Mohon tunggu...
Iffan Achmad
Iffan Achmad Mohon Tunggu... Universitas Negeri Malang

Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masjid Agung Baiturrahman di Kota Banyuwangi 1773: Periode Kolonial

30 Mei 2025   20:25 Diperbarui: 30 Mei 2025   20:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi (Sumber: Suara Masjid)

Masjid Agung Baiturrahman yang sebelumnya bernama Masjid Jam'i merupakan masjid yang pertama kali dibangun bersamaan dengan pergantian kekuasaan Blambangan ke Banyuwangi. Masjid bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi ini berdiri sejak 7 Desember 1773, hingga sampai saat ini Masjid Baiturrahman mengalami beberapa kali renovasi. Sejarah berdirinya Masjid Jam'i tidak bisa lepas dari sejarah berdirinya Banyuwangi yang sama-sama didirikan oleh Mas Alit sebagai bupati terakhir Blambangan sekaligus Bupati Banyuwangi pertama. Mas Alit Bupati pertama Banyuwangi meresmikan pemindahan ibu kota dengan ditandai dari Ulupampang ke Banyuwangi. Bagi masyarakat Blambangan waktu itu, perpindahan ibu kota ada kaitan dengan sistem kepercayaan. Ibu kota sering diartikan kerajaan masyarakat Blambangan kala itu, jika tidak ada perpindahan maka akan terjadi peperangan dan wabah yang menyebar. Seusai pemindahan kekuasaan di Banyuwangi, Mas Alit melakukan beberapa pembangunan. Salah satunya Mas Alit membuat pembangunan Masjid Jam'i. Masjid Jam'i awal didirikan dengan sangat sederhana, hanya dengan kayu seadanya kemudian dibentuk lebih indah oleh Bupati Raden Tumenggung Wiraguna I (Mas Alit). Pembangunan Masjid Jam'i merupakan tahap awal perkembangan agama Islam di Banyuwangi, tujuan pembangunan Masjid Jam'i pada waktu itu untuk melaksanakan shalat lima waktu dan shalat jum'at berjama'ah kala itu. Sebab pada masanya, belum ada masjid yang bisa digunakan untuk shalat berjama'ah. Berkesimpulan bawah, sejarah berdirinya Masjid Jam'i bersamaan dengan pembanguna Banyuwangi. Sehingga pembangunan jatuh pada periode colonial (VOC) di Banyuwangi pada perpindahan dari Ulupampang ke Banyuwangi yang diresmikan oleh bupati pertama Banyuwangi (Raden Tumenggung Wiguna I atau Mas Alit). Seiring perubahan zaman Masjid Jam'i mengalami beberapa fase perubahan. Perubahan pada masjid ditujukan untuk mengelola peninggalan masjid tertua oleh bupati pertama di Banyuwangi. Mas Alit selaku bupati pertama menjadikan perkembangan agama Islam di bumi Banyuwangi lebih pesat. Masjid Jam'i mengalami renovasi besar-besaran sebanyak empat kali, pertama 1844; kedua 1971; ketiga 1990; dan keempat pada tahun 2005. Renovasi pertama dibangun secara permanen oleh Bupati Raden Adipati Wiryodanu Adiningrat selaku bupati Banyuwangi ke-4 yang memerintah Banyuwangi pada tahun 1832-1867. Pembangunan masjid bertujuan untuk memperbesar wilayah dan mematenkan Masjid Jam'i. Perubahan pada renovasi pertama juga terdapat pada arsitektur Jawa yang masih menonjolkan bentuk "Joglo". Renovasi kedua dilakukan oleh Bupati Banyuwangi ke-22, Djoko Supaat Slamet. Pembangunan masjid pada masa itu mengalami perubahan nama pada masjid, dari Masjid Jam'i menjadi Masjid Agung Baiturrahman. Masjid juga mengalami berbagai perubahan seperti, ukuran masjid lebih besar, masjid berbentuk kubah mirip dengan arsitektur gaya timur (Turki, Arab, dll), tetapi dari segi bangunan masih condong ke lokal, fungsi masjid juga bukan hanya untuk ibadah melainkan juga untuk tempat belajar, dan perpustakaan. Renovasi ketiga dilakukan oleh Bupati Banyuwangi ke-23 (S. Djoko Wasito). Renovasi Kembali dilakukan pada tahun 1986, tetapi renovasi tidak bisa diselesaikan karena masa jabatan Bupati Banyuwangi ke-23 habis. Kemudian renovasi diteruskan oleh Bupati Banyuwangi ke-24 (Harwin Wasito), dengan mengubah bentuk atap masjid Kembali menjadi bentuk sebelumnya (Joglo) dengan tujuan untuk menonjolkan ciri khas bentuk kearifan lokal masyarakat Osing pada saat itu. Pelebaran masjid juga dilakukan yang dulunya ada kantor agama di sebelah utara lalu dipindahkan untuk melebarkan masjid, sedangkan arah selatan dulu adalah bioskop dibeli untuk dijadikan sebuah Aula, dan penambahan yang lain seperti pagar-pagar.Renovasi terakhir dilakukan oleh Bupati Banyuwangi ke-26 (Ir. H. Samsul Hadi),pemugaran masjid terjadi pada ornament-ornamen masjid. Hal tersebut ditujukansebagai bentuk kearifan lokal Banyuwangi, terdapat dua hal yang menjadi karismatikrenovasi keempat Masjid Agung Baiturrahman. Pertama ornamen masjid sangat kental
dengan nuansa daerah (lokal), seperti motif pada mimbar masjid bergaya berukiran
Gajah Oling yang melambangkan karakter masyarakat Banyuwangi yang religius dengan
sebutan "gajah eling", eling artinya mengingat kebesaran Allah SWT. Makna filosofis
Gajah Oling berarti mengingat Allah SWT dengan menjalankan segala perintahnya, dan
menjauhi segala larangannya agar kehidupan menjadi harmonis. Ornamen Gajah Oling
juga menghiasi deretan jendela tertutup (kaca grafir) di bawah kubah sayap selatan,
kubah tengah, kubah sayap utara, juga mengitari semua ruangan masjid. Kedua motif bintang sembilan yang secara keseluruhan semua pintu dan jendela
bersanding dengan motif Gajah Oling. Bintang sembilan juga menghiasi kaca grafir
krawangan besi hollow bersanding dengan kaligrafi dan motif Gajah Oling juga tak
ketinggalan berjejer di list gypsum, variasi kolom atas, menjadi hiasan lampu-lampu
bundar ruangan dalam masjid. Sumber lain menjelaskan juga berarti simbol dari sembilan wali persebaran
agama Islam di Jawa, yaitu 1. Sunan Gresik (Syech Maulana Malik Ibrahim), 2. Sunan
Ampel (Raden Rachmat), 3. Sunan Giri (Raden Paku), 4. Sunan Bonang, 5. Sunan Drajad
(Raden Qosim), 6. Sunan Kudus (Ja'far Shoddiq), 7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said), 8.
Sunan Muria (Raden Umar Said), 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Secara garis
besar, bintang sembilan merupakan cahaya ulama yang merepresentasikan akhlaq yang
telah diajarkan para ulama sebagai dasar pijakan umat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun