Mohon tunggu...
Irma Vitriani Susanti
Irma Vitriani Susanti Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga yang gak cantik2 amat, sotoy, geje, dan kadang lebay

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perlukah Guru yang Galak Agar Siswa Siap UN?

18 April 2012   03:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca artikel di kompas berjudul “UN yang menyedihkan”, ditunjang dengan tayangan TV saat para siswi berbaju SMA saling berpelukan sambil menangis...

Kenapa sih? Perasaan jaman saya dulu gak gitu-gitu amat yak. Apa karena sekarang kemungkinan untuk lulus UN itu semakin kecil? Soalnya sulit luar biasa? Atau ini media massa aja yang menampilkan berita UN dengan berlebihan?

Jadi pengen tau juga tampang para orang tua yang anaknya pada UN. Dan jadi membayangkan juga gimana saya saat anak-anak saya UN nanti.

Menembus lorong waktu, kembali ke masa lalu, jadi mikir.. kenapa saya dulu tidak sampai menangis saat EBTANAS atau UMPTN?

Saya pikir bukan hanya karena saya merasa sudah belajar, dan bukan hanya karena do'a orang tua.
Tapi saya ingat kalo saya mengalami tekanan lahir batin tidak hanya saat menghadapi EBTANAS.
Bayangkan saja kalo – hampir tiap hari---, di SMA dulu, saya mengalami ketegangan menghadapi para guru yang super killer.
Dibilang goblok sama guru olahraga,
dibentak-bentak sama guru fisika karena tidak paham rumus, kemudian dikasih nilai merah pula di raport,
dikeluarkan dari kelas karena tidak mengerjakan peer,
disuruh ngerjain soal matematika secara live di papan tulis, yang kalau gak bisa ya berarti berdiri di depan kelas selama puluhan menit....
dan lain lain dan lain sebagainya sampai bapak saya pernah menghadap guru fisika karena resah dengan nilai saya.

Di depan bapak, Guru Fisika saya bilang “Tenang aja pak, kalo anak bapak ingin lulus UMPTN, caranya harus seperti ini (ngasih nilai merah, red)”... ckckck... dibilang gitu bapak saya langsung hepi.. hahaha.


Karena kurang rajinnya saya belajar kali ya, maka saya kerap mendapatkan muka ini merah padam di hadapan teman-teman. Gemetaran sebelum guru datang. Hingga akhirnya tak jarang saya belajar hingga larut malam demi kejayaan diri di esok hari saat saya belajar di kelas.

Dipikir-pikir, memang kurikulum pendidikan kita waktu itu beserta tuntutannya, cucok dijalankan oleh para guru yang keras tegas macam guru-guru SMA saya dulu ya?

Sehingga saya dibuat berurai air mata, memeras keringat, banting tulang setiap hari, cium tangan orang tua dan minta dido'akan setiap hari, dan pada akhirnya, pada saat ujian akhir tiba, saya bisa siap lahir batin. AlhamduliLlah hasilnya gak kacau kacau amat.

Beneran saya gemes lihat anak SMA itu pada cemen. Ngadepin soal UN aja nangis, nyerah, mengundurkan diri, pingsan, sampai ada pula yang kesurupan...gimana mereka menghadapi persoalan nyata dalam hidup nantinya?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun