Mungkin saja ada siswa yang tetap ogah-ogahan, kurang disiplin, atau kurang tanggung jawab walau sudah diberikan Buku Amaliyah Ramadan, tetapi hal tersebut bersifat kasuistis. Sebagian besar siswa tetap melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Sejak tidak ada lagi Buku Amaliyah Ramadan yang harus diisi oleh siswa, hampir tidak ada lagi antrean siswa yang meminta tanda tangan imam tarawih. Bukan berarti mereka tidak salat tarawih atau  melakukan amaliyah ramadan lainnya, tetapi setidaknya rasa keterikatan mereka dengan kewajiban mencatatkan amalan ibadah selama ramadan menjadi relatif berkurang.
Menurut saya, dalam konteks pendidikan, Buku Amaliyah Ramadan adalah sebuah bentuk pembiasaan atau pengondisian supaya siswa terbiasa dan diharapkan berdampak terhadap penguatan karakternya.Â
Dan adanya ketentuan bahwa amaliyah ramadan akan dinilai oleh guru PAI menjadi faktor pengingat dan pengikat bagi mereka supaya melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Bukankah saat ini umat Islam diimbau untuk melaksanakan salat tarawih di masjid? Hal tersebut tidak menjadi masalah, karena dilaksanakan di masjid atau di rumah subtansinya adalah salat tarawih.Â
Seorang siswa bisa meminta tanda tangan kepada ayah, kakak, atau siapapun yang menjadi imam salat tarawih di rumahnya. Ceramah subuh yang biasanya dilaksanakan di masjid, bisa diganti dengan kajian di rumah, membaca buku-buku agama, membaca kajian agama di internet, atau melihat video ceramah di Youtube. Di era digital saat ini, ilmu apapun termasuk ilmu agama bisa didapatkan dengan mudah dan cepat.
Mengingat kecenderungan saat ini sekolah tidak lagi membuat Agenda Amaliyah Ramadan bagi siswa, saya berharap sekolah menekankan kembali agar setiap siswa mengisi amaliyah ramadan. Disamping dalam bentuk hard copy, siswa juga dapat mengisinya secara daring melalui google form.
Sekolah, melalui wali kelas, guru PAI, atau guru lain yang ditugaskan bisa mengingatkan dan memantau laporan amaliyah ramadan tersebut agar siswa tergerak untuk mengisi bulan ramadan ini dengan berbagai amal ibadah. Apalagi saat ini, siswa mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dimana dia memiliki waktu 24 jam di rumah.
Peran orang tua tentunya juga diperlukan untuk memantau aktivitas anaknya selama di rumah. Bahkan, perlu memberikan contoh kepada anak-anaknya.Â
Mengajak salat berjamaah, tadarus Al-Qur'an, atau bersama-sama menonton video materi agama Islam bisa menjadi pengendali bagi anak-anaknya selama bulan ramadan. Jangan sampai waktu ramadan banyak diisi dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Wallaahu a'lam.