Mohon tunggu...
Ifan Ikhlas
Ifan Ikhlas Mohon Tunggu... UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Natuna di Ujung Tombak: Strategi Maritim Indomesia di Tengah Geopoilik Kawasan

13 Oktober 2025   01:47 Diperbarui: 13 Oktober 2025   01:47 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Letak Laut Natuna Utara dan Sekitarnya Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (diolah dari Google Maps, 2024).  

Di bawah langit biru Natuna, kapal patroli Indonesia terus mengarungi gelombang tinggi sambil memantau pergerakan kapal asing yang kerap melintas di perairan strategis itu. Laut Natuna Utara bukan sekadar hamparan air asin di ujung utara Nusantara, melainkan arena pertarungan kepentingan geopolitik yang melibatkan kedaulatan, keamanan maritim dan masa depan ekonomi laut Indonesia. Strategi maritim Indonesia perlu bertransformasi dari sekadar pendekatan militer menjadi strategi komprehensif yang menyeimbangkan kekuatan laut, ekonomi biru dan diplomasi maritim untuk menjaga sekaligus memanfaatkan potensi laut sebagai sumber kesejahteraan nasional. Dalam konteks tersebut Natuna menjadi salah satu contoh yang nyata bagaimana geopolitik regional menuntut strategi yang lebih fleksibel dan terintegrasi. (Setiawan & Zaman, 2020)

Posisi Laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan menjadikannya titik rawan sekaligus strategis dalam percaturan geopolitik Asia Tenggara. Modernisasi kekuatan laut Tiongkok dan ekspansi jalur maritim Belt and Road Initiative menambah kompleksitas situasi, terlebih dengan adanya klaim sembilan garis putus-putus yang menekan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Selain ancaman militer, tekanan juga datang dari aktivitas lintas negara seperti penangkapan ikan ilegal, patroli kapal asing dan operasi non-tradisional yang kerap menguji ketegasan Indonesia. Perubahan iklim yang memicu kenaikan muka laut serta pergeseran pola ikan menambah tantangan baru bagi upaya menjaga kedaulatan sekaligus keberlanjutan sumber daya laut di kawasan Natuna.(Sajidin et al., 2023)

Untuk menangani berbagai tantangan tersrbut Indonesia mengembangkan strategi yang berdasarkan tiga pilar utama yaitu, Pilar pertama strategi maritim Indonesia adalah penguatan kemampuan pertahanan laut sebagai bentuk nyata dari kehadiran negara di wilayah perbatasan. Melalui peningkatan kapasitas kapal patroli, kapal tempur ringan dan pengembangan teknologi drone serta satelit maritim, Indonesia berupaya membangun sistem pengawasan laut yang lebih modern dan responsif. Penempatan pangkalan terpadu di Natuna menjadi langkah strategis dalam menjaga keutuhan wilayah serta memperkuat doktrin deterrence by presence, yakni menghadirkan kekuatan militer secara nyata untuk mencegah pelanggaran kedaulatan. Sinergi antar lembaga seperti TNI AL, Bakamla dan Kementerian Kelautan dan Perikanan juga penting untuk menciptakan sistem intelijen maritim nasional yang terintegrasi dan efisien.(Sajidin et al., 2023)

Pilar kedua adalah penerapan konsep ekonomi biru (blue economy) yang menempatkan laut bukan hanya sebagai arena pertahanan, tetapi juga sebagai sumber kesejahteraan nasional. Pemanfaatan sumber daya laut dilakukan dengan prinsip keberlanjutan, mencakup sektor perikanan, energi terbarukan laut dan bioteknologi kelautan. Pemerintah mulai mengembangkan instrumen pendanaan inovatif seperti blue financing dan obligasi biru untuk memperkuat sektor maritim nasional. Pengembangan konektivitas antar pulau melalui jalur logistik laut dan pelabuhan terpadu menjadikan laut sebagai penghubung ekonomi, bukan lagi hambatan geografis.(Sugiharto, 2023)

Pilar ketiga yang tak kalah penting adalah diplomasi maritim, yang menjadi alat strategis untuk menjaga stabilitas kawasan sekaligus memperkuat posisi Indonesia di tingkat regional dan global. Melalui diplomasi kooperatif, Indonesia terus memperjuangkan penerapan norma internasional seperti UNCLOS serta mendorong penyelesaian Code of Conduct antara ASEAN dan Tiongkok. Diplomasi koersif seperti patroli gabungan dan unjuk kekuatan di laut juga digunakan untuk menunjukkan komitmen pertahanan nasional. Sebagai negara non-pengklaim di Laut Cina Selatan, Indonesia memiliki posisi unik sebagai honest broker yang dapat menjembatani kepentingan negara-negara kawasan. Kolaborasi multilateral dalam bentuk pertukaran intelijen dan latihan bersama memperkuat pesan bahwa keamanan maritim bukan tanggung jawab satu negara, tetapi kerja sama kolektif di kawasan Indo-Pasifik, upaya tersebut menunjukkan bahwa strategi maritim Indonesia tidak dapat dijalankan secara mandiri di tiap bidang tetapi harus dijalankan secara sinergis dan saling mendukung. (Ramadhan et al., 2023)

Sinergi antara kekuatan laut, ekonomi biru dan diplomasi maritim menjadi kunci utama agar strategi maritim Indonesia tidak berjalan secara terpisah. Ketiga pilar tersebut harus dirancang dan dijalankan secara paralel dalam satu kerangka kebijakan nasional yang koheren. Pendekatan terintegrasi diperlukan agar penguatan pertahanan laut tidak hanya bersifat reaktif terhadap ancaman, tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi dan diplomasi kawasan. Kebijakan satu atap yang mengatur regulasi, alokasi anggaran dan pengelolaan sumber daya lintas lembaga akan memperkuat efektivitas pelaksanaan strategi maritim nasional. Koordinasi yang solid antara Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menjadi fondasi utama keberhasilan implementasi kebijakan.(Zulham & Saragih, 2021)

Selain pemerintah pusat, berbagai aktor penunjang juga berperan penting dalam membangun tata kelola maritim yang efektif. Lembaga riset dan universitas dapat menyediakan basis ilmiah untuk kebijakan laut berkelanjutan, sementara sektor swasta dapat memperkuat infrastruktur dan investasi di bidang pelayaran, perikanan dan energi terbarukan laut. Masyarakat pesisir pun perlu dilibatkan secara aktif sebagai penjaga garis depan sekaligus penerima manfaat dari pengelolaan laut yang adil. Dengan kolaborasi multi-aktor ini, strategi maritim Indonesia dapat berjalan secara berkelanjutan dan berbasis pada prinsip good ocean governance yakni tata kelola laut yang kuat, inklusif dan berorientasi pada kepentingan nasional jangka panjang. Namun, dalam pelaksanaannya, pendekatan integrasi ini juga menghadapi berbagai hambatan di lapangan yang dapat menimbulkan risiko baru bagi keamanan dan keberlanjutan laut nasional. (Wuwung et al., 2024)

Risiko terbesar dalam pengelolaan kawasan Natuna terletak pada potensi eskalasi militer akibat aktivitas kapal asing yang sering memasuki perairan Indonesia. Ketegangan ini dapat meningkat menjadi insiden laut jika tidak diimbangi dengan komunikasi strategis dan kehadiran maritim yang terukur. Di sisi lain, tumpang tindih regulasi antar lembaga seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, TNI AL dan Bakamla berpotensi menimbulkan kebingungan operasional di lapangan, sehingga perlu penataan kelembagaan yang jelas berbasis sistem komando terpadu.

Strategi maritim di Natuna menghadapi tantangan biaya yang tinggi dan ancaman ekologis. Operasional kapal, pemeliharaan pangkalan dan investasi alat pertahanan memerlukan anggaran besar, sementara dampak perubahan iklim seperti abrasi pantai dan pergeseran habitat ikan mengancam sumber daya ekonomi laut. Mitigasi yang diperlukan meliputi diplomasi preventif, efisiensi fiskal melalui kerja sama publik-swasta, serta adaptasi kebijakan berbasis riset iklim laut untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

Dari uraiaan tersebut dapat disimpulkan bahwa, strategi maritim Indonesia harus dijalankan secara menyeluruh dan terintegrasi, menggabungkan kekuatan laut, ekonomi biru dan diplomasi maritim agar tidak parsial dan efektif dalam menjaga kedaulatan serta memajukan kesejahteraan nasional. Setiap kebijakan dan tindakan operasional perlu memperkuat sinergi antar-pilar ini sehingga Laut Natuna Utara tidak hanya menjadi wilayah yang aman, tetapi juga menjadi sumber ekonomi yang produktif dan simbol kedaulatan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun