Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Guru dan Urgensi Penguasaan Kemampuan Public Speaking

6 April 2019   23:26 Diperbarui: 7 April 2019   00:11 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika guru mampu menggunakan prinsip 5 W dan 1 H dalam pelaksanaan public speaking, dapat dipastikan penampilannya akan memukau dan mampu menarik perhatian audience. Audience adalah orang yang hadir atau mendengarkan pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan.

Menurut Syarbini (2011:49), sebuah pesan yang yang baik memiliki ciri; (1) menarik perhatian (attention), (2) menimbulkan minat (interest), (3) menanamkan kesan (impression), (4) memberikan keyakinan (conviction), dan (5) melakukan pengarahan untuk bertindak (direction).

Ada tiga tujuan dari sebuah public speaking, menyampaikan informasi (informatif), mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif). Seorang pembicara publik bisa fokus ke salah satu, menggabung dua, atau tiga dari tujuan public speaking tersebut.

Dalam melakukan public speaking dalam sebuah ruangan, ada tiga bagian yang perlu diperhatikan, yaitu; pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap pendahuluan diisi dengan mengucap salam, menyapa peserta yang hadir di ruangan. Tidak perlu disebut satu persatu, karena akan banyak menghabiskan waktu, apalagi jika waktu bicara dibatasi.

Ibarat menjalankan kendaraan, awal berjalan dimulai dari gigi rendah dulu. Begitu saat membuka pembicaraan. Sapa hadirin dengan volume suara yang relatif rendah tapi masih bisa didengar oleh audience.

Jika menggunakan pengeras suara, pastikan pengeras suara berfungsi dan bisa didengar oleh semua peserta yang hadir, pastikan jarak mulut tidak terlalu dekat dengan pengeras suara agar volume suara tidak terdengar terlalu tinggi, wajah yang tampak ceria, semangat, dan bersahabat, tatapan mata yang tertuju kepada seluruh penjuru ruangan.

Setelah memperkenalkan diri, lanjutkan dengan membuka pembicaraan sebagai pengantar menuju topik utama yang akan dibahas. Ada beragam cara membuka pidato atau pembicaraan, antara lain; (1) langsung fokus kepada acara yang sedang berlangsung, (2) menyampaikan latar belakang pertemuan tersebut dilaksanakan, (3) membukanya dengan pantun atau kuis, (4) membacakan sebuah kutipan ayat kitab suci, pernyataan seorang tokoh terkenal, atau peraturan perundang-undangan, (5) mengajak audience untuk bernostalgia dengan peristiwa yang pernah terjadi dan dikaitkan dengan kejadian saat itu, (6) mengaitkan tempat berkumpul saat itu dengan materi yang akan dibahas atau disampaikan, (7) melakukan ice breaker untuk meningkatkan konsentrasi dan membangun suasana yang kondusif antara penyaji dengan peserta, dan sebagainya.

Saat presentasi, selain sambil duduk, juga bisa sambil berdiri. Kalau posisi membaca teks, posisi public speaker diam disatu tempat tertentu seperti podium, tetapi kalau pidato tanpa teks atau hanya membawa garis-garis besarnya, biasanya bisa lebih bebas bergerak.

Walau demikian, jangan terlalu sering bergerak juga, agar audience tidak merasa terganggu dengan pergerakan presenter. Jangan pula berbicara sambil membelakangi peserta karena bisa diangap kuran sopan.

Karena pendahuluan bersifat pemanasan dan pengantar menuju topik utama yang akan dibahas, maka pembukaan jangan terlalu lama. Misalnya antara 10-15 menit. Setelah itu, lanjut kepada topik utama. Pastikan bahwa topik yang disampaikan benar-benar dikuasai agar tidak menjadi demam panggung dan sulit mengembangkan materi, apalagi misalnya ada sesi tanya jawab.

Jangan sampai kita akhirnya menanggung malu karena terlihat kurang menguasai materi dan kurang mampu menjawab pertanyaan peserta. Biasanya peserta kurang tertarik lagi bertemu dengan penyaji yang sama yang dinilainya kurang kompeten dan membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun