Tik tok, tik tok, tik tok
Hermonie terus saja mengikuti gerakan waktu yang ditunjukkan oleh jam kuno yang bergantung di dinding depannya. Waktu seakan berjalan lambat. Sesekali mengalihkan pandangannya pada pintu yang tertutup di sebelahnya. Dia belum datang, keluhnya.
Mbok Darmi yang sejak tadi sibuk melakukan tugasnya dan sesekali melirik majikannya yang belum beranjak dari duduknya akhirnya bersuara,
"Mas Dennis belum datang juga ya, Non?" tanyanya menyadarkan lamunan majikannya.
Hermonie menghela nafas, "Mas Dennis beneran datang kan, non?"tanyanya lagi.
Untuk beberapa detik Hermonie terdiam, akhirnya ia mengangguk, meyakinkan mbok Darmi juga dirinya kalau orang yang ditunggunya akan datang. "Dia pasti datang," gumamnya hampir tak terdengar.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika bel rumah berbunyi. Mbok Darmi yang siap-siap mau ke kamarnya setengah berlari membukakan pintu.
Hermonie yang ketika itu masih di ruang tengah langsung beranjak dari duduknya, "Biar aku aja mbok yang buka pintunya. Mbok istirahat aja."
Dengan ragu mbok Darmi mengiyakan, "Baik Non, tapi kalau perlu apa-apa non panggil mbok ya?" Hermonie mengangguk kecil. Meskipun begitu mbok Darmi tidak masuk ke kamarnya, ia lebih memilih masuk ke dapur walau tidak ada yang bisa ia kerjakan di sana semuanya telah ia dibereskan tiga jam lalu.
Hermonie membukakan pintu dengan perasaan berkecamuk. Itu pasti Dennis dan akan memberitahukan apa yang ingin dia sampaikan sebelum dirinya goyah kembali.
Saat pintu dibuka, sosok lelaki yang berdiri di hadapan pintu terlihat cemas. Kecemasannya tertutupi dengan melihat perempuan yang telah membukakan pintu untuknya. Senyumnya segera mengembang melihat orang yang berada di balik pintu ukir itu.