Ketika masih berstatus mahasiswa, saya pernah menjalani masa magang di salah satu Kantor Urusan Agama (KUA) di Cirebon. Kalau boleh jujur, dulu waktu masih jadi mahasiswa dan magang di salah satu KUA di Cirebon, bimbingan pra nikah itu rasanya kayak kuliah tambahan panjang, serius, dan bikin ngantuk. Pasangan yang hadir duduk rapi, menunduk, sambil pura-pura mencatat, padahal di balik kertas mereka lebih sibuk mikir
 "Besok catering akad udah DP belum ya?"
Penghulu dan penyuluh agama maju ke depan dengan gaya dosen senior. Topik yang dibahas tentu saja serius, mulai dari fiqih munakahat, hak dan kewajiban suami istri, hingga pentingnya membangun rumah tangga sakinah mawaddah warahmah, dengan suara mantap, kalimat penuh dalil, dan durasi ceramah entah kenapa bisa lebih panjang daripada khutbah Jumat. Hasilnya? Banyak pasangan yang pulang dengan wajah lelah, tapi setidaknya dapat bonus selembar sertifikat pra nikah syarat wajib menuju akad.
Di masa itu, belum ada fenomena "tepuk sakinah" yang kini viral di media sosial. Tidak ada gerakan kompak menepukkan tangan, tidak ada senyuman lepas sambil meneriakkan jargon penuh semangat. Yang ada hanyalah suasana serius, sedikit kaku, bahkan kadang membosankan.
Nah, coba bandingkan dengan sekarang. Fenomena "Tepuk Sakinah" hadir kayak juru selamat acara bimbingan. Dari yang dulu cuma tepuk tangan biasa buat buka acara, sekarang pasangan diajak tepuk semangat
"Tepuk Sakinah! Cinta... Mawaddah... Warahmah..." Lengkap dengan gerakan tangan yang kompak dan ekspresi wajah penuh energi.
Kalau dulu pasangan pulang dengan kepala berat karena ceramah, sekarang mereka bisa pulang sambil nyengir, upload video ke TikTok, dan mungkin viral. KUA yang dulu kaku kini berubah jadi spot konten seru, seolah-olah menikah bukan cuma soal sakral, tapi juga soal engagement rate.
Perubahan ini menandai pergeseran cara KUA berinteraksi dengan generasi muda. Jika dulu pendekatannya kaku, kini lebih kreatif. Tepuk sakinah tidak sekadar permainan, melainkan simbol bahwa nasihat rumah tangga bisa dibungkus dengan cara menyenangkan tanpa mengurangi nilai esensialnya.