Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Guru dan Urgensi Penguasaan Kemampuan Public Speaking

6 April 2019   23:26 Diperbarui: 7 April 2019   00:11 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah."

Dalam kehidupannya di masyarakat, guru pun banyak berkiprah, mulai dari menjadi ketua RT, ketua RW, Ketua RW, ketua DKM, khatib salat Jumat. Pada saat acara pernikahan, guru ada yang diminta menjadi pengatur acara atau MC, pengantar atau penerima calon pengantin.

Kalau yang warga yang meninggal, guru kadang diminta untuk berpidato dan memimpin acara pemulasaraan jenazah. Kalau ada rapat di sekolah, guru diminta untuk menjadi pengatur acara atau menjadi moderator.

Bagi guru yang senang berorganisasi, pengalaman dan kematangannya dilatih dan diasah dalam organisasi tersebut. Ada guru yang tertarik dan hobi dengan dunia penyiaran, dia juga menjadi penyiar, menjadi pengisi acara baik di stasiun radio maupun TV. Ada juga guru yang ditunjuk menjadi insruktur pada pelatihan atau workshop yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Di kelas, guru menyampaikan materi kepada para peserta didik. Di masyarakat, guru berbicara atau berdialog dengan masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang. Di organisasi profesi, guru berdiskusi dengan rekan sejawat, dan di forum-forum ilmiah, guru menjadi fasilitator bagi para peserta diklat atau Bimtek.

Peran guru baik di sekolah, masyarakat, organisasi profesi, atau forum-forum ilmiah tidak dilepaskan dari dunia seni berbicara di muka publik atau public speaking. Bahkan bisa dikatakan kemampuan public speaking menjadi hal mendasar yang mutlak harus dimiliki oleh guru.

Pembicaraan yang lancar, sistematis, jelas, mudah dipahami, temponya teratur, volume suara yang nyaman didengar, intonasi yang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan penekanannya. Kerapihan dan keserasian berpakaian, raut muka, tatapan mata, ekspresi, gerakan, dan bahasa tubuh yang selaras dengan apa yang disampaikan menjadi hal perlu diperhatikan.

Guru yang menguasai teknik public speaking yang baik tentunya akan percaya diri, tidak malu, tidak minder, mampu menempatkan diri dengan siapa, kapan, dan dimana tempat berbicaranya. Diakui atau tidak, tidak semua guru memiliki kemampuan public speaking yang baik. Di samping karakter bawaan, juga tergantung minat.

Biasanya guru yang memiliki kemampuan public speaking-nya menonjol, karirnya akan lebih maju dibandingkan dengan guru yang kemampuan public speaking-nya kurang menonjol. Mengapa demikian?

Karena guru yang memiliki kemampuan public speaking yang baik biasanya memiliki wawasan yang luas, supel, komunikatif, dan informatif, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengembangkan jaringan kerja untuk meningkatkan profesionalisme dan pengalamannya, dan disenangi berbagai pihak termasuk atasan sehingga menjadi salah satu pertimbangan untuk mendapatkan promosi jabatan.

Walau pada prinsipnya berbagai "ranah" komunikasi memerlukan kemampuan public speaking, tetapi dalam pelaksanaannya tentunya harus memperhatikan 5 W (What, Who, Why, When, Where) dan 1 H, yaitu; apa yang dibicarakan? di depan siapa berbicaranya? Mengapa hal tersebut dibicarakan? kapan pembicaraan dilaksanakan? dimana tempat pembicaraannya? dan bagaimana cara berbicaranya?

Ketika guru mampu menggunakan prinsip 5 W dan 1 H dalam pelaksanaan public speaking, dapat dipastikan penampilannya akan memukau dan mampu menarik perhatian audience. Audience adalah orang yang hadir atau mendengarkan pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan.

Menurut Syarbini (2011:49), sebuah pesan yang yang baik memiliki ciri; (1) menarik perhatian (attention), (2) menimbulkan minat (interest), (3) menanamkan kesan (impression), (4) memberikan keyakinan (conviction), dan (5) melakukan pengarahan untuk bertindak (direction).

Ada tiga tujuan dari sebuah public speaking, menyampaikan informasi (informatif), mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif). Seorang pembicara publik bisa fokus ke salah satu, menggabung dua, atau tiga dari tujuan public speaking tersebut.

Dalam melakukan public speaking dalam sebuah ruangan, ada tiga bagian yang perlu diperhatikan, yaitu; pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap pendahuluan diisi dengan mengucap salam, menyapa peserta yang hadir di ruangan. Tidak perlu disebut satu persatu, karena akan banyak menghabiskan waktu, apalagi jika waktu bicara dibatasi.

Ibarat menjalankan kendaraan, awal berjalan dimulai dari gigi rendah dulu. Begitu saat membuka pembicaraan. Sapa hadirin dengan volume suara yang relatif rendah tapi masih bisa didengar oleh audience.

Jika menggunakan pengeras suara, pastikan pengeras suara berfungsi dan bisa didengar oleh semua peserta yang hadir, pastikan jarak mulut tidak terlalu dekat dengan pengeras suara agar volume suara tidak terdengar terlalu tinggi, wajah yang tampak ceria, semangat, dan bersahabat, tatapan mata yang tertuju kepada seluruh penjuru ruangan.

Setelah memperkenalkan diri, lanjutkan dengan membuka pembicaraan sebagai pengantar menuju topik utama yang akan dibahas. Ada beragam cara membuka pidato atau pembicaraan, antara lain; (1) langsung fokus kepada acara yang sedang berlangsung, (2) menyampaikan latar belakang pertemuan tersebut dilaksanakan, (3) membukanya dengan pantun atau kuis, (4) membacakan sebuah kutipan ayat kitab suci, pernyataan seorang tokoh terkenal, atau peraturan perundang-undangan, (5) mengajak audience untuk bernostalgia dengan peristiwa yang pernah terjadi dan dikaitkan dengan kejadian saat itu, (6) mengaitkan tempat berkumpul saat itu dengan materi yang akan dibahas atau disampaikan, (7) melakukan ice breaker untuk meningkatkan konsentrasi dan membangun suasana yang kondusif antara penyaji dengan peserta, dan sebagainya.

Saat presentasi, selain sambil duduk, juga bisa sambil berdiri. Kalau posisi membaca teks, posisi public speaker diam disatu tempat tertentu seperti podium, tetapi kalau pidato tanpa teks atau hanya membawa garis-garis besarnya, biasanya bisa lebih bebas bergerak.

Walau demikian, jangan terlalu sering bergerak juga, agar audience tidak merasa terganggu dengan pergerakan presenter. Jangan pula berbicara sambil membelakangi peserta karena bisa diangap kuran sopan.

Karena pendahuluan bersifat pemanasan dan pengantar menuju topik utama yang akan dibahas, maka pembukaan jangan terlalu lama. Misalnya antara 10-15 menit. Setelah itu, lanjut kepada topik utama. Pastikan bahwa topik yang disampaikan benar-benar dikuasai agar tidak menjadi demam panggung dan sulit mengembangkan materi, apalagi misalnya ada sesi tanya jawab.

Jangan sampai kita akhirnya menanggung malu karena terlihat kurang menguasai materi dan kurang mampu menjawab pertanyaan peserta. Biasanya peserta kurang tertarik lagi bertemu dengan penyaji yang sama yang dinilainya kurang kompeten dan membosankan.

Untuk memastikan bahwa sang public speaker menguasai materi yang akan disampaikan, maka dia harus mempersiapkan diri dengan matang. Istilahnya lebih baik babak belur di tempat latihan, daripada mati konyol di medan perang karena kurang persipan.

Dalam tahap persiapan dia banyak membaca referensi yang terkait dengan materi yang akan disampaikan, diskusi dengan orang yang dianggap pakar di bidangnya, latihan, kalau perlu rekam, dan meminta tanggapan dari orang lain terkait penampilannya.

Audience pada dasarnya bisa mengetahui dan merasakan mana narasumber yang benar-benar menguasai materi yang disampaikan dan mana narasumber yang kurang menguasainya. Hal tersebut setidaknya terlihat dari raut muka, bahasa tubuhnya saat presentasi, sistematika cara menyampaikan materi, cara mengatur ritme atau tempo presentasi, cara menggunakan alat bantu presentasi, cara menjawab pertanyaan peserta, cara merespon tanggapan dari peserta, dan sebagainya.

Pada saat presentasi inilah kompetensi seorang public speaker diuji. Seorang public speaker harus mampu menguasai dan mengelola kelas dengan baik. Dia harus paham gelagat-gelagat kondisi peserta masih tertarik dengan penjelasannya dan kondisi peserta mulai bosan.

Ketika peserta mulai bosan, maka dia pun harus segera mengubah strategi, misalnya dengan menyelinginya dengan humor yang relevan usia dan latar belakang audience atau ice breaker untuk menghilangkan kebosanan selama presentasi. Etika berbicara mutlak perlu diperhatikan saat melakukan public speaking. Jangan terkesan sombong, merendahkan, menyepelekan, dan mempermalukan orang lain di depan umum.

Pada saat menutup presentasi, seorang public speaker harus mampu mengatur ritmenya. Waktu yang diperlukan antara 5-10 menit. Pada sesi ini, dia melakukan penguatan, mengajak peserta untuk menyimpulkan atau refleksi, mengulang dan menegaskan kembali hal penting yang perlu mendapatkan perhatian, memotivasi, dan menutup dengan sebuah pernyataan penutup yang efektif, sehingga mudah diingat oleh para peserta. 

Misalnya "Saudara-saudara, pesan utama dari ecoliteracy adalah ketika manusia memuliakan alam, maka alam pun akan memuliakan manusia. Oleh karena itu, mari kita jaga alam, dan mari kita pelihara lingkungan untuk warisan bagi anak cucu kita di masa depan." 

Berdasarkan kepada uraian di atas, maka para calon guru harus mengasah kemampuan public speaking-nya sejak bangku kuliah, aktif pada diskusi kelompok, latihan mengajar melalui micro teaching dan saat Praktek Kerja Lapangan (PKL), banyak aktif di organisasi agar punya pengalaman.

Dengan begitu saat menjadi guru sudah benar-benar siap mengajar di depan kelas, tidak demam panggung saat menghadapi peserta didik, dan tidak tertutup kemungkinan kemampuan public speaking-nya tersebut dapat bermanfaat ditengah-tengah masyarakat dan menunjang peningkatan karirnya. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun