Mohon tunggu...
Musrifah Ips
Musrifah Ips Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan yang Diharapkan

24 Juli 2018   21:52 Diperbarui: 24 Juli 2018   22:15 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukan yang diharapkan 

Bermimpi adalah kebiasaanku. Berawal dari mimpi aku telah sampai di sini, di titik ini yang membawa pada tujuan dari semua mimpi. Aku menerima kenyataan yang sebelumnya hanyalah pemikiran. Aku menerima kata-kata yang sebelumnya adalah bayangan. Sendiri dalam jalannya hati, sendiri dalam perenungan diri. Tidak ada yang bisa bertemu dengan jiwa saat dia mencari jawaban dari rasa yang terbelenggu oleh nasib. 

Jiwa itu masih melayang di awang-awang, dia hanya bisa berdoa dalam diamnya. Bersanding dengan doa, aku membawa diri jauh dari timangan. Kadang ingin bersanding dengan waktu, tapi waktu menolak tangan ku. Waktu hanya melihat aku yang jatuh dari ranjang sang malam. 

Bermimpi dalam tidur yang nyenyak, menanti secercah cahaya matahari yang menembus celah-celah kecil dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Sama halnya dengan aku yang menunggu kabar baik dari sang waktu. Meski kadang yang ku terima adalah berita tentang keluhan mereka. Banyak sekali hingga aku hanya bisa diam dan menundukkan pandangan. Aku terbiasa membenamkan mata ini dalam lautan air mata sambil berfikir begitu menyusahkan kah aku. Hingga mereka seakan tak ingin aku terlalu masuk dalam hidup mereka. 

Iya, aku tahu sikap ku, jalan ku, dan pemikiran ku terlalu seperti anak kecil. Aku memang manja, pelupa, pemalas dan tidak bisa di andalkan. Aku lemah ketika di ajak untuk berfikir, aku penakut dan tidak pernah berani mengambil keputusan. Aku selalu takut akan resiko yang berlebih. Aku masih terikat oleh rasa yang biasa tercipta dalam duka, aku masih terikat oleh prinsip dan tekad masa kecil. Tidak seperti mereka, aku masih terikat oleh wejangan keluarga yang sering mereka anjurkan untuk di tinggal. 

Aku mengakui bahwa aku jarang bisa sesuai dengan harapan mereka. Mungkin bukan yang diharapkan untuk menjadi bagian dari mereka. Aku masih ragu karena aku selalu mengecewakan mereka. Maaf, karena mungkin suatu hari nanti aku akan memilih mundur. Mungkin suatu hari nanti aku akan menjauh dari kalian, tidak bisa lagi dunia ku ini ku usahakan untuk menyatu dengan dunia mu. Karena aku mungkin harus pergi. Harus pergi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun