Mohon tunggu...
Ifa Noer Latifah
Ifa Noer Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Mendengarkan musik adalah healing terbaik dalam kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Bahasa ke Empati: Bagaimana Pragmatik Membantu Proses Penyembuhan Mental

14 Juni 2025   13:50 Diperbarui: 14 Juni 2025   13:50 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bagaimana konteks memengaruhi makna bahasa dalam komunikasi. Tidak hanya berfokus pada apa yang diucapkan, pragmatik juga memperhatikan bagaimana, kapan, dan kepada siapa sesuatu dikatakan termasuk isyarat nonverbal, intonasi, serta situasi sosial yang melatarbelakangi percakapan. Dalam proses penyembuhan mental, komunikasi memegang peranan penting. Sering kali, masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau trauma dipengaruhi oleh cara seseorang memaknai dan menanggapi bahasa serta interaksi sosial di sekitarnya. Di sinilah pragmatik berperan: membantu individu memahami makna tersirat, empati, dan niat baik di balik kata-kata, sehingga memperkuat dukungan sosial yang sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan.

            Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dalam komunikasi, empati dapat terwujud melalui pemilihan kata, nada bicara, serta respons yang tepat terhadap situasi lawan bicara. Dengan pemahaman pragmatik, seseorang dapat membaca isyarat emosional, menangkap makna tersembunyi, dan merespons dengan lebih sensitif. Contohnya, ketika seseorang berkata, "Aku baik-baik saja," padahal nada suaranya terdengar lemah, pemahaman pragmatik membantu kita menyadari bahwa mungkin ia sedang tidak benar-benar baik-baik saja dan membutuhkan dukungan. Dalam dunia terapi, konselor atau terapis menggunakan keterampilan pragmatik untuk membangun hubungan yang aman dan suportif dengan klien. Mereka memperhatikan bahasa tubuh, ekspresi wajah, serta konteks sosial dan budaya klien. Dengan begitu, terapis dapat memberikan respons yang lebih empatik, memahami kebutuhan klien secara lebih mendalam, dan membantu klien mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan secara langsung.

            Dalam terapi penyembuhan mental, penerapan pragmatik menjadi fondasi krusial untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan empatik. Pendekatan ini memungkinkan terapis tidak hanya memahami kata-kata yang diucapkan, melainkan juga menggali makna tersirat dari konteks, nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh pasien. Misalnya, jika seorang pasien menyatakan "Saya baik-baik saja" dengan ekspresi sedih, terapis akan mengenali inkonsistensi pragmatik tersebut dan mendalami perasaan sebenarnya di baliknya. Selain itu, terapis juga menggunakan tindak tutur direktif yang sensitif, memberikan arahan dengan sopan dan empatik, sembari memberi ruang bagi pasien untuk menolak atau mengungkapkan ketidaknyamanan, yang merupakan ciri komunikasi pragmatik yang sehat. Berdasarkan asesmen profil pragmatik pasien seperti cara memulai percakapan, merespons, dan menggunakan bahasa nonverbal terapi dirancang untuk meningkatkan keterampilan komunikasi sosial. Ini seringkali melibatkan permainan peran dan simulasi sosial untuk melatih penggunaan bahasa dalam beragam situasi, meningkatkan empati, dan ekspresi perasaan yang tepat. Fokus juga diberikan pada aspek paralinguistik seperti intonasi, gestur, dan ekspresi nonverbal agar pesan yang disampaikan lebih jelas dan sesuai dengan perasaan, mencegah kesalahpahaman. Dengan menerapkan bahasa yang penuh empati dan memperhatikan konteks pribadi, terapis membangun hubungan terapeutik yang aman dan nyaman, mendorong keterbukaan, dan pada akhirnya, mempercepat proses penyembuhan mental. Singkatnya, pragmatik dalam terapi mental tidak hanya meningkatkan kualitas komunikasi terapeutik, tetapi juga membekali individu dengan keterampilan komunikasi efektif dalam kehidupan sehari-hari, memperkuat dukungan sosial, dan mempercepat pemulihan.

            Terapi pragmatik juga salah satu pendekatan yang sangat efektif untuk mengatasi kekurangan dalam komunikasi emosional, membekali individu dengan seperangkat keterampilan yang memungkinkan interaksi yang lebih mendalam dan bermakna. Terapi ini secara khusus melatih Anda untuk meningkatkan pemahaman konteks dan isyarat nonverbal, membuat Anda lebih peka terhadap nuansa dalam percakapan, termasuk ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh lawan bicara. Kemampuan ini sangat penting untuk menangkap makna tersirat dan emosi yang mungkin tidak diungkapkan secara langsung, sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman dan membuat komunikasi emosional jauh lebih efektif. Selain itu, Anda akan mengasah kemampuan menyampaikan perasaan dengan bahasa yang tepat, diajarkan cara mengekspresikan emosi secara jelas dan sesuai dengan situasi, menggunakan pilihan kata yang konstruktif dan menghindari bahasa yang menyalahkan. Proses ini berlanjut ke latihan interaksi sosial dan respons empatik melalui simulasi dan permainan peran, di mana Anda belajar bagaimana merespons orang lain dengan empati dan mengelola ekspresi emosi secara sehat dalam berbagai situasi sosial. Yang tak kalah penting, terapi pragmatik membantu membangun keterampilan komunikasi dua arah yang seimbang, tidak hanya fokus pada bagaimana Anda menyampaikan perasaan, tetapi juga bagaimana Anda mendengarkan dan menanggapi perasaan orang lain secara tepat, yang pada akhirnya memperkuat hubungan interpersonal dan mendukung kesehatan mental. Dengan semua ini, Anda akan lebih mampu menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi emosional, menginterpretasi pesan secara akurat berdasarkan konteks dan tujuan pembicara, sehingga meminimalisir potensi konflik dan mempercepat pemulihan emosional. Singkatnya, terapi pragmatik membekali Anda dengan keterampilan komunikasi yang lebih sensitif dan adaptif terhadap konteks sosial dan emosional, fundamental untuk mengatasi kesulitan komunikasi emosional, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, dan mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik. Kesalahan bahasa selama terapi pun dapat membawa dampak negatif yang signifikan terhadap pemahaman dan dukungan emosional, berpotensi merusak inti dari proses terapeutik itu sendiri. Pertama, hal ini secara langsung menghambat kemampuan terapis untuk memberikan dukungan efektif. Ketika bahasa yang digunakan tidak jelas atau tidak tepat, pesan yang ingin disampaikan oleh terapis menjadi kabur, mengurangi efektivitas intervensi dan dukungan emosional yang esensial bagi klien. Dampak berikutnya adalah menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa yang ambigu atau tidak sesuai dapat menyebabkan klien salah menginterpretasikan maksud terapis, sehingga perasaan dan kebutuhan emosional mereka mungkin tidak tersampaikan dengan baik. Kesalahpahaman semacam ini tidak hanya menghambat proses penyembuhan, tetapi bahkan bisa memperburuk kondisi mental klien. Lebih jauh, kesalahan bahasa dapat mengurangi rasa nyaman dan kepercayaan klien. Jika terapis menggunakan bahasa yang tidak sensitif atau tidak sesuai dengan konteks budaya dan emosional klien, klien bisa merasa tidak didengarkan, tidak dihargai, atau bahkan dihakimi. Ini secara drastis menurunkan tingkat kepercayaan diri dan keterbukaan mereka dalam sesi terapi. Bagi pasien dengan gangguan bahasa, seperti afasia, kesalahan bahasa dalam terapi bisa memperburuk gangguan bahasa dan emosional mereka, memperlambat pemulihan komunikasi dan menimbulkan frustrasi yang mendalam. Terapi dengan intensitas atau metode bahasa yang tidak tepat dapat menghambat kemajuan yang seharusnya dicapai. Pada akhirnya, kesalahan bahasa yang tidak ditangani dengan benar dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial dan emosional klien di luar sesi terapi, menyebabkan mereka kesulitan dalam interaksi sosial dan pengelolaan emosi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa terisolasi dan stres. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat, sensitif, dan sesuai konteks bukan hanya penting, melainkan krusial untuk mendukung proses penyembuhan mental dan membangun hubungan terapeutik yang kuat dan suportif.

         Kesalahan bahasa dalam terapi atau komunikasi umum dapat secara signifikan menghambat pemahaman klien, mengubah pesan menjadi rintangan alih-alih jembatan. Kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit adalah salah satu biang keladinya, membuat pesan sulit dicerna dan memakan waktu lebih lama untuk dipahami, sehingga klien bisa bingung dan kehilangan inti pembicaraan. Begitu pula dengan penggunaan bahasa yang ambigu dan tidak jelas, yang berpotensi menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman, terutama jika kalimat memiliki makna ganda atau tidak efektif. Bahkan kesalahan ejaan dan tata bahasa yang tampaknya kecil, seperti salah tulis kata atau tanda baca yang tidak tepat, dapat mengubah makna secara drastis dan mengganggu kelancaran komunikasi. Lebih jauh, penggunaan jargon atau istilah khusus tanpa penjelasan dapat membuat pesan terasa asing dan sulit dimengerti oleh klien yang tidak familiar dengan terminologi tersebut. Pencampuran bahasa yang berlebihan, misalnya mencampur bahasa Indonesia dan Inggris secara tidak konsisten dalam satu kalimat, juga dapat mengurangi kejelasan pesan secara drastis. Penggunaan kalimat pasif yang berlebihan membuat pesan terasa tidak langsung dan kurang jelas, sementara kesalahan struktur kalimat dan frasa, seperti penghilangan kata-kata penting (preposisi atau kata sambung), dapat menyebabkan kalimat menjadi janggal dan sulit dipahami. Terakhir, pemilihan kata yang tidak tepat atau tidak baku dapat mengganggu pemahaman dan bahkan mengurangi kredibilitas komunikator. Secara keseluruhan, kesalahan-kesalahan bahasa ini menghambat komunikasi yang jelas dan efektif, yang dalam konteks terapi, dapat menyebabkan klien merasa bingung, tidak didengar, atau bahkan salah mengartikan maksud terapis, pada akhirnya mengganggu proses penyembuhan mental.

Manfaat Pragmatik dalam Proses Penyembuhan Mental

  1. Meningkatkan Keterbukaan
    Pemahaman pragmatik membantu individu merasa lebih dipahami, sehingga lebih terbuka dalam berbagi perasaan dan pengalaman.
  2. Mengurangi Salah Paham
    Dengan memahami konteks dan makna tersirat, risiko salah paham yang dapat memperburuk kondisi mental dapat diminimalisir.
  3. Membangun Hubungan Dukungan
    Komunikasi yang empatik dan penuh pengertian memperkuat jaringan dukungan sosial, yang sangat penting dalam proses penyembuhan.
  4. Mengelola Emosi dengan Lebih Baik
    Melalui komunikasi yang tepat, individu dapat menyalurkan emosi secara sehat dan mengurangi tekanan mental.

           Pragmatik, sebagai cabang ilmu linguistik yang menyoroti pentingnya konteks dalam komunikasi, terbukti menjadi fondasi krusial dalam proses penyembuhan mental. Dalam dunia terapi, komunikasi bukan sekadar pertukaran kata-kata, melainkan proses yang sarat dengan makna tersirat, emosi, dan hubungan interpersonal yang mendalam. Melalui pemahaman pragmatik, baik terapis maupun klien dapat membangun jembatan empati yang kokoh, di mana setiap pesan tidak hanya dipahami secara literal, tetapi juga secara emosional dan sosial. Penerapan pragmatik dalam terapi memungkinkan terapis untuk menangkap nuansa-nuansa halus dalam ekspresi verbal maupun nonverbal klien seperti nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh yang sering kali menjadi indikator utama kondisi emosional seseorang. Dengan kepekaan terhadap aspek-aspek ini, terapis dapat memberikan respons yang lebih empatik, menciptakan suasana yang aman dan suportif, serta mendorong keterbukaan klien dalam mengungkapkan perasaan dan pengalaman yang sulit diungkapkan secara langsung. Proses ini tidak hanya memperkuat hubungan terapeutik, tetapi juga mempercepat proses pemulihan mental. Selain itu, terapi pragmatik secara aktif membekali individu dengan keterampilan komunikasi yang lebih adaptif dan sensitif terhadap konteks sosial dan emosional. Melalui latihan-latihan seperti simulasi percakapan, permainan peran, dan refleksi bersama, klien belajar untuk mengekspresikan emosi dengan bahasa yang tepat, menangkap makna tersirat dalam interaksi sosial, serta merespons lawan bicara dengan empati. Keterampilan ini sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman, mengelola konflik, dan membangun jaringan dukungan sosial yang kuat semua merupakan faktor kunci dalam proses penyembuhan mental. Namun, penting untuk diingat bahwa kesalahan bahasa dalam terapi dapat membawa dampak negatif yang signifikan. Penggunaan bahasa yang ambigu, tidak jelas, atau tidak sensitif terhadap konteks budaya dan emosional klien dapat menimbulkan kesalahpahaman, mengurangi rasa nyaman, bahkan merusak kepercayaan klien terhadap terapis. Kesalahan-kesalahan seperti kalimat yang berbelit-belit, penggunaan jargon tanpa penjelasan, pencampuran bahasa yang tidak konsisten, atau pemilihan kata yang tidak tepat dapat menghambat komunikasi efektif dan menjadi penghalang dalam proses pemulihan. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat, jelas, dan empatik menjadi sangat penting dalam setiap sesi terapi. Secara keseluruhan, pragmatik memberikan kontribusi besar dalam membangun komunikasi yang efektif dan empatik, baik dalam konteks terapi maupun kehidupan sehari-hari. Pemahaman pragmatik membantu individu merasa lebih dipahami, mengurangi risiko salah paham, memperkuat hubungan dukungan sosial, dan mengelola emosi dengan lebih baik. Dengan demikian, penguasaan keterampilan pragmatik bukan hanya meningkatkan kualitas komunikasi, tetapi juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai kesejahteraan mental dan pemulihan emosional yang berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun