalau kematian merupakan sebuah ketentuan Tuhan. Namun berjuang untuk menjalani kenyataan adalah hakikat sebuah kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun