Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menilik Diri melalui FIlm Tilik

21 Agustus 2020   22:29 Diperbarui: 21 Agustus 2020   22:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Film yang berjudul "Tilik" mendadak viral dalam beberapa hari ini. Saya pun tergoda ingin menonton film tersebut. Lalu saya buka youtube dan menulis pada kolom pencarian "film Tilik". Dan ternyata film tersebut dengan cepat muncul dalam hasil pencarian. Saya pun langsung mengklik salah satu dari beberapa link yang tersedia. Ternyata film berdurasi 32 menit 34 detik tersebut dibuat tahun 2018 oleh Ravacana Films bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dialog pada film tersebut menggunakan Bahasa Jawa dan dilengkapi dengan terjemah Bahasa Indonesia. Sepanjang menonton film tersebut, saya tersenyum-senyum sendiri. Terus terang, bukan karena saya terhibur dengan film pendek tersebut, tapi senyum tersebut sebagai respon terhadap dialog yang terjadi antara bu Tedjo yang sepertinya sebagai tokoh utama dengan beberapa orang pemeran lainnya dalam perjalanan menjenguk bu Lurah ke rumah sakit dengan mengendarai truk.  

Pada film tersebut, bu Tedjo ditampilkan sebagai orang yang suka bergosip dan suka nyinyir terhadap orang lain. Dia tidak kalah dengan agen intelijen yang menelisik informasi dari berbagai sumber termasuk internet atau media sosial. Raut muka yang sesuai, semakin mendukung kenyinyirannya. Bu Tedjo sangat mendominasi pembicaraan sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Suaranya yang lantang dan logat jawanya terdengar sangat jelas.

Bu Tedjo suka bergosip dan nyinyir terhadap Dian, seorang perempuan yang digosipkan sedang menjalin hubungan khusus dengan Fikri anaknya bu Lurah. Sepanjang perjalanan dia terus menerus membicarakan keburukan Dian, mempengaruhi orang lain untuk juga menyinyiri dan membenci Dian. Ada beberapa orang yang mengamini dan menyetujui omongannya, tapi ada juga yang mencoba mengingatkan Bu Tedjo agar jangan suka menggunjing atau menuduh Dian tanpa bukti, hingga mereka cek-cok saling mempertahankan argumen masing-masing.

Saya bukan pengamat atau kritikus film yang mungkin bisa menganalisis kelebihan dan kekurangan film tersebut dari berbagai sisi. Saya hanya mencoba menilik terhadap diri sendiri atau merefleksi diri setelah saya menonton film tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tilik artinya; 1. n. penglihatan yang teliti (terutama penglihatan dengan mata batin). 2. n sinar (pandangan) mata, n tenung; teluh. Dalam konteks ini, saya memilih definisi nomor 1, yaitu penglihatan yang teliti, khususnya terhadap diri sendiri dalam konteks hidup bermasyarakat.

Gosip diakui atau tidak telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Mulai dari obrolan di teras rumah, warung, kantor, media sosial, hingga tontonan yang bertajuk sebagai infotainment. Materi gossip biasanya tidak luput dari menggunjing atau mencari-cari kejelekan orang lain, baik tentang pribadinya, jabatannya, karirnya, hartanya, hingga keluarganya. Semuanya dikupas tuntas setajam silet, tidak ada yang terlewat. Gosip akan ramai dan akan semakin seru jika orang yang hadir atau orang yang diajak menggosip memiliki hobi yang sama, yaitu menggosip, memiliki ketidaksukaan yang sama terhadap orang yang digunjingkan, memiliki kesamaan nasib antarsesama orang yang menggosipkan, atau pernah sakit hati oleh yang digunjingkan.

Dalam KBBI, gosip artinya obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan. Ada juga yang mengartikan gosip sebagai "digosok makin sip"atau hal yang semakin heboh jika terus dibahas. Gosip akan semakin marak dikalangan orang-orang kepo, orang yang punya jiwa "kompor mbledug", dan orang-orang yang berjiwa provokator.

Orang yang digosipkan rata-rata adalah orang yang kehidupan sehari-harinya diketahui orang yang menggunjingnya, bukan orang yang jauh, tidak akrab, atau bahkan tidak dikenal sama sekali, karena kurang seru kalau dibuat gosip. Oleh karena itu, tidak heran kalau gosip muncul dalam pergaulan antartetangga, antarteman satu kantor, antarsaudara, antarteman satu organisasi, atau antarteman satu profesi.

Saya pun, disadari atau tidak pernah menggosip. Baik hal tersebut diinisiasi dari diri sendiri atau terpancing oleh gosip yang disampaikan oleh orang lain. Respon saya beragam tergantung persepsi dan kepentingan saya terhadap orang yang digosipkan tersebut. Ada yang saya tanggapi dengan datar, tidak terpancing, ada yang mendorong saya untuk kepo, atau ada yang saya langsung tanggapi karena saya pun memiliki persepsi, pengalaman batin, dan kepentingan yang sama dengan orang yang mengajak saya bergosip tersebut.

Sosok Bu Tedjo telah mengingatkan saya terhadap bahaya gosip yang bisa menjurus kepada fitnah atau HOAKS. Saat ini HOAKS dan narasi-narasi kebencian seraprovokatif berseliweran di media sosial. Kalau tidak hati-hati dan bijak memilih dan memilah informasi, kita berpotensi terprovokasi, seperti halnya tajamnya mulut bu Tedjo yang bisa menjemuskan semua orang membenci Dian.

Saya pernah membaca sebuah kalimat bijaksana, yaitu, jika seseorang membicarakan orang lain, kalau benar, maka itu gibah, dan kalau salah, maka itu fitnah. Ajaran agama Islam sudah banyak mengingatkan tentang pentingnya menjaga lisan, bahaya fitnah, dan bahaya namimah (adu domba). Ada pepatah bijak mengatakan bahwa "mulutmu harimaumu" yang saat ini berkembang menjadi "jarimu harimaumu" karena gosip bukan hanya dilakukan melalui lisan, tapi juga melalui tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun